Sunset Terakhir (Fiksi) Part 3


By. Ajiseno

Sepeda motorku berjalan menyusuri jalanan kota Tangerang
Entahlah perasaanku saat ini sungguh tak enak
Beberapa kali ada gosip, kalau euis…istriku sering ‘dibawa’ laki-laki lain
Beberapa kali, tetanggaku katanya melihat memasuki losmen
Tapi aku tak lantas percaya begitu saja
Euis…begitu manis kalau di rumah
Rasanya tak percaya saja, kalau dia sampai selingkuh
Cuma…tak tahulah…
Akhir-akhir ini dia sering membeli barang bagus
Hmmm…bukannya itu adalah kewajaran bagi seorang wanita?

Istriku berasal dari daerah kuningan
Sedangkan aku dari kalimantan tengah
Kami bertemu di tangerang
Masa pacaran kami cukup singkat hanya sekitar tiga bulan
Sebuah acara pacaran yang ‘panas’ dan tak terkendali
Hingga istriku hamil duluan sebelum kami menikah
Akhhh…..
Aku memang masih begitu muda dan jauh dari pantauan orang tua
Gejolak birahiku begitu gampang tersulut oleh sentuhan jemari wanita
Apalagi…euis sedemikian cantiknya
Dan…
Akhirnya kami menikah…
Walau saat menikah aku seperti sendiri
Ibuku yang sudah tua dan miskin tentu tidak dapat ke pulau jawa
Demikian juga dengan kakakku satu-satunya
Memang kami dari keluarga miskin

Pernikahan kami digelar dengan sederhana
Selanjutnya kami kembali ke tangerang…meneruskan hidup berdua
Dan….
Sepertinya petaka sehabis perikahan datang
Aku di PHK oleh perusahaan meubel tempatku bekerja
Beberapa waktu lalu, pabrik meubel tempatku bekerja terbakar
Dan selanjutnya….ada pengurangan pegawai secara besar-besaran
Istriku sejak menikah juga keluar dari buruh pabrik garmen
Jadilah kami berdua pengangguran….

Dan…satu-satunya keahlianku yaitu tambal ban
Akhirnya aku membuka kios kecil tambal ban sepeda motor di pinggir jalan
Dari sinilah aku berusaha menafkahi keluargaku

Dan istriku bekerja di salon yang tidak terlalu jauh dari rumah
Aku tak paham dengan pekerjaan salon
Yang kutahu pekerjaan salon bukanlah pekerjaan yang berat
Sehingga kuijinkan walau dia dalam kondisi hamil
Sebuah perjuangan hidup yang keras di ibu kota

Aku mengendarai sepeda motorku dengan pelan
Suasana panas kota Tangerang tak kuhiraukan
Dan salon tempat istriku bekerja sudah nampak
Sebuah salon yang sebenarnya tak begitu besar dan ramai
Sebuah salon biasa…

Dan pelan aku berhenti di bawah pohon….
Menanti …
Menanti sebuah kebenaran akan kabar miring tentang istriku
Akhhh….mengapa juga aku percaya?
Bukannya gosip dalam sebuah rumah tangga itu adalah hal yang biasa?
Tapi aku sedemikian penasaran
Ketika kemaren tetanggaku bilang
“coba saja jam sebelas siang…saat istrimu istirahat, kamu pasti akan tahu…”
Dan sekarang jam 11 siang
Saat jam istirahat siang…

Aku menunggu…
Seperti mata-mata..
Menunggu istriku keluar
Jam seperti terhenti berdetak
Terasa sedemikian lama
Dan…
Akhirnya terlihat juga…
Istriku keluar…
Dengan seragam kerja yang sexy
Istriku memang cantik
Di belakangnya….
Seorang lelaki setengah baya
Berdasi, berjas….berjalan sambil merokok

Dan….diriku….tercengang
Bagai di sambar petir
Melihat Keduanya masuk ke dalam sebuah mobil
Aku sepertinya tak lagi menginjak bumi

Akhhh…rasa penasaranku belum jga habis
Mobil bergerak
Dan….
Dengan cepat aku mengambil sepeda motorku
Membuntutinya…..
Akhhh….sungguh aku tak mengira
Sungguh tak mengira
Istriku selingkuh di belakangku
Benar saja…
Benar saja….
Mobil menuju losmen yang tak jauh dari salon…
Dan aku terhenti
Lemas sudah seluruh ragaku dengan pemandangan di depanku
Sekali lagi…aku benar-benar tak percaya

************

“Gubraaakkkk”
Sebuah sentakan kakiku yang dengan sekuat tenaga menjebol pintu kamar losmen.
Aku baru sadari, kekuatan seseorang di puncak emosi sedemikian dasyat.
Hanya dalam satu sentakan kaki, pintu kayu ini lepas dan pecah.

Aku berdiri kaku….
Di belakangku dua orang pegawai losmen berdiri gemetar.
Tadi aku sempat bertengkar dengan pegawai losmen.
Aku ingin kunci kamar yang di tempati istriku.
Tapi sepertinya semua menutupi adanya istriku di salah satu kamar losmen ini.
Akhirnya aku paksa….
Kukeluarkan golok dari bali bajuku…
Kuseret dan kuancam…
Kusuruh menunjukkan kamar tempat istriku berzina dengan lelaki hidung belang.

Dan sekarang aku berdiri kaku…
Emosi telah menguasai jiwaku..
Hatiku mendidih..
Tubuhku bergetar hebat, hingga tangan yang sedang memegang olok rasanya ikut tergetar.

Di depanku…
Di sana.
Tak jauh dari aku berdiri terpaku
Sepasang manusia tanpa sehelai benangpun melompat dari ranjang.
Darahku benar-benar mendidih menahan emosi
Mataku tak berkedip serasa tak percaya..
Di depan sana..
Diatas ranjang…
Euis istriku, bugil dan beringsut di pojok kamar
Tubuhnya menggigil ketakutan.
Kulihat tangannya menggapai apapun untuk menutupi tubuhnya.
Dan di sampingnya…
Keadaan yang sama
Seorang bapak-bapak gendut
Dengan tubuh penuh peluh
Melotot memandangku.

Pelan aku melangkah…
Mendekatinya…
Seperti harimau yang akan menerkam korban yang tak lagi berdaya

“mas..mass…tahan emosi mas…masss…” suara petugas losmen penuh ketakutan
Aku tak lagi peduli
Emosi telah menguasaiku
Ada rasa marah, kesal menyatu dalam darah yang mendidh

“hey…siapa kamu hah?” suara lelaki gendut sambil melotot memandangku
“mas….” Hanya itu yang kudengar dari desisan lirih istriku
Aku tersenyum mendekat…
“akuu? Hmmmm…pengin tau siapa aku? Aku pencabut nyawamu, halal darah seorang pezina seperti kalian”

Lelaki itu melotot kaget…
“mas..sabar mas, ada apa ini?” suara bergetar dari lelaki di ranjang

Aku tak lagi peduli..
Kuangkat golok yang berkilau terterpa sinar lampu kamar
Dan…
Wajah sepasang pezina ini makin pucat…
Bergetar…
Sorot mata penuh ketakutan.
Dan…
Aku tak lagi peduli…
Yang kutahu, dua orang ini haruslah mati…
Saat ini juga!

***********

Dengan cepat aku melompat..
Tanpa sempat dia menolak, sudah kududuki dadanya dan kutempelkan golok tepat di lehernya
Dia terpekik
Wajahnya pucat..
Tubuhnya bergetar hebat…
Sangat ketakutan…

Tak lagi kupedulikan istriku yang semakin menjauh dengan membungkus tubuhnya dengan selimut losmen yang kumal
Tak kupedulikan dua orang petugas losmen yang berteriak-teriak menenangkanku

“amm…ammmpun mas, mas siapa?” dia benar-benar gelagapan
Aku tersenyum…
Dalam hati…masih ada waktu sedikit untuk menggorok leher lelaki bajingan ini.
“kamu punya istri?”
Dia mendelik bingung
Golokku semakin menekan lehernya
Ada darah mulai keluar menetes
Tubuhnya semakin tergetar ketakutan…
“kamu punya istriiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…?????” aku berteriak keras sekali
Dia tersentak kaget
“iya…iiyyyy…iya”
“bajingan kamu!” aku berteriak lagi kalap

Dia semakin ketakutan
Aku kembali tersenyum…
“kamu tahu nggak, dia istriku! Gimana rasanya kalau kamu lihat istrimu sendiri di entot orang lain hah? Bajingaaannnnnn…kamu pantas mati!”

“ma..ma..mas…..” dia gelagapan
Kulihat kedua tangannya terangkat
“ma…ma…maaf…” dia berusaha bicara sekena mungkin
Aku tak peduli
Kuangkat golokku cepat
Kulihat keringat deras membasahi wajahnya yang bergetar hebat

“mas fajaaaarrrrr…..” istriku menjerit
Aku menoleh marah kearahnya
“mas…jangan bunuh dia..jangaaannn….bunuh aku saja,aku yang salah! Aku yang ngajak dia…aku yang salah mas…bunuh aku saja mas..” istriku menjerit sambil menangis histeris

“diam lonte busuk!” aku berteriak keras sambil menempelkan ujung golok tepat di wajahnya
Kulihat istriku juga tergetar ketakutan
Selama bersamanya hampir aku tak pernah marah
baru kali….baru kali ini kesabaranku habis…
“diam kamu lonte…pelacur busuk..penyakit..anjing betina….nanti kamu juga aku bunuh …harus …harus kubunuh” aku melotot marah luar biasa.
Kedua tangan istriku juga terangkat …
Selimut yang menutupi tubuhnya melorot
Memperlihatkan payudaranya yang putih
Cuihhhh…tiba-tiba aku mual melihat tubuhnya….
Tubuh busuk bekas orang lain
“masss…sabar mas…”istriku kembali memohon
“diaaaammmmm…!” aku kembali menjerit

Kembali kuarahkan golok tepat di leher bandot tua
Lehernya yang besar mulai mengeluarkan darah…
Aku tak ingin membunuh dengan cepat
Pelannn……
Seperti menyembelih ayam
Kutekan golok…
Dan darah mulai deras keluar…
Kudengar istriku menjerit panjang minta pertolongan
Tapi semua tak lagi dapat menghentikanku
Bandot tua ini mulai gelagapan
Dadanya naik turun tajam kurasakan di pantatku
Seiring dengan darah yang semakin deras keluar di mata golokku.

*************

“jangan bergerak! Angkat tangan! Jatuhkan senjata ke samping! Cepat! Kami hitung sampai lima hitungan…” suara keras di belakangku.
Dengan cepat aku menoleh…
Dua orang polisi dengan pistol langsung terarah ke arahku…
Polisi itu mulai menghitung
Tiba-tiba emosiku lenyap seketika…
Kuangkat tanganku..
Dan kujatuhkan golok sesuai instruksinya.
Aku menyerah..
Tapi aku puas.

Dan tanpa kusadari, kedua tanganku telah ditekuk ke belakang
Aku diborgol, mirip pencopet yang ketangkap.
Dengan kasar tubuhku ditarik keluar…
“anda kami tahan untuk kami mintai keterangan!” kata salah satu polisi muda yang memborgolku.

Sempat kudengar istriku menangis menjerit-jerit histeris
Dan kehebohan dalam kamar losmen….
Beberapa polisi dan karyawan hotel tumpah…memasuki kamar losmen.
Aku tak tahu lagi selanjutnya
Yang kutahu dengan kasar polisi menaikkanku ke mobil tahanan
Di bak terbuka…
Dengan tangan terikat borgol.
Yang kulakukan saat ini, aku harus bersikap setenang mungkin…
Kuambil nafas panjang…
Kuhirup lagi agar ketenangan memasuki jiwa.

Dengan cepat aku dimasukkan dalam sel tahanan kepolisian…
Suara pintu jeruji sel gemmerincing ketika di buka
Dan dengan cepat borgol dibuka dan tubuhku di dorong masuk ke dalam…
Semua serba kasar menurutku.

Dengan cepat aku duduk bersandar di tembok dingin yang kusam.
Kutengadahkan kepalaku sambil kupejamkan mata…
Akhhh…akhirnya aku di tahan juga untuk urusan kriminal
Sebuah perjalanan hidup yang mungkin harus kulalui.

“selamat datang di istana kita…” suara berat tiba-tiba terdengar di depanku
Aku kaget
Kulihat di depanku….
Ada tiga orang duduk..
Semua bersandar pada tembok

Seorang bertubuh gempal, bertatoo di lengan dan mungkin sekujur tubuhnya
Berkulit hitam…sorot matanya kejam, aku paham…pastilah orang ini suka mabuk
Bau badannya menyengat, sangat tidak enak….

Seorang lagi, lelaki muda…mungkin usianya dua puluhan tahun, berkulit putih dan berwajah pucat….kurus dengan rambut awut-awutan tak beraturan.
Sorot matanya kosong, mungkin juga dia tidak tahu kalau aku hadir di ruangan ini.

Satu lagi, bertubuh tinggi, kurus, dengan rahang menonjol saking kurusnya.
Bibirnya tebal berwarna kehitaman…dia cuek sambil terus menghisap rokok.

Semua penjahat…
Aku yakin semua penjahat…termasuk diriku saat ini.
Aku tersenyum masam setelah menyadari bahwa semua penjahat…..

“nama kamu siapa anak manis?” tanya yang gendut bertatto
Kurang ajar! Aku dikatain anak manis…
“fajar” kataku cuek tanpa rasa ingin tahu namanya.
Dia mendekatiku…
Bau badannya semakin menyengat
Dia merangkul pundakku..
Aku semakin risih saja, ingin sekali menghindar, tapi aku tak ingin dia tersinggung
Aku diam saja…
Aku tak ingin membuat masalah baru..
“namaku bondan….”
Aku terdiam saja..
“kenapa kamu kesini? Kasus apa? Aku kasus pembunuhan” suaranya berat sambil tersenyum lebar memperlihatkan gigi-giginya yang kuning kehitaman.
Nafasnya bau sampah…
“sama!” ujarku ketus
“hahahahhaha…waduhhh…anak manis ini ternyata bisa kejam juga ya? Aku nggak mengira, pake apa?”
“apanya?”
“membunuhnya pake apa?”

Kutatap matanya..
Aku nggak boleh terlihat lemah dihadapannya
Ini rimba yang sebenarnya…
Siapa yang kuat, dia yang menguasai.

“pake golok, selesai kubunuh, kupotong-potong tubuhnya, kupotong kontolnya kemudian kusate, kumakan…kumasukkan potongan tubuhnya kedalam kresek…dan kubuang ke tempat sampahhhh…”

Dia melotot kaget
“wowwww…si anak manis ternyata psikopat ya?”
Aku semakin jengkel di sebut-sebut anak manis terus.
Di tersenyum mengejek…
“tapi…tapi disini….hmmm” dia berbisik menyemprotkan bau napas paling memuakkan dipipiku.
“Tapi apa?” aku melotot menantang
“aku yang berkuasa disini!”
“ohhhh…selamat berkuasa ya” jawabku sambil tersenyum sesinis mungkin

Dia sepertinya agak tersinggung dengan kesinisanku.
“hohoho….makasih, dengan demikian semua harus nurut sama aku disini”
“iya” jawabku pendek ingin segera mengakhiri percakapan.
Dia kembali menepuk pundakku..
“heh anak manis, kenapa kamu membunuh?”
“dia selingkuhin istriku!” jawabku ngasal
“hehehehehe…udah punya istri to? Tapi kok senengnya kontol ya?”
“apa?”
“tadi bilang, kontolnya kamu sate dan kamu makan”
“iya…kontol kamu juga pengin aku makan?” jawabku menantang
Dia melotot kaget
“wowww…jangan di makan lah…diemut saja mirip premen”
“hmmmm…dasar, punya kontol kecil saja pamer!”
“hahahahaha….siapa bilang kontolku kecil hah?”
“kamu, tadi bilang kontolmu mirip premen”
“hahahhaha lucu banget ini anak manis”

Aku menatapnya tajam
“aku serius”
“hahahahha maksudmu apaan?”
“aku serius! Kalau kamu macem-macem denganku, kupotong kontolmu kusate dan kumakan”
“hahahhahahaha”
Dia tertawa mengejek.

Kulirik disampingku
Ada piring makan khas tahanan yang kotor dengan sendok diatasnya
Kuambil sendok…
“hahahhahaha..disini mau motong kontolku pake apa? Pakai gigi? Wowww enaaakkk?’
Dia masih mengejekku…

Kutunjukkan sendok di depan matanya
“dengan ini!”
“hahahhahahahahha…kontolku mau disendok”

Aku pernah ikut perguruan tenaga dalam
Semacam bela diri
Bagiku membuat senjata dari sendok sangatlah gampang

Pelan dihadapan wajahnya
Kupotong sendok…
“klik” dalam satu sentakan gagang sendok telah terpotong
Bagian sendoknya kuremas hingga hingga membentuk lempengan
Bagian gagangnya berbentuk berjeruji ….
Kutunjukkan di depan matanya…..
“pake ini..ini tajam..kontol nggak ada tulang, sangat gampang memotong kontolmu pake ini”

Dia melotot kaget…
Beringsut menjauh dari tubuhku
Wajahnya pucat….

***********
Bersambung..
Read more »
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Sunset Terakhir (Fiksi) Part 2


By. Ajiseno

Perjalanan selanjutnya menyusuri jalanan..keluar dari pusat kota magelang
Fajar terus berceloteh…
Ternyata baru kutahu, fajar banyak omong juga
Sebagian besar yang dibahas tulisan-tulisanku di gif
Aku Cuma senyum-senyum saja menanggapi
Padahal sebenarnya kepalaku mulai berdenyut, aku pusing akibat goyangan di mobil tuanya fajar atau mungkin karena bau bahan bakarnya

Akhirnya pelan mobil menepi
Disebuah bengkel sederhana di pinggir jalan
Terdapat seorang berumur setengah baya sedang manangani sebuah sepeda motor
Beberapa sepeda motor tua tampak berderet di area bengkel
Alat-alat bengkel menambah kesemrawutan bengkel tersebut
Ada bangku panjang di sisi ruangan

“mas aji, ayo turun”
“mau ngapain?” tanyaku heran
Dia hanya menoleh sambil senyum saja
Membuka pintu mobil dan keluar meninggalkanku
Akupun dengan susah payah membuka pintu mobil yang sedemian seret.

Aku berjalan pelan menuju bengkel
Beberapa orang duduk dan ada dua orang jongkok menghadap sepeda motor yang sedang di perbaiki
Bengkel ini lumayan ramai menurutku
Dan seperti biasa, bengkel di area kampung selalu menjadi ajang diskusi tentang otomotif bagi yang awam

Kulihat fajar begitu di kenal oleh orang-orang yang ada di bengkel
Pelan aku duduk disisi bengkel, di bangku panjang yang terbuat dari papan
Disampingku ada dua orang yang kelihatannya sedang menunggu sepeda motornya di service

Kudengar percakapan mereka
“mas fajar..kok baru datang? Tolong mas, motorku ngadat terus” ucap seorang yang duduk disampingku
“walah…maaf jo, baru ada tamu je, ini tamu saya dari semarang, gimana kalau nginep saja, nanti malem kutangani lah”
Orang itu menoleh ke arahku
“sampeyan tamunya mas fajar?”
“iya pak” jawabku sambil senyum dan mengangguk
Kusalami dua orang tersebut
“yo wis kalo gitu, aku tinggal saja motorku, tapi bener lho, nanti malem di tanganin”
“beres lah”

Kulihat fajar mendekati orang yang sedang menservice
“pak to…itu di mobil barangnya, sono diambil aku mau ngenter tamuku”
“ohhh yo, dah dapet to”
Selanjutnya kulihat orang tersebut tergopoh-gopoh menuju mobil dan mengambil kardus berisi sparepart
Fajar duduk di sampingku
“jar kamu kerja disini?”
Dia mengangguk
“woww..berarti kau pinter nyervice sepeda ya? Entar motorku kalau rusak kubawa kesini ya”
“beres lah mas aji, pokoknya kalau rusak bawa sini saja”
‘oke…gratis to?”
“boleh…gratis pokoknya, khusus untuk mas ajiku”
“heheheheh…beres lah, besok lah, pasti kubawa kesini”
“udah yuk, kita kerumah”fajar menarik lenganku

Kembali aku menuju mobilnya fajar
Kupegang kepalaku..pusing, terutama dengan bau bahan bakarnya
Tau pusing gini, tadi mendingan aku mengikuti mobilnya fajar sambil naik sepeda motorku
Dan benar saja…
Baru saja duduk, bau bahan bakar menyeruak
“masih jauh rumahmu jar?”
“nggak kok…tuh”
Fajar menunjuk rumah dipojok jalan sekitar 100 meteran
“mana?”
“itu yang bercat putih”
“ohhh…aku jalan saja ya?”
‘apa? Nggak usah mas, satu menit nyampe kok”
Dan deru mobil kembali terdengar
Benar-benar mobil busuk…baunya begitu menyengat membikin mual dan pusing
Akhh lega rasanya
Akhirnya sampai juga dihalaman rumah bercat putih…
Sepi
Benar-benar sepi..
Seperti rumah tanpa penghuni

*************

Rumah ini benar-benar sepi…
Agak gelap untuk ukuran siang seperti ini
Fajar masuk dengan tergesa dan langsung membuka jendela yang ada disisi ruang
“masuk mas aji…” ujarnya masih cuek mengambil ini itu
Ada beberapa pakaian anak-anak yang diletakkan di kursi tamu
Dengan santai aku duduk di kursi tamu
Fajar langsung ke belakang

Dan…..
Dalam hitungan menit dia telah membawa air minum dan beberapa makanan ringan
Ternyata fajar telah menyiapkan segala sesuatunya untuk ‘menyambutku’
Dia tersenyum
“Mari diminum mas…hari ini pokoknya aku seneng banget mas aji kesini, ayoo mas”
Kutatap air sirup di gelas
Kuambil…”jarrr…”ujarku pelan
“ya mas…”
“ini nggak diberi obat perangsang to?” candaku sambil pura-pura khawatir
“hahahahhaha…ya iyalah…minum saja mas, pasti entar mas aji terangsang hahahahaha”
Kembali aku terpana pada gigi-giginya yang rapi dibalik tawanya

Kuminum…setengah
“iya neh…aku jadi terangsang jar…gimana neh?” candaku lagi
“wayyyyaakk….langsung bereaksi to?waduhh padahal aku belum siap lho hahahhaha”
Fajar masih saja tertawa
Kalau sudah gini aku akan terus candain dia agar bisa terus melihat tawanya yang manis sekali

“eh jar…”
“ya mas”
“kapan neh mau servis sepedaku?”
“lho sepedanya kan diparkiran masjid”
“ya udah, berhubung sepedanya nggak ada, orangnya aja ya?” ujarku sambil berkedip
“hahahahhaha…boleh…boleh…entar deh kuperiksa businya…masih berfungsi tidak?”
“waduh jar..businya di dalam kan, harus pakai alat untuk membukanya jar, emangnya kamu punya alatnya po?” ujarku senyum-senyum menggoda dia
“heheheheheh…jo kuatir mas, soal buka busi ditanggung ahli lah hahahha”
Fajar masih saja tertawa

Selalu kutatap tanpa berkedip saat dia tertawa
Inilah keunggulan ‘seorang’ fajar
Dia kalau dalam keadaan diam, cenderung ‘berwibawa’ tapi jika sudah tertawa maka akan berbalik seratus derajat…dia cakeeepp sekali.

“jar ..beneran kamu kerja di bengkel tadi?” tanyaku lagi
Kali ini aku dengan raut wajah serius
“bukan..itu bengkel milikku”
“ohh…itu kalau siang mas, kalau malam aku buka warung tenda nasi goreng”
“waduuhhh…nggak capek tuh?”
“yaahhh namanya saja nyari uang mas, ya nggak capek lah”
“wahhh hebat deh….”
“hebat apaan…Cuma punya bengkel kecil gitu aja hebat, mungkin itulah mas, makanya aku nggak berani nongol di GIF, anak-anak GIF sebagian besar kan anak kuliahan mas, kalaupun kerja kebanyakan pegawai kantoran kayak mas aji ini, uhhh minder juga mas, apalagi aku kan kerjaannya kotor…di bengkel gitu”
“waahhhh jangan gitu dong, kamu tuh hebat…bener hebat jar, aku aja nggak bisa siang malam kerja kayak kamu, lagian sekecil apapun bengkel kamu jar, ini adalah usaha kamu, bedalah sama aku, aku kan bekerja untuk orang lain, tak ada kebanggaan, makanya kamu tuh harus bangga”
“eh bentar mas..”
Dia beranjak dari kursi dan kembali ke belakang

“mas aji..makan dulu yuk…udah siap neh” fajar telah di pintu
“wahhh kok jadi repot jar”
“ayolah..”
“oke’
Aku bangkit menuju ruang tengah
Sebuah meja makan penuh dengan makanan
Gudeg, sayur krecek, telor bacem, tempe goreng dan lalap cabai rawit hijau
Aku benar-benar terpana
Fajar menyajikan makanan yang bagiku sangat mengundang selera

Kami makan begitu lahapnya
Aku suka sekali rasa gudegnya
Gurih manis, tak seperti gudeg jogja yang cendrung manis legit
Ini sangat gurih…
Aku sampai lupa diri dengan makannya

Selesai makan tiba-tiba fajar nyeletuk
“mas..ikut aku…sini!”
“kemana?”
Dia bangkit..
Kami menuju tangga terbuat dari kayu
Ternyata rumah ini lantai dua
Terhubung oleh tangga kayu
Antik juga
“ke kamarku…”
“hah…ngapain jar?”
“lho katanya mau servis busi…ayoooo…cepetan…” fajar menarik lenganku sambil senyum-senyum
Aku masih bingung luar biasa
Pelan aku naik tangga dengan hati berdebar

************

Sebenarnya ini sebuah ruangan sederhana
Lebih tepatnya sebuah loteng (lantai dua) yang kecil
Hanya satu kamar
Di depan kamar hanyalah atap rumah yang dibuat rata sehingga bisa untuk kegiatan menjemur
Seng yang tebal..
Sehingga kalau kita jalan-jalan di atap rumah layaknya berjalan dihalaman rumah

Ruangan ini berlantaikan papan kayu yang tebal
Pintunya dua..
Satu menghadap ke timur
Dan satu menghadap ke barat
Dari segala pintu semua pemandangan indah terpancar
Jika kita keluar ke pintu timur maka terhampar deret gunung-gunung yang seolah sudah disiapkan dengan begitu rapinya
Gunung merapi, merbabu, telomoyo dan gunung andong
Dan aliran sungai elo berkelok mengikuti alur kota magelang menambah elok suasana

Dan jika ke barat gunung sumbing begitu besar, tinggi dan dekat
Kokoh seolah menopang bumi
Sangat indah…
Dan …akhhh gunung prau juga terlihat disini
Seperti perahu tengkurap
Terlihat kecil disudut bumi

Aku berdiri mematung…
Aku tak percaya aku berdiri diatap rumah yang memang sengaja dibuat rata
Aku seperti berdiri di hamparan tanah
Memandang segala pemandangan dengan angin sejuk semilir yang menerpa tubuhku

“mass…” suara fajar dibelakangku
Aku menoleh tersenyum
“napa?”
“maaf, rumahku jelek ya?”
“iya…jeleeeekkk banget, sampai aku tergila-gila heheheh”
“uhh”
“beneran jar, ini cakep banget, besok kalau aku punya rumah akan kubuat seperti ini jar”
Kulihat fajar tertawa mendengar jawabanku

“mas aji sedang liat apa?”
“merapi jar”
“merapi?”
“iya…tak mengira saja, gunung secantik itu bisa begitu ganasnya”
“iya…mirip cewek”
“apa?”
“iya..merapi itu mirip cewek, cantik, tapi sekali dia marah bikin semua terluka”
“hmmmm….kayaknya kamu punya pengalaman dengan cewek ya ?” tanyaku menyelidik

Kulihat fajar menghela nafas panjang
“iya mas…”
“hmmm…bisa cerita?”

Tiba-tiba fajar menarik lenganku pelan
“masuk mas….”
Aku menurut saja

“duduk mas”
Kami duduk dilantai beralas karpet
“ada apa jar? Serius amat”
Tiba-tiba kulihat wajah fajar yang sungguh berubah
Berubah dengan sedemikian serius
“ada apa jar?” ulangku tak sabar

Fajar kembali menarik nafas dalam-dalam
“napa aku pengin sekali mas aji kesini, tak lain karena aku punya kisah hidup…yahhh…mungkin bisa mas aji tulis sebagai cerita baru”
Aku kaget
“apa? Nggak salah jar?”
Fajar menggeleng lemah

“nggak, mas aji tulis saja kisahku”
‘jar…aku tuh bukan penulis, atau novelis, bukan juga pengarang”
“akhh jangan gitu mas, aku rasa kisahku paling cocok ditulis mas aji”
‘jar…maaf, aku nggak bisa jar, cari yang lain saja “

Fajar tersenyum
“mas..kisah hidupku sangat menarik jika mas aji tulis”
Aku menggeleng
Sangat berat menulis kisah orang lain bagiku
Serasa ada beban
Atau…
Lebih tepatnya serasa ada tanggung awab yang harus dipikul
Harus bagus..
Harus sesuai pesanan
Akhhh aku nggak mungkin bisa

“ayolah mas…aku yakin, kisah hidupku paling bagus jika ditulis mas aji”
“jar, napa nggak kamu tulis sendiri saja?”
“haahhahahaah…”
“kok malah ketawa to?”
“aku ngetik aja nggak bisa pa lagi nulis cerita”
“walah sama dong”
“nggak lah, mas aji kan dah banyak nulis tuh”
“aduh jar…tulisan gitu aja”
“udahlah mas….atau…hmmm”
“apaan?”
“mas aji kinta honor?”
“honor apa?”
“honor nulis”
‘gilaaaa…!!!! Ya nggak lah”
“hehehehhe ya udah makanya tulis aja mas”
“hmmm boleh aku tanya jar?”
“ya mas”
“napa kisah hidupmu pengin aku tulis jar?”

Fajar terdiam sejenak

“yahhh…aku punya masa lalu, dan masa laluku bukan hal yang mudah untuk aku lewati mas, makanya aku ingin selalu mengenang masa laluku sebagai acuan untuk hidup dimasa depan, dengan ditulis, itu merupakan suatu kebanggan tersendiri dalm kehidupanku”

“ohh gitu ya, hmmm penasaran juga dengan kisah hidupmu jar”

Tiba-tiba kulihat wajah fajar cerah
“jadi mas aji mau , kalau nulis kisah hidupku?”
Aku mengangguk pelan
“ohhh makasih banget mas”
“tapi…dengan syarat jar”
‘apaan mas”
“kamu nggak boleh protes dengan apapun bentuk tulisanku”
“iya..beres mas”

Tiba-tiba kudengar langkah lari kecil di tangga rumah
Suaranya sangat terdengar, mungkin karena tangga juga terbuat dari papan kayu

“bapaaakkkk……” suara anak kecil melengking
Seorang bocah berusia sekitar 4 tahunan datang
Rambutnya lumayan panjang lurus lemas dan menutup dahinya
Anak yang cakep
Anak itu berdiri mematung memandangku
Mungkin dia tak mengira ada aku disini

“riri sinii…ini ada temen bapak…om aji namanya, salaman dong”
Pelan kaki kecilnya melangkah menuju fajar
Dia menggeledot manja di bahu fajar
“salaman dong’
Aku tersenyum langsungh mengulurkan tangan dan dia menyambut
Sebuah telapak tangan mungil yang lembut kurasakan menempel di telapak tanganku
Kucubit pipinya lembut
Dia tersenyum…
“namanya siapa neh? Tanyaku kepadanya
“riri om”
“hmmm nama yang bagus”

Kupandang wajah fajar
“siapa jar?”
“anakku”
“maksudmu?”
“iya riri itu anakku mas”
“anak angkat?”
“bukanlah…riri itu anak kandung”
“jadi kamu dah berkeluarga jar?”
“iya”
“mana istrimu jar?”

Fajar menggeleng pelan
“kami sudah pisah kok mas”
Aku terdiam
Semua ini di luar dugaanku
“jadi kamu duda?”
Fajar mengangguk lagi
Kutatap wajah fajar dan riri bergantian
Yah…mereka mirip, Cuma riri berkulit putih
Tapi apapun juga, aku tak mengira…fajar ternyata seorang duda…lebih tepatnya duren…duda keren

***************
Bersambung..
Read more »
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Sunset Terakhir (Fiksi), Part 1



 By. Ajiseno
MAGELANG 12.35
Kuselonjorkan kakiku dilantai marmer, dan kusandarkan punggungku di dinding masjid
Hmmm…begitu sejuk terasa
Entahlah…hampir semua masjid pasti menyejukkan
Pada saat udara panas menyengat seperti saat sekarang ini, istirahat di masjid menjadi begitu menentramkan

Saat ini aku sedang janjian ‘ketemuan’
Ketemuan dengan teman dari dunia maya.
Sudah hampir setahun kami berteman akrab, sering chat bahkan sering telepon
Sebagian besar, berisi curhatan tentang kehidupan sehari-hari
Namanya fajar kurniawan, dia anak magelang
Dia anak GIF
Yahh…kami kenalan lewat media GIF
Dia adalah ‘pengagum rahasiaku’ katanya sih, mungkin karena itulah dia selama ini menjadi ‘silent reader’ di GIF
Heran saja, ada yang mengagumiku
Kadang aku merasa tak pantas untuk di kagumi, andai ada yang suka dengan tulisan-tulisanku di GIF, menurutku itu wajar, tapi kalau mengagumi, menurutku ini terlalu berlebihan

Sampai setahun kami bertemen, belum sekalipun aku melihat sosok nyatanya
Hanya foto kecil di fb….
Berkali-kali dia minta ketemuan, tapi selalu kutolak
Bukan apa-apa, aku saja yang merasa begitu rendah diri untuk sebuah ketemuan
Merasa paling jelek
Paling item
Paling tua…
Sehingga aku merasa tak pantas untuk ketemuan-ketemuan layaknya seorang remaja
Dan…
Bagiku berteman di dunia maya, saling berbagi, bercanda menghilangkan stress, ini adalah lebih dari sekedar cukup

Tapi fajar lain…
Dia begitu keukeuh…
“harus ketemu!” katanya dalam sebuah telepon
“nggak ah…entar kamu kecewa setelah ketemu ma aku jar” kataku waktu itu
“emang kecewa napa mas aji?”
“aku jelek jar”
“nggak masalah, aku pengin ketemu mas aji, bukan karena fisik, tapi aku memang bener-bener pengin ketemu”
“nggak mau, aku sibuk”
“ayolah mas…pokoknya aku pengin ketemuan, kita sudah berteman lebih dari setahun berteman, mosok aku hanya dengar suara mas aji saja, ayolah mas…”
“nggak ah…cukup lewat internet saja atau lewat hape kan bisa jar, berteman nggak harus saling ketemu kan?”
“nggak..pokok’e kita harus ketemu, kapan mas aji ke magelang ?”
“nggak tau”
“atau aku yang ke semarang saja ya?”
“jarrrr…..udaahhhh…pokoknya aku nggak mau ketemu jar, aku takut kamu entar kecewa, aku tuh jelek, dah tua, item…..”
“udaahhhhh…pokoknya mas aji kayak apapun, entar pasti dapat pelukan dariku”
“berarti kamu harus siap-siap muntah”
“hahahahhaha…iya deh, ayolah mas, kapan mas ke magelang?”

Sesaat aku terdiam
“saat ini aku di magelang jar”
“apa? Mas aji jahaaatttt…”
“lho napa?”
“mosok di magelang nggak bilang ma aku?”
“lho, kamu kan nggak nanya”
“sekarang ya?”
“apanya?”
“ketemuaaaaaaaaaaannnn”
“nggakkk mauuuu”
‘uhh…itu berarti mas aji nggak sayang ma aku, mas …,aku ini ngefans ma mas aji lho”
“nggak ngaruh jar, mau ngefan ngefen…tetep aku nggak mau ketemu”
“mass…ini bener lho, selain bertemu, aku juga ada bisnis lho?’
“bisnis apaan jar?”
“makanya ketemu, apa mas aji takut kalau kuperkosa ya?”
“heheheheheh…kalau diperkosa sih malah seneng jar , aku Cuma nggak mau kamu entar kecewa”
“sejuta persen…sejelek apapun mas aji….aku takkan kecewa, swear..sumpah mati ”
“walahhhh”
“sekarang saja ya?”
“apanya?”
“Aduh mas…jangan sok pikun gitu lah”
“heheheeh, iya deh, tapi janji ya…sejelek apapun aku, kamu harus siap”
“siaaappp, pokoknya aku siap ketemu sama mas aji yang super jelek”
“uhhh…jadi bingung jar, aku tuh nggak pernah ketemuan”
“mas kalau bicara fisik, aku juga jelek kok, kuharap mas aji pede saja…nyante mas, wong Cuma mau ketemu sama fajar saja”
“hmmm oke deh”
“dimana mas?”
“terserah kamu”
Dia kemudian menyebutkan beberapa lokasi untuk ketemuan…tapi hampir semuanya aku tak kenal lokasi tersebut
Akhirnya solusi terakhir…
“ya udah…di masjid agung mas..ba’da dhuhur, sekalian aku juga mau sholat, tau masjid agung magelang kan?”
“oke…”
“sekitar jam setengah satu ya mas”
‘oke”

Sejak pagi jantungku sudah berdebar
Terus terang saja , aku paling jarang ketemuan sama orang-orang yang kukenal lewat dunia maya
Kupakai celana jeans coklat dan baju kotak-kotak lengan pendek
Aku Cuma mau memberikan kesan santai saja
Akhhh tetap saja hatiku tak santai
Aku begitu berdebar tak karuan

Aku sudah sholat dhuhur tadi
Saat ini aku di serambi depan masjid agung magelang
Diantara begitu banyak orang-orang yang sedang duduk-duduk atau tiduran
Kupegang hpku
Sekali lagi aku berusaha sesantai mungkin
Memandang alun-alun magelang yang nyata di depanku dengan pohon beringin besar di tengahnya
Tetap saja tak nyaman

Tapi yang membuat hatiku tenang
Aku paham betul, fajar kelihatan kalau dia sudah dewasa
Lagian dia anak GIF, yang kutahu..hampir semua anak GIF yang ku kenal baik-baik hatinya
Aku yakin…fajar juga pasti anak baik-baik
Ini terbukti…
Dia mengajak ketemuan di masjid
Sangat jarang dua orang gay ketemuan di masjid
Sebagian besar ketemuan di hotel atau di tempat wisata
Ini di masjid
Tak mungkinlah kalau fajar bukan anak baik-baik

Tiba-tiba hp di genggamanku berdering
Ada nama fajar disana
“assalamualaikum mas…”
‘wa’allaikum salam”jawabku
“njenengan dimana mas?”
Dan saat itu juga, aku melihat sosoknya
Tak jauh dari tempat aku duduk
Sosok lelaki bertubuh sedang dengan kulit coklat tuanya
Aku paham betul…dia fajar
Dia sedang menempelkan hp di telinganya

“mass….masss allooooo” ucapnya tak sabar
Aku Cuma tertawa
“masss….jadi ketemu tidak?”
“heheheheheh…nggak ahh” godaku
“masss…jangan permainkan aku dong”
Aku melihat betul sosoknya
Dan aku semakin yakin itu fajar
Suaranya yang keras terdengar olehku
“mas aku sudah di masjid, mas aji dimana?”
“hehehehhehe”
“masssss…..”dia setengah menjerit

Tiba-tiba pandangan kamu ketemu
Kuletakkan hpku di lantai
Sambil tersenyum lebar tanganku melambai kearahnya mengajak mendekatiku
Sesaat dia terbengong
Dan entah dia sadar atau tidak, dia berlari menghampiriku
Aku Cuma tertawa saja melihat tingkahnya
“halo fajarku yang ganteng…” ucapku ketika dia mendekatiku
Dia terduduk tepat di depanku
Bengong!
Itu reaksi pertama ketika melihatku
Aku tersenyum lebar
“iya mas…mas aji jelek…heheheheh bener-bener jelek, gemes aku pokoknya!”
Langsung kedua belah telapak tangannya mencubit kedua pipiku gemas
Andai ini tidak di masjid pasti dia sejak tadi sudah memelukku

Dia tertawa lebar
Memperlihatkan gigi-giginya yang rata
Hidungnya tidak begitu mancung, tapi pas dengan postur tubuh gempalnya yang tidak terlalu tinggi
Rahangnya kokoh
Nampak begitu lelaki
Hanya satu kata yang tepat ketika pertama kali lihat dirinya
‘fajar ganteng!”

******************

Aku Cuma tersenyum memandangnya
Kami duduk bersila berhadapan
Sangat-sangat dekat sehingga aku bisa begitu mengamatinya
Sebenarnya wajahnya sangat ganteng, sayangnya terkesan kurang terawat
Rambutnya juga kering
Akhh…andai rumahku dekat, pastilah tiap hari kuminyaki rambutnya
Pasti tambah ganteng
Yang kusuka dari fajar kalau dia tertawa, giginya begitu rata putih, membuat orang yang dihadapannya sesaat terbengong…terpana dan larut dalam pesona tawanya

Sesaat kami terdiam kami saling mengamati
Ternyata begini ya, sebuah pertemuan pertama dari pertemanan di dunia maya
Kikuk…..
Aku berusaha sesantai mungkin
Tapi rasa minderku kembali kumat…
Aku benar-benar minder
Merasa sangat jelek dihadapannya

“kok diem jar?’tanyaku membuka percakapan
Dia kembali tersenyum lebar
“kan kata-kata sudah habis mas, tinggal saling memandang saja”
“jangan gitu dong…akhhh kamu nih, aku kan jadi minder”
“uhh mas aji, napa mas harus minder? Mas aji kan….”
“udaaahhh…mulai deh”
“maksudku…mas aji kan jelek heheheheheh”
“tuh kan? Kamu kecewa kan setelah ketemu aku?”
“iya…aku kecewa mas”
“uhhh..makanya berapa kali kubilang, kita nggak usah ketemuan”
“maksudku, aku kecewa, kok nggak sejak dulu ya, kita ketemuan hahahahha”
Dan aku kembali terpana melihat tawanya
Dari jarak sedemikian dekat, fajar manisss…

Dan aku pura-pura pasang muka cemberut
Kupandang wajahnya yang masih senyum-senyum
“eh, napa senyum-senyum gitu?” tanyaku sedikit tersinggung
Fajar masih saja senyum-senyum
Uhhh bikin kesal
“hmmm…nggak ngira saja, aku bisa ketemu mas aji, nggak ngira…beneran!”
“emang napa?”
“bagai mimpi rasanya…nggak percaya”
“hahahahahhaha…dasar aneh, ketemu orang jelek saja bisa kayak gitu”
“beneran mas, mas aji ini nggak jelek, Cuma jujur saja, nggak sesuai dengan bayanganku selama ini”
‘ohhh…emangnya dalam bayanganmu aku seperti apa jar?”
Sejenak fajar terdiam
“seperti …hmmm…seperti atalarik gitu lah”
“hahahahhahaha….bagai bumi dan langit lah kalau sama atalarik”
“iya mas, kalau baca di tulisan-tulisan mas aji, sosok mas aji ini tinggi, banyak senyum, penyabar..pokoknya dalam bayanganku seperti atalarik gitu pastinya”
“hehehehehehe…kasian kamu, nggak taunya malah mirip tukul arwana ..heheheh”
“iya…”
“biarin deh, yang penting hidup hahahhaha”
“udah ah mas..jangan bahas fisik…”
“bentarrrr…”
“apa lagi mas?”
“aku kan belum kasih pendapat tentang dikau fajarrrr?”
“hahhh…nggak usah!, aku nggak mau”
“bentar..kalau aku amati, kamu ini seperti..hmmm…..”ujarku sambil garuk-garuk kepala
“udaahhh…ayo mas..kita ke rumahku saja, nggak jauh dari sini kok”
Dia bangkit
Tangannya menarik lenganku
“bentar jar…aku kan..belummm….”
‘udahhhh…” dia menarikku hingga aku benar-benar beranjak dari dudukku
“uhhh..jar, nggak adil nih”
‘biarin…ayo mas harus mampir ke rumahku sekarang”
“aduhhh nggak mau”
“ayooo nggak ada siapa-siapa kok Cuma aku sendirian mas”
‘ohhh…oke, tapi jangan perkosa aku ya?”
“hahahahhahaha lihat saja nanti” dia tergelak
Kami berjalan menuju tempat parkir
Di situ terdapat mobil pick up kotor
Ternyata itu mobilnya fajar
“mas…sepeda motor mas aji di tinggal di parkiran masjid ini saja ya, mas aji ikutan mobilku “
Aku Cuma menggangguk

Mobil nya fajar sangat terlihat kalau sudah berusia tua
Bak belakang udah penuh lengkungan dan berkarat
Dan tebakanku benar
Ketika di starter..suaranya menderu keras dengan asap mengepul
Tubuhku bergoyang keras ketika dia oper gigi
Tapi aku suka mengamati lengannya yang kokoh
Dan kulihat kaosnya banyak noda hitam…
Noda olie…
Ahhh fajar, kamu sungguh tak memperhatikan penampilanmu
Padahal….sungguh..kamu itu ganteng!

*************
Bersambung...
Read more »
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Kisah dengan Abang Tirun



Kisah ini terjadi ketika aku, Felix, telah lulus kuliah dan sedang bekerja disalah satu perusahaan asing terkemuka di bilangan Kuningan, Jakarta. Saat itu aku tinggal di sebuah kamar kos di bilangan Tomang. Daerah tempat kos ku memang sedang dalam masa pembangunan sehingga dimana mana banyak terlihat bangunan baru yang sedang dibangun. Hmm.. pemandangan indah buatku, apalagi ketika sore sore kalo jalan jalan di sekitar kompleks itu, banyak abang tukang bangunan yang sedang ngadem sambil melepas penat dengan bertelanjang dada. Di belakang rumah kos ku persis sedang dibangun sebuah kompleks perumahan elite yang dari depan kamarku langsung menghadap ke bedeng para tukangnya tidur. Sayangnya, bedeng itu terpisah jauh dengan bedeng tempat mereka mandi yang berada di pojokan seberang bedeng tsb. Namun, di depan kamar kosku, para tukang itu suka bercengkerama di papan kayu yang mereka buat sendiri sebagai dipan darurat diantara tembok pemisah rumah kosku dengan lahan pembangunan. Tak jarang aku mengintip mereka dari jendela kamar kosku. Ada yang suka bercengkerama sambil memakai sarung doang atau singlet ketat bahkan bertelanjang dada Cuma bersarung, ada juga yang suka kencing dari atas bedeng itu sehingga kontolnya keliatan dari kamarku, ada yang suka tidur malam di dipan itu bergerombol dengan bersarung dan bertelanjang dada (aku pernah meraba raba beberapa tukang yang sedang tidur malam bersarung itu, ternyata mereka tidak pernah memakai celana dalam alias bugil abis, Cuma bersarung saja!!!). Masih banyak lagi bahan omongan para tukang itu. Hehe…
Namun, bukan para abang tukang bangunan di belakang kosku yang menarik perhatian meski beberapa ada yang cute, hot dan hunk. Yang menjadi incaranku ialah Tirun, umur sekitar 20an akhir dengan tinggi sekitar 175cm berambut cepak kasar dan badan yang ketat, super keras, perut six pack bahkan ketika dia sedang duduk santai pun, perutnya tetap terpahat kotak kotak yang suka bikin aku pengen pingsan kalo ngeliatnya, ditambah trisep dan bisep besar namun proporsional dengan keseluruhan badannya, sungguh otot sempurna plus kulit coklat mempersembahkan bentuk laki laki jantan yang sempurna, yang selama ini sering kita lihat di tv atau majalah saja. Dialah yang selalu membuat aku berdesir tiap kali melihat tubuhnya.
Pertama kali aku melihatnya saat itu, aku sedang jalan kaki dari kosku ke warung depan untuk beli air mineral dingin. Saat itu Tirun dan teman temannya sedang menggali lobang di pekarangan proyek rumah yang sedang dikerjakannya. Dari celah celah pagar yang tertutup seng, aku bisa melihat beberapa cowok bertubuh kekar coklat sedang bekerja keras seperti memompa tanah namun dengan gerakan seperti menggali sumur, aku tidak tahu apa yang mereka sedang lakukan, dan tidak peduli juga. Yang aku perhatikan adalah, para tukang itu, sekitar enam tujuh orang, semuanya rata rata berumur 20 – 30an, semuanya hanya memakai celana dalam saja, beberapa ada yang bersinglet. Tapi kebanyakan Cuma bercelana dalam karena mereka sedang berkotor kotor ria dengan air lumpur dan tanah liat coklat yang memenuhi seluruh bagian tubuh kekar mereka. Wow… pemandangan indah. Tanpa memperhatikan sekelilingku, aku yang tadi sedang berjalan langsung berhenti sejenak di depan pintu pagar proyek itu sambil sedikit menungging karena celah pagar itu hanya setinggi 60cm dari tanah.
Hmm… karena situasi yang tidak memungkinkan siang itu, aku hanya menikmati pemandangan itu sebentar saja. Karena merasa tidak nyaman, kalo kalo satpam lewat di jalan itu pasti akan curiga dengan tingkah ku. Hihihi…
Sore harinya, aku mulai bergerilya. Aku nekad masuk ke dalam proyek itu. Kali ini bukan Cuma ngintip dari luar pagar, namun masuk melewati pagar yang selama ini aku jadikan lubang intip itu. Hmm.. ada beberapa tukang bangunan namun tidak kulihat sosok yang kuidamkan itu. Yang kujumpai Cuma satu tukang bangunan berumur 40an tahun yang kemudian kuketahui namanya Turah, dua tukang muda berumur 20an awal yang sedang bersiap untuk mandi karena membawa perlengkapan mandi. Semuanya bertelanjang dada dan berotot plus bentuk badan yang lumayan oke meski tidak sesempurna Tirun. Sejenak aku berbincang bincang basa basi dengan Turah yang ramah itu, dia menjelaskan tentang proyek itu, dari siapa yang punya sampai kantor arsitek yang mendesain rumah itu. Hingga pembicaraan mengarah ke berbagai topik pribadi seperti pengalaman kerjanya hingga status perkawinannya. Namun aku tidak begitu tertarik mendengar ocehannya, sementara “mengobrol” dengan Turah, mataku terus menjelajahi dua tukang muda yang lagi mandi sambil bugil di bagian belakang proyek itu, tepatnya di tempat air yang disalurkan lewat pipa kecil dan beralaskan batu besar. Dua tukang muda itu mandi sambil bugil tanpa merasa malu sedikitpun satu sama lain. Dari posisiku saat itu, dari jarak yang lumayan jauh, yang bisa kulihat hanyalah bentuk tubuh atletis tukang muda itu yang basah karena air dan sabun, jembut yang cukup lebat dan kontol yang sedang layu namun cukup besar karena bisa kulihat kepala kontolnya menyeruak dari lebatnya jembut mereka.
Sambil “mengobrol” dengan Turah yang terus berceloteh mengenai segala hal, aku tetap memasang mataku kepada dua tukang muda itu. Hehehe… sampai akhirnya, gelap pun tiba dan Turah minta ijin untuk mandi dan akan keluar makan bersama teman temannya. Akupun balik ke kos dengan bentol dimana mana di sekujur kakiku karena gigitan nyamuk.
Beberapa malam setelah itu, selepas gelap, aku bertekad untuk menghampiri tukang bangunan proyek itu. Aku jalan dan ketika mulai mendekati proyek itu, aku mulai mencari cari celah pagar untuk ngintip. Ternyata pagarnya tidak dikunci, yah aku dorong aja. Kepalaku masuk sebagian melongok longok bagian dalam proyek itu. Ternyata ada dua tukang bangunan yang lagi ngobrol diantara api unggun yang mereka buat. Salah satunya adalah Tirun. Saat itu dia hanya memakai celana jeans saja, bertelanjang dada dan tanpa kolor karena saat dia sedang jongkok dapat kulihat belahan pantatnya mengintip dari jeans nya. Kulit coklatnya sangat indah terkena cahaya kekuningan api unggun. Teman Tirun saat itu juga hanya bercelana jeans tanpa baju menutupi tubuh hot nya. Teman Tirun itu, sedikit lebih pendek dari Tirun dan berambut lebih rapi dengan kumis tipis dan wajah ramah. Tubuhnya sedikit lebih gempal namun otot ototnya tetap terexpose dengan kulit yang lebih cerah.
”malam mas” sapaku sambil melongokkan kepalaku diantara pagar.
“malam, mau cari siapa yah?” tanya Tirun menghampiriku.
“gak, Cuma mo ngobrol aja kok, boleh masuk mas?” tanyaku basa basi padahal seluruh tubuhku sudah gemetar karena melihat tubuh sempurna itu dalam jarak yang sangat dekat.
“boleh, silakan masuk. Saya panggilkan Turah yah” balasnya.
“gak usah mas, gak usah. Saya Cuma mo ngobrol sama mas aja kok” teriakku sedikit memaksa. Namun apa daya, Tirun tidak menghiraukan omonganku yang itu. Dia sudah terlanjur naik ke atas bedengnya untuk memanggil Turah.
Aku sedikit kecewa karena harus berhadapan dengan Turah lagi, padahal rencanaku adalah Cuma mo ngobrol sama Tirun dan temannya yang sexy juga itu. Akhirnya Tirun pun turun lagi beserta Turah di belakangnya sambil melempar senyum ke arahku. Aku membalas senyumannya dengan getir. Hehehe…
“apa kabar?” tanya Turah. “baik mas, lagi iseng nih di kos, ga tau mo ngapain yah kesini aja deh, nyari temen ngobrol” balasku.
“iya, gak apa apa, disini juga pada kesepian hehehe” jawabnya sambil mencari posisi duduk yang nyaman diatas bebatuan kasar. Aku pun juga sibuk mencari posisi yang enak buat ngobrol sambil menghadap ke arah Tirun yang Cuma bisa kulihat punggungnya saja karena dia menghadap ke api unggun sama temannya itu sementara aku dan Turah berada sekitar dua meteran di belakangnya.
“itu siapa mas?” tanyaku menunjuk ke arah Tirun.
“oh itu Tirun namanya, temen sekampung juga” jawab Turah.
“oh” balasku singkat sambil menatap tajam ke sosok tubuh sexy yang dari tempatku duduk Cuma kelihatan punggungnya dan belahan pantatnya yang mengintip dari celana jeansnya karena Tirun sedang jongkok saat itu. Pikiran jorokku mulai kemana mana, tanpa mempedulikan omongan omongan Turah yang mulai bercerita segala hal, aku hanya merespon sedikit sedikit. Pikiranku benar benar telah dirasuki oleh Tirun dan segala sex appeal yang dia miliki.
Hingga pembicaraan Turah mulai menyinggung soal keluarga, aku sedikit memancingnya “kalo di jakarta gini kan jauh dari istri mas, trus gimana dong penyalurannya?” tanyaku menggoda Turah, namun mengeraskan suaraku dengan maksud Tirun mendengar ucapanku.
“yah, gimana yah, susah susah gampang sih mas” jawab Turah sedikit tersipu.
Hahaha.. kena deh, pikirku. “nge jablay yah mas?” pancingku lagi.
“hehe.. nggak deh, sayang duitnya, yahhh… hmmm.. paling ngocok sendiri sih” jawab Turah polos.
“oh, kalo saya kan juga belom kawin, tapi paling seneng kalo diisep mas” pancingku lebih dalam.
“diisep, maksudnya?” tanya Turah.
“yah.. kontol saya diisep sama orang atau saya ngisep kontol orang” jawabku terus terang yang bikin Turah kaget setengah mati dan Tirun menoleh kearahku. Hahaha… kena deh tuh tukang.
“hah..? mas suka ngisep kontol juga? “ tanyanya kaget.
“iya, ntar kapan kapan saya bisa bantu mas Turah kalo mao” jawabku lantang dengan suara agak keras yang bikin Tirun dan temannya menoleh lagi.
Sejenak Turah terdiam beberapa saat, kelihatannya lagi mikir.
“sekarang mau coba saya isepin mas?” tanyaku bernafsu sambil menoleh ke arah Tirun meskipun sedang bertanya pada Turah.
Tirun dan temannya bangkit dan segera melangkah ke arahku. Sejenak jantungku serasa berhenti berdegup melihat dua sosok berotot dan sexy itu mendekat kearahku. Nafasku tak beraturan, darahku mendidih, sekujur tubuhku dingin namun tangan dan kakiku panas. Jantungku berdegup kencang tak beraturan membakar adrenalin dan segala nafsu serta hormon ku ke titik didih paling panas. Angin yang berdesir tak mampu menutupi keringat dingin yang membasahi tangan dan kakiku karena gugup dan segala rasa yang bercampur aduk.
Lalu Tirun dan temannya berdiri tepat diantara aku dan Turah. Kami saling bertatapan lama sambil berdiam, tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Hingga entah kekuatan dari mana, tiba tiba tanganku meraba dada Tirun yang menonjol ketat sexy lalu turun ke perut six packnya yang dibalur warna coklat sehat kulitnya lalu turun ke tonjolan di selangkangannya yang dapat kurasakan sedikit mengeras. Kulihat wajah Tirun menunjukkan rasa kepuasan sambil matanya setengah terpejam menikmati sentuhanku. Lalu teman Tirun memutar arah ke belakangku dan duduk tepat di belakang pantatku sambil mengangkangkan kedua kakinya hingga pantatku berhimpitan dengan kontolnya sambil ia menggesek gesekan kontolnya yang mulai mengeras ke pantatku. Turah pun tidak tinggal diam, dia langsung membuka celana nya sambil mengeluarkan kontolnya lalu mengocok sendiri.
Aku tak menyia nyiakan waktu lagi, aku langsung bangkit dari duduk untuk berlutut di depan selangkangan Tirun dan segera kubuka celana Tirun lalu mengisap batang kontolnya yang sepanjang 17cm berwarna coklat gelap dan berdenyut denyut keras serta berurat besar besar. Jembutnya lebat namun tersusun rapi, tak terpencar jauh. Kuhisap batang kontolnya yang berdenyut denyut uratnya dan mengeluarkan air precum cukup banyak karena aku bisa merasakan asin gurih di dalam mulutku. Akupun berlutut di depan kontol Tirun, teman Tirun yang aku tak tau namanya siapa itu tetap bekerja di belakangku, sambil ikutan berlutut dan menggesek gesekkan kontolnya yang kini sudah keluar dari celananya ke belahan pantatku. Turah masih sibuk mengocok sendiri sambil meracau.
Setelah bertahan cukup lama di posisi ini, Tirun pun mengangkat aku berdiri, melucuti kaosku dan mempelorotkan celana ku, lalu ia menyuruh aku menungging dan langsung menjilat melahap habis lubang pantatku hingga basah oleh air liur dan jilatan liarnya. Teman Tirun lalu maju ke depan dan mengacung acungkan kontolnya yang sudah tegak berdiri ngaceng sempurna sebesar 15 cm namun tebal sekali, sekitar 6cm diameternya. Warnanya hitam gelap kecoklatan. Langsung kuhisap kontol tebal itu dan kumain mainkan dalam mulutku. Turah mulai gelisah karena kepengen dapet jatah juga, lalu ia mengambil tanganku dan meletakkannya di kontolnya yang ngaceng juga, sekitar 16cm namun kurus tapi banyak uratnya besar besar dan kepala kontolnya lebih besar dari kontolnya.
Aku merasakan kenikmatan luar biasa dikerjai oleh tiga tukang lelaki sejati itu, satu di lobang anusku, satu di mulutku dengan kontolnya, dan satu lagi di tanganku juga dengan kontolnya. Puas membasahi pantatku dengan nafsu liar nya, Tirun kini siap membobol pantatku dengan hujaman kontolnya. Pelan pelan ia mulai mencoba memasukkan batang kejantanannya ke dalam lubang pantatku. Perih sakit namun rangsangan terus menerus di tubuh putih mulusku yang dijilati Turah dan kontolku yang diisep teman Tirun membuat aku tetap ngaceng. Pelan pelan namun pasti, kontol Tirun mulai menyesaki lobang pantatku. Dan Tirun pun memulai permainan nakalnya. Sambil berdiri di depan perapian di luar bedeng di bawah langit luas dengan disaksikan bintang, aku berdiri di atas tumpukan puing puing bangunan dengan lobang pantatku di penuhi kontol Tirun dari belakang dan teman Tirun menjepit tubuhku dengan tubuhnya. Tubuhku serasa seperti sandwich yang dijepit dari belakang oleh Tirun dan dari depan oleh teman Tirun itu. Lobangku di entot Tirun dengan ganas dan dahsyat dari belakang sambil berdiri, dan aku menghadap teman Tirun sambil saling menggosok gosokkan kontol kami masing masing. Turah berdiri menjepit tubuh teman Tirun itu dari belakang. Jadi posisi kami seperti sedang berdiri namun saling menghimpit dan menggesek gesekkan tubuh kami ke tubuh yang lain mencari kenikmatan.
Angin yang bertiup di langit lepas malam itu tidak mampu menutupi kepanasan kami yang makin menjadi saat Turah mengentot lubang pantat teman Tirun dari belakang. Bisakah kamu bayangkan? Tirun mengentot aku dari belakang, aku dan teman Tirun berhadapan saling menggesek kontol kami, dan teman Tirun itu dientot oleh bapak Turah??? Hahaha… sungguh pengalaman yang tak akan pernah dapat kuhapus dari ingatan homoku. Keringat membasahi tubuh kami berempat yang saling menempel, menindih dan menjepit. Kontolku serasa sudah mau penuh, lobang pantatku juga serasa makin panas oleh pompaan kontol Tirun di dalam tubuhku. Sambil dientot dan mengentot, kami berpelukan, berciuman liar, bertukar lidah, menjilat jilat tubuh yang lain, menggigit kecil puting, mengecup mesra otot dada yang menonjol, meremas otot lengan yang kekar, memeluk tubuh yang basah oleh keringat sambil meraba dan menjamah rayah tubuh yang lain dari kontol perut dada punggung paha dan bagian lain semua dijelajahi dengan penuh kenikmatan. Tirun memelukku dari belakang semakin keras pertanda dia akan mencapai puncak kenikmatannya. Lalu akupun bersiap menerima limpahan pejuhnya dengan mengocok kontolku makin kencang bersama dengan kontol teman Tirun. Tak lama pun kontol Tirun memuntahkan cairan hangat putih kentalnya ke dalam lobang ku, membenihi kejantananku dari dalam, akupun tak kuasa menahan gairahku lalu memuntahkan cairan kejantananku di perut teman Tirun.
Teman Tirun yang masih dientot oleh Turah pun makin keras mengocok kontolnya hingga memuncratkan spermanya tinggi ke udara malam yang lembab itu. Hal itu membuat lobang pantatnya mengeras dan menjepit kontol Turah yang masih maju mundur masuk keluar di lobang pantatnya juga memuntahkan lahar putih panasnya ke dalam anusnya.
Kami berempat pun melepaskan diri dari jepitan jepitan tubuh nafsu dan mulai terkulai lemas terduduk di atas bebatuan besar puing puing bangunan beratapkan langit malam yang bertaburan bintang. Keringat masih membasahi tubuh kami berempat namun kelelahan yang sangat membuat kami tak peduli lagi. Aku terkulai diatas tubuh kekar tebal Tirun dan Turah terkulai sambil berpelukan dengan teman Tirun sambil berbugil di langit terbuka
Read more »
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati