by
Yanz
Pada suatu hari *jiaah kaya ngedongeng aja hehe* gak jadi, emm di suatu kota bernama Bandung, baru saja terbentuk suatu boy band yang bernama De’javu dan para personilnya bernama Putra, Randy, Nanda, Sam, Vicky dan Andy.
sudah seminggu para member tinggal satu asrama dan masih dalam proses saling mengenal karena mereka di audisi sebuah perusahaan musik jadi belum saling mengenal satu sama lain.
Mari kita lihat kondisi asrama.
Terlihat di hari minggu yang panasnya semakin terik ini, Randy, Nanda, Sam, Vicky dan Putra sedang mengobrol di depan teras. Rupanya mereka berniat hangout untuk menikmati hari libur, tapi karena panasnya cuaca yang memang lagi musim panas ini, Putra jadi malas keluar buat jalan, dia memilih istirahat, sama halnya dengan Andi, dia lebih memilih berguling-guling di ruangan berAC dari pada menghabiskan tenaga diluar.
Putra melambaikan tangannya dan tersenyum pada teman-temannya yang sudah mulai menaiki mobil dan melaju kencang. Oiya mari saya perkenalkan, ini Putra, leader dan member paling senior di grub de’javu, umur 25 tahun, postur tubuh sedang namun padat dengan otot yang kencang, tinggi 178, kulitnya coklat namun bening dengan senyuman menawan dan berwibawa.
Sekarang, mari kita lihat kondisi Andi, apakah masih berguling-guling ria di kamarnya?
‘Eeenghhh…. Aaaaaahh…. Ooooooohhh….’ Terdengar desahan suara gadis dari hp yang Andi genggam, tentu kalian tau dia sedang apa? Kondisi yang sepi Andi manfaatkan untuk menonton bluefilm dan bermain-main dengan ‘juniornya’.
Hmmm… si bungsu satu ini walaupun memiliki angel face dan masih muda tapi sangatlah mesum hohoho… mari perkenalkan Andi, umur 18 tahun, keturunan cina jadi mukanya imut-imut gimana gitu, selalu sopan dan menurut pada seniornya, dan semua member sangat menyayangi dia.
“Panas banget sih… jadi sange ga jelas ‘kan,” gerutu Andi sambil memeluk guling erat dan terus menatap layar hpnya.
Andi menciumi gulingnya penuh nafsu dan meremas-remas penisnya dari balik celananya, tapi tiba-tiba…
KREEEAKK…
“Loh.. dede ngapain?” Tanya putra yang mendadak membuka pintu kamar Andi.
“Yaampun… kaka, kok gak ngetuk pintu dulu?” teriak Andi dengan wajah yang sangat shock.
“Maaf, lupa de. Hayoo lagi ngapain nih??” goda Putra dengan senyuman iseng.
“Ughh… mau tau saja!” Andi langsung menarik selimutnya.
Putra semakin iseng saja denga tiduran di samping Andi, “Kaka liat kok de, masa coli gak ngajak-ngajak sih de?” kata Putra sambil menarik selimut Andi.
“Ih.. kaka, aku kan malu masa begituan saja harus rame-rame?”
“Gapapalah dede, kan kebersamaan namanya biar hubungan tim kita makin erat,” kata Putra dengan gemasnya menarik pipi Andi.
“Iya kaka…”
“Kaka bantuin pijet ya, de?” kata Putra sambil memijat-mijat penis Andi yang sudah mengeras dari dari.
“Akh… jangan ka, aku malu di pegang-pengang orang lain,” kata Andi sambil menepis tangan Putra.
“Bohong nih dede, padahal sering tuh dimainin ceweknya, atau jangan-jangan sudah sering ‘ehem’ nih,” kata Putra sambil membentuk tanda kutib dengan jari-jarinya.
“Aaah… kaka ini…” kata Andi sambil memonyong-monyongkan bibirnya.
“ Makin imut saja nih si dede, hahaha… udah ya, dede rileks aja jangan takut, mumpung dorm lagi sepi kita senang-senang ya de?” Tanya Putra dan kembali meremas-remas penis Andi.
“Ughhh… ngikut apa kata kaka sajalah,” balas Andi dengan pasrah, Putra pun tersenyum dengan lebarnya.
“Buka semua pakaiannya ya de, biar leluasa,” kata Putra sambil melucuti celana Andi.
Dengan cekatan Putra mengocok penis Andi sehingga membuat Andi mengeluarkan desahan-desahan menggoda, “Ahhhh… ka, uuuuughh… enak banget ka, teruskan aaaaahhh…”
“Hehehehe dede keenakan rupanya,” kemudian Putra memasukkan penis Andi kedalam mulutnya, lagi-lagi Andi tersontak kaget dan menarik tubuhnya menjauh dari wajah Putra.
“Ka-kaka ngapain? Jangan sejauh ini… aku risih,” kata Andi dengan wajah ketakutan.
Putra merangkul bahu Andi dengan lembut, “Dede jangan takut gitu dong, nyantai aja ya, nanti kaka kasih kepuasan deh, dijamin dede tepar, yaaa.. dede mau kan?”
“Errr… ka…” kata Andi sambil menggigit bibir bawahnya. Rupanya dia mulai menyadari ada kejanggalan dari kakaknya ini.
“Iya de?? Hm…” Putra mengecup pelan bibir Andi.
Andi berusaha mendorong tubuh putra dengan hati-hati, “Maaf ka, aku normal, aku ga berani bertindak lebih…”
Tanpa memperdulikan Andi, Putra terus mengecup bibir Andi dengan liar, Andi yang tadinya berontak terpaksa pasrah juga karena tidak sanggup menahan kekuatan seniornya yang lebih hebat.
“Dede, maafin kaka, kaka gak tahan lagi,” ciuman Putra berpindah ke leher Andi, dijilat, dan kadang gigitnya perlahan leher jenjang Andi.
“Enghhhh… aaaahhhh…. O-ooooohhh…. Geli ka…”
“Tuh kan.. dede malah menikmatinya.. udah dede jangan takut, ayo kita bermain sampai puas,” katanya yang menjilati kuping Andi.
“Ughhhh… ahhh… ka…” Andi memeluk erat pinggang Putra.
Ciumannya kembali turun keleher Andi kemudian turun ke dada Andi, dia jilat dan Hisap puting dada Andi dengan gemas sehingga membuat Andi tidak bisa menahan erangan, “Aaaakhh… uuuuhhh… oooooohhh… kaka, geli aaaahk… makin sange rasanya… ughh.. kaka nih gak adil nih, masa Cuma aku yang telanjang? Kaka juga dong!”
“Hahahaha si dede udah berani nuntut ya… nih kaka buka,” katanya sambil melucuti pakaiannya, mata Andi sedikit terbelalak melihat begitu indahnya lekuk tubuh Putra, seperti sebuah karya seni.
“Badan kaka bagus sekali, aku jadi iri kurus banget nih badanku.”
“Nanti juga badan dede bagus, emm gak kurus kok, badan dede sedang dan sangat nikmat untuk dijilati,” katanya kemudian menjilati perut Andi dan memainkan lidahnya di pusar Andi.
“Aaaaah… enak ka… enghhhhh… uuuuuh….”
“De, kita ambil posisi 69 yuk!”
“Emmmh… iya.. aku nurut apa kata kaka saja,” kata Andi, dengan segera dia ubah posisinya seperti yang direncanakan, Andi kini mulai berani bertindak extrim, mungkin terbawa hawa nafsu yang semakin tinggi, Andi mengocok penis putra dan menghidap bola-bola milik seniornya tersebut.
Putra hanya terseyum senang melihat partnernya sudah mulai aktif, dia juga tidak mau kalah, dia hisap penis Andi kuat-kuat dan meremas-remas bola Andi, kadang juga dia masukkan jari tengahnya ke lubang anus Andi, dan Andi sedikit menggerang disela-sela aktifitasnya.
Tak lama kemudian, setelah puas saling isap Putra mempercepat kocokannya pada penis Andi dan Andi pun tidak bisa menahan lagi… CROOTTT… CROOOTTT… CROOT…
“Oooooooohhh… aaaakhhhhhh….” Erangan Andi semakin kencang dan Andi juga berniat melakukan hal yang sama pada penis Putra, tapi sempat Putra cegah.
“Jangan dulu de, belum waktunya permainan kita berakhir,” katanya sambil mengecup bibir Andi lagi.
“Kenapa sih ka?? Kan belum adil.”
“Tunggu sebentar ya de,” Putra mengambil pelicin yang kemudian ia gunakan pada tangan dan penisnya, Andi sedikit menelan air liurnya melihat pemandangan yang begitu nikmat, musim panas ini membuat orang-orang cepat berkeringat dan lelehan keringat di tubuh sexy Putra membuatnya semakin menggiurkan.
“Maaf ya de,” dia buka lebar paha Andi dan masukkannya jari satu persatu dalam lubang Andi dan sukses membuat Andi berteriak sejadi-jadinya.
“Argghhhh…. Aaaaaaaahhhh… sakitt.. hikh..” erang Andi.
“Sabar ya saying, ini belum seberapa,” tanpa memikirkan rasa takut Andi karna menurutnya lubang Andi sudah siap dijamah, dia masukkan penisnya yang masih keras itu ke dalam lubang sempit Andi.
“Akkkkhhhh… Ooooohhh…. Aaaaaah… Ah.. hikh…” erangan Andi disertai tangisan menggema di ruangan itu.
‘’Sabar ya dede sayang ngeeehhh… oooohh…” Putra mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, dia hisap juga puting dada Andi untuk memberikan rangsangan lagi, dia kocok juga penis Andi yang sempat lemas namun kini tegang lagi.
“Sakiiittt… oooooohh… aaaaaahhh..” Andi memeluk erat pinggul Putra.
“dede, udah mau keluar aahhhh…” Putra mempercepat enjotannya dan remasan tangannya pada penis Andi CROOTT… CROOOTTT.. CROOTT…
Tubuh mereka berdua menjadi basah bermandikan sperma saat mereka klimaks secara bersamaan.
“Maaf ya dede, kamu jangan nangis lagi dong,” kata Putra sambil mengecuk kelopak mata Andi yang berlinang air mata.
“Sakit banget di bawah situ ka.”
“Sabar ya de, nanti juga hilang dan lama kelamaan akan enak.”
“Hikh…”
“Maaf ya de, kaka janji akan bahagiakan dede asal dede nurut terus sama kaka.”
Andi menatap Putra seolah minta belas kasihan dan Putra mengecup kening Andi, “Kaka… aku saying kaka,” kata Andi tanpa terduga.
“Iya de, kaka juga sayang banget sama dede,” Putra langsung memeluk kepala Andi dan mereka tertidur.
END
Tags:
Cerita Romantis
Leave a comment