Home » » Paman Tukang Sayur

Paman Tukang Sayur

Orangnya gede besar, item, potongan rambutnya mirip Tukul tapi mukanya lebih baguslah dari Tukul hehehe. Gagah sekali saat dia menunggangi motor RX King-nya itu. Dari kejauhan sudah terdengar keras suara motornya yang dipacunya dengan jantan dengan suara klakson yang menjerit-jerit. Ugh, walau agak urak-urakan dan -ehm- dekil, aku suka cowok seperti ini ketimbang cowok manis, perlente, rapi dan girly.
Hampir tiap hari aku melihatnya melewati komplek kami ini dan tidak jarang pula aku sering ‘ketemu’ muka dengan dia. Dan sering kali pula dia mengangguk hormat dan tersenyum kecil kepadaku dan aku membalasnya serupa. Namun, tak pernah sekalipun aku berniat membeli sesuatu dari keranjang sayurnya itu. Palingan aku penasaran ama ‘terong berbulu’ dalam celananya itu. Ugh, aku hanya bisa curi-curi pandang ke arah selangkangannya.
Hari itu, aku iseng nongkrong di bengkel motor temanku. Biasalah aku asyik denger cerita tentang pengalaman seksnya tadi malam baik ama bininya maupun ama PSK idolanya itu. Aku tertawa-tawa mendengar celotehnya, vulgar dan tentu saja tanpa sensor. Detil sekali dia bercerita. Maklumlah, isi celananya aja sudah pernah aku rasakan walau harus merogoh kocek tapi ga terlalu dalam kok. Orangnya sih kecil-kecil aja tapi ‘anu’nya, ehm, luar biasa ukurannya. Namanya juga orang Madura, percaya atau tidak, beberapa cowok dari etnis ini yang kukenal memiliki senjata yang luar biasa.
Selang beberpa menit, muncul si tukang sayur menuntun RX King-nya itu. Wah, bergetar jiwaku melihatnya. Baru kali ini aku bakal melihatnya dekat. Oh, jantan dan gagah sekali lelaki itu. Dia melihatku dan nampaknya dia mengenalku. Dilemparnya senyum kecil yang kubalas dengan ramah. Sayangnya, dia cuman sebentar saja berada di bengkel itu. Motornya yang bocor itu ditinggalkannya.
“Itu yang tukang sayur itu toh?” tanyaku sama si Madura.
“Ya, namanya Supri”
Oh, baru aku tahu namanya.
“Gagah jantan….” ucapku vulgar di depan si Madura. Dia terkekeh sambil membuka ban motor itu.
“Kamu mau ama dia ya?”. Akh, ga perlu aku jawab-pun dia sudah tahu isi otakku.
“Nanti aku bilang ama dia” kata si Madura, “aku akrab kok ama dia tapi aku ga tahu apa dia mau apa ga ya…”
“Ehm…..”
“Tenang aja, “janjinya, “Nanti aku urus. Aku tahu kok dia itu sering kekurangan duit soalnya duit dia itu habis-habisan buat judi ama main cewek hehehe…”
“Ya udah…” ujarku, “aku pulang dulu. Tolong nanti ngomong ama dia ya.. Kasih aja nomor aku”
“Sep.. “tukasnya, “tapi ada persenan kan buat aku?”
“Ya.. Tenang aja klo masalah itu”
Besok harinya, aku mendapat SMS dari nomor baru. Kubaca isinya dan membuatku berdebar. SMS itu dari Supri, tukang sayur jantan itu. Isinya sih dia mau aja aku kerjain asalkan cocok dengan pembayarannya. Ehm, aku segera membalas SMS itu dan isinya menyanggupi permintaannya. Tak lupa pula, aku menanyakan ‘waktu pelaksanaan’nya. Hihihi.. Sayangnya, SMS-ku itu tidak dibalasnya lagi. Aku berusaha menelponnya tapi tidak dia angkat. Huh, membuatku sedikit kesal seakan dipermainkan.
Malam harinya, aku mendapat SMS lagi dari Supri. Isinya tambah membuatku berdebar. Dia ada waktu buatku malam ini. Aku-pun ‘mengundangnya’ ke rumahku. Setelah itu, aku mempersiapkan koleksi bokepku. Sengaja kupilih yang hot hot biar dia lekas horny.
Jantungku berdetak kencang, suara motornya membahana memasuki pekarangan rumahku. Dan, kudengar ketukan di pintu rumahku. Segera aku bukakan untuknya. Oh, Supri berdiri di depanku dengan gayanya yang seperti biasa, selenge’an, jantan, gagah dan apa adanya. Membuatku ga sabar rasanya menelanjanginya. Kupersilakan dia masuk dan cepat-cepat aku tutup pintu.
“Mau nonton dulu?” tawarku sambil memperlihatkan beberapa bokep di hadapannya.
“boleh…”
Setengah jam, aku belum berani macam-macam. Dia lebih banyak diam. Tapi, dia pasti tahu aku jelalatan memperhatikannya yang sedang berbaring terlentang di depan TV.
“sekarang?” tanyanya.
“Ugh…. Ehm…” aku gelagapan menjawabnya sambil memperhatikannya yang sedang mengusap-usap selangkangannya itu. Duh, aku ga sabar rasanya.
Kudekati dia dan kuusap selangkangannya. Dia diam saja sambil terus memperhatikan TV. Aku Segera aku gantikan tangannya dengan tanganku yang kemudian mengusap-usap selangkangannya itu. Jelas aku gemas sekali. Kuremas-remas pelan selangkangan yang masih di bungkus celana kain itu. Bisa kurasakan kemaluannya lagi tegang.
“ehm.. Bisa ga lampunya dimatiin?” pintanya saat jariku mulai menarik risluting celananya.
Aku bangkit dan menekan tombol off pada stop kontak. Seketika ruangan itu gelap. Hanya cahaya raemang-remang dari TV yag sedang menayangkan bokep dari DVD playerku. Aku mendekatinya. Dan ternyata dia sudah mempelorot celananya hingga sepaha. Nampak olehku CD murahan bewarna coklat muda masih melekat di pangkal pahanya.
“wah, udah nantang nih” celutukku.
Aku pelorot lagi celananya hingga terlepas dari kedua kakinya. Kini perhatianku kian besar terhadap gundukan di dalam CDnya itu. Kuremas gemas gundukan itu, ugh, lumayan juga punya dia. Aku berbaring di sampingnya. Lalu kususpkan tangan kananku ke balik CD nya dengan gugup. Supri diam saja bahkan cuek saat tanganku merogoh di dalam sana.
Oh.. Kutemukan bulu-bulu keriting yang lebat di pangkalnya. Tanganku bergerilya meremas batangnya. Ugh, ga terlalu panjang tapi besar juga. Dan, kusingkap CD itu. Mencuatlah rudal kebanggaan Supri. Terkungkung dalam genggaman tanganku. Kuperhatikan rudalnya item, agak berurat-urat. Jantan sekali rudalnya. Hangat dan hampir mengeras penuh.
“Wah… Pasti cewek-cewek teriak keenakan ditusuk ama ini” pujiku. Dia tertawa kecil. Dan tiba-tiba dia menggelinjang ketika jariku menyentuh telor puyuh di bawah sana.
“Telornya gede mas. Pasti isinya banyak”
Aku bangkit. Tak sabar lagi aku mulai menjilati biji pelernya itu. Aroma kejantanannya menusuk hidungku namun justru aku tambah semangat. Kujilati telor item berbulu itu dengan rakus. Supri menggelinjang-gelinjang dan napasnya ngos-ngosan. Tak kubuang kesempatan itu. Kusedot-sedot bergantian kedua bola rudal yang gede item itu. Supri menyentak-nyentak kecil kakinya. Nampaknya dia sangat terangsang saat telornya aku permainkan. Kepala rudalnya itu basah dengan cairan precum.
Puas membasahi bola-bola itu, lidahku bergerak ke atas. Ujung lidahku menelusuri urat-urat yang banyak melingkar di batang rudal itu. Lagi-lagi, Supri menggeliat sambil mendesah. Sejenak aku menghentikan aksiku.
“Enak ya??”
Supri tersenyum, nampak malu-malu. Ugh, dibalik sikap selenge’en dan gagah itu dia bisa malu juga hehehe.
“Pasti belum pernah ya seperti ini?”
“iya”
“katanya sering main cewek???”
“Kan langsung tancap gas….”
“Ama bini di rumah gimana?” korekku, “masa ga pernah sekalipun dijilatin??”
“Ga mau dianya….”
Aku kembali fokus pada rudal yang keras itu.

Kepala rudal Supri nampak membesar dan mengkilat membuatku menjulurkan lidahku. Kusapu lembut ujungnya dengan lidahku yang hangat itu. Kugelitiki lubang kecil yang ada di atasnya. Oh, dia menggelinjang lagi. Kurasakan lidahku menyentuh cairan bening yang keluar dari lubang itu. Bukannya jijik tapi aku malah tambah semangat menjilati cairan precumnya itu.
“Mas, basah banget nih mas”
Supri tidak banyak bicara dan akupun tanpa banyak bicara, aku buka mulutku. Bibirkupun menyentuh kepala rudal yang seakan membiru mengkilat itu. Perlahan batang itu masuk ke dalam mulutku. Sedikit demi sedikit hingga akhirnya bibirku bertemu dengan hutan lebat yang menutupi pangkalnya. Ya, punya dia ga lebih dari 13cm tapi diameternya lumayan membuatku kesulitan. Kutarik lagi kepalaku hingga bibirku melepas sebagian batang kejantanan Supri hingga kepalanya. Kemudian aku dorong lagi kepalaku ke depan berulang-ulang. Kusentakan kepalaku mendadak hingga rudalnya itu melesak cepat dalam mulutku. Supri melenguh pelan..
Kusedot-sedot dengan penuh nafsu rudal Supri. Lidahku bergerak-gerak menggelitik di dalam sana. Membuat Supri tampak blingsatan. Berkali-kali tubuhnya bergetar hebat. Berkali-kali pantatnya terangkat-angkat. Seolah-olah menyambut mulutku yang dengan ganas mengulum rudalnya.
“Akhh…. ku.. mau… keluar”
Aku kian bersemangat saja. Kupercepat gerakan mulutku pada rudalnya, sementara itu tangan kananku memegang pangkal rudalnya. Sedangkan tangan kiriku meremas-remas kedua telornya yang besar itu…
“Akhhh…….”
Supri mendesah agak keras dan tubuhnya menggelijang-gelinjang liar serta bergetar hebat mana kala rudalnya menyemprotkan mani hangat dalam mulutku.
Crot… crottt.. crott…
Kubenamkan rudalnya itu ke dalam mulutku dalam-dalam saat rudal itu menembakkan ‘racun maut’nya. Cairan itu membanjiri mulutku. Ada yang tertelan, ada yang meleleh keluar, namun lebih banyak yang tertampung di mulutku. Aku sedot-sedot lagi dengan nafsu. Supri nampak terengah-engah.
“duh…. Enak banget…..” celutuknya.
Aku tertawa tertahan karena mulutku masih mengulum rudal itu. Aneh sekali, rudalnya masih tegak berdiri walau sehabis memuntahkan amunisinya. Saat kulepas rudal itu dari mulutku, aku melihatnya masih keras. Setelah kubersihan rudal itu dengan tisu, cepat-cepat aku ke kamar mandi dan memuntahkan sebagian spermanya dari mulutku. Setelah berkumur-kumur sebentar kembali aku mendekatinya yang masih terbaring terlentang dengan ,ya ampun, rudal yang masih keras.
“Wah mas, hebat betul terongmu” celutukku, “Udah nembak masih keras nih”
Supri tertawa. Dengan gemas aku remas lagi batang itu.
“Kok cepat banget sih mas keluarnya??”
“Kuluman kamu enak banget”
“Tapi, terongmu ini masih keras. Aku jadi pengen lagi”
Tanpa menunggu reaksinya terong berbulu itu aku jilati lagi dan lagi aku permainkan dalam mulutku.
“Biasanya klo yang kedua ini pasti lama” celutuknya
“Oh ya??”
Ugh, bikin cape aja ntar, pikirku. Tapi, aku masih ingin menikmati rudal Supri yang asyik ini. Sisa-sisa sperma masih terasa di batangnya apalagi di bagian lubangnya itu. Benar-benar rudal yang joss. Keras dan tegang di dalam mulutku. Kulumat-lumat gemas sampe ke pangkalnya yang berbulu lebat. Ehm, seiring itu kurasakan denyut-denyut di lubangku menginginkan dimasuki rudal itu.
“Mas, mau ga ngentotin pantatku?”
Supri nampak kaget. Mungkin dia tidak mengira aku akan memintanya seperti itu.
“aku belum pernah mas” katanya.
“Coba aja mas. Siapa tahu suka” rayuku sambil meremas-remas rudal hangat yang masih keras itu.
Supri tidak menjawab tapi dia tersenyum penuh arti. Aku bangkit dan kemudian kembali dengan membawa sebotol pelicin.
“Maukan mas? Aku pengen merasakan rudal mas di dalam sini” rengekku.
Supri mengangguk membuatku merasa sangat kegirangan. Kutanggalkan celana pendekku dan hanya mengenakan celana dalam saja. Sementara itu, aku memintanya untuk melepas baju yang masih dikenakannya. Duh, aku makin bergairah. Badannya yang bagus berotot alami itu membuatku kian tidak sabar.
Kuraih batang rudal Supri. Ehm, aku kulum lagi sesaat sebelum aku olesin dengan pelicin itu. Supri mendesis menikmati kulumanku. Lalu, tangan kananku dengan lincah melumurin rudalnya dengan pelicin dan dengan nakalnya aku kocok-kocok pelan membuat Supri kembali mendesis.
“Entot aku mas” pintaku seraya membelakanginya. Aku mengambil posisi menungging dengan bertumpuan pada kedua lutut dan kedua tanganku. Kupelorot bagian belakang celana dalamku lalu Supri mengambil posisi di belakangku dengan bertumpuan pada kedua kakinya. Kutuntun rudalnya ke bibir lubang anusku yang sudah aku lumuri pula dengan pelicin itu.
“Dorong pelan-pelan mas….” desahku. Hatiku gak dag dig dug saat merasakan kepala rudalnya menempel tepat di bibir boolku.
Kurasakan ada sesuatu yang berusaha memasuki lubangku. Aku melenguh dan merem melek. Supri memang belum pernah memasuki lubang sempit itu. Agak kesulitan baginya memasukkan rudalnya itu karena dia memang sepertinya belum terbiasa. Namun, sebuah hentakan pantatnya membuat kepala rudal itu melesak masuk.
“Mas… Akh… Pelan-pelan….”
Aku mengerang pelan. Supri nampak belum mengerti bahwa lubangku beda dengan lubang wanita. Dia nampak sangat bernafsu sekali memasukkan rudalnya. Semakin kesulitan, dia nampak semakin bersemangat .
“Masss…..”
Aku mengerang saat rudal Supri tiba-tiba melesak sedemikian dalamnya. Kurasakan barang rudal itu hampir semuanya masuk.
“Ugh…” Supri melenguh jantan sambil terus mendorong rudalnya ke dalam pantatku. Oh, kurasakan bulu-bulunya menempel di pantatku.
“Mas… Jangan ditarik dulu… Biarin terbenam dulu… “ rintihku. Namun, Supri nampak tidak sabar. Agak canggung dia menarik pantatnya mundur hingga rudal itu sedikit demi sedikit keluar dari lubangku. Namun, baru separo kembali dia benamkan. Aku melenguh-lenguh. Kenikmatan mulai menjalar dalam diriku. Gerakan rudal Supri mulai lancar dan bertambah cepat tanpa irama. Sepertinya dia sudah mulai terbiasa dengan lubangku yang memang jarang dimasukin rudal itu.
“Akhhhh……..”
Tiba-tiba Supri mendesah, gerakannya semakin cepat dan menghentak-hentak membuat aku yang dalam posisi nungging itu terdorong-dorong ke depan.  Untungnya bongkah pantatku dipegangnya erat hingga akju tidak sampai jatuh ke depan.
“Mas…. “ desahku merasakan hentakan rudal Supri.
“Akh…. Akh…..”
Blesss….. Tiba-tiba paman sayur langganan ibu-ibu komplek itu memekik sambil membenamkan rudalnya dalam-dalam ke lubang pantatku. Kurasakan denyutan keras di dalam sana. Lalu ada sesuatu yang hangat membanjirinya. Napas Supri terengah-engah dan memburu seusai memuntahkan spermanya di dalam pantatku.
“Katanya lama mas???” sindirku, “buktinya cepat kok keluarnya”
“Duh, enak banget lubang pantat ya… Keset dan mencengkram”
Aku terkekeh senang. Kurasakan rudal Supri mulai mengecil di dalam sana. Kugerak-gerakan pinggulku membuat rudal Supri bergerak-gerak dalam sana. Supri memegang pantatku dengan gemas lalu ditariknya rudal belepotan cairan itu.
Aku bergegas berbalik menghadapnya. Laki-laki itu menyulut rokoknya dan kemudian berbaring terlentang dengan rudal terkulai lemas dan mengecil. Aku gemas melihat rudal berbulu lebat itu. Aku remas lagi. Supri hanya diam saja sambil menoton TV.
Setelah kembali mengenakan pakaian, aku memberikan dia sejumlah uang yang sudah aku janjikan sebelumnya. Dia namapk senang menerimanya. Saat aku berseloroh klo aku kepengen merasakan rudalnya lagi kapan-kapan dia tertawa kecil dan katanya asal harganya cocok.
Ugh, sampai kini aku telah ‘merasakan’ rudalnya beberapa kali. Kadang dia yang minta, kadang aku yang lagi kepengen. Tapi, aku musti selalu sediakan uang setiap ‘kencan’ dengannya. Bahkan pernah suatu hari saat dia berkeliling komplek dengan motor jantannya itu, dia sempatkan diri menikmatin oralanku dan tentu saja dia lagi perlu duit, Huh.. Duit duit…

TAMAT
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Leave a comment