Sepi...
psstt
Aku mulai memfokuskan pada pendengaran telingaku!
Lolongan serigala kelaparan dan suara jangkrik malam mulai kusingkirkan dari pendengaranku.
Bukan ini yang ingin kudengar!
Derap langkah!
Iya... Semakin mendekat.
Dua orang, bukan!
Empat. Ehm... Semakin banyak?
Lima? Tujuh?
Tiga belas!!!
Campuran derap langkah yang begitu riuh terdengar jelas dan semakin jelas.
Kuukurkan dengan pendengaranku.
Tiga hutan. Iya, mereka berjarak tiga hutan dari sini..
Tumpul! Penciumanku tumpul!
Aku tidak merasakan dan menghirup aroma apapun dari mereka!
Darah kehidupan?
Tidak!
Aroma kematian dan wangi mawar perak membalut penciumanku.
Siapa mereka?
Tunggu!
Ada aroma darah segar yang dapat kuhirup!
Semakin dekat...
Tiga? Iya.. Tiga sosok berbau darah segar ini!
Ahhhh.... Mataku mulai gelap!
Darahku berdesir kencang...
Sembunyi.. Aku harus sembunyi.
Mereka bertiga sangat dekat!
Itu mereka!
Arrrgghhh mengapa gerombolan tiga belas makhluk kematian tadi mengejar mereka bertiga?
Cepat! Aku harus cepat.
Siapa cepat.. Dia dapat. Bukan dia! Tapi aku!!!!
Happpp...
Sekejap mata aku merasakan darah segar mengalir masuk dalam tubuhku.
Mengalir melalui taring-taring tajam ini merasuki setiap pembuluh darahku, memberi kekuatan dan...
Arrrgghhhh.. Nikmat!
"Hmmmm...!" Hembusan kekesalan terdengar sangat dekat sekarang.
Aku menoleh ke arah hembusan itu.
Berdiri di hadapanku saat ini. Mereka bertiga belas.
Dengan mata penuh amarah dan dahaga melihat aku menikmati ketiga tubuh fana yang telah kuhabiskan darahnya.
Gagah, kokoh dan bertelanjang dada. Mereka bertiga belas dengan kostum sama dan mempertontonkan taring tajam mereka.
Mereka mengharapkan makananku! Menreka menginginkan darah fana yang telah kuhabiskan!
Secepat kilat kedua tanganku terikat di antara pohon dengan rantai perak berlapiskan vervain... Akhhh.. Kulitku terasa terbakar.
Mereka mulai melepas amarahnya padaku.
Dan...
Aku...
================
Aku terbangun.
Itu semua hanya mimpi?
Mimpi burukkah?
Aku tetap terikat.
Mana pakaianku?
Sluurrpphh.. Suara ini...
Arggghhh... Kenapa begitu nikmat?
Aku memandang diriku tergantung dengan kedua tangan terikat di sebuah tiang.
Itu semua hanya mimpi. Aku bukanlah sosok kematian yang menghisap darah.
Dan mereka bertiga belas bukanlah sosok yang sama.
Mereka bergantian... Menikmati permainan... mengulum kemaluanku.
Arrggghhh.. ikmat sekali.
"Heyyy! Dia sudah sadar!" Salah seorang dari gerombolan itu berseru sambil menunjuk ke arahku.
"Aku dimana? Siapa kalian?"
"DIAM!!!"
"Arrrgggghhhh....." Aku mengerang kesakitan saat seonggok besi dimasukkan dalam lubang anusku.
Aku merasa perutku sangat ngilu. Argghh.. Ini benar - benar menyakitkan!
Ikatan tanganku tiba - tiba dilepaskan.
Aku terjatuh tertelungkup. Dan mereka segera...
"Awwwwwwwwwwww.....!!!!! Arrrggggggghhhhhhh!!!!!!!!!!"
Semakin menyakitkan saat besi itu dilepaskan dari dalam lubang anusku secara paksa.
Dan tiba - tiba..
Ahhhhhh...
Aku merasakan salah satu dari mereka menusukkan kemaluannya dalam lubang anusku.
Bergilir. Dengan tawa terbahak-bahak mereka menyodomiku.
Dan apa?
Arrggghhh... Mereka memasukkannya bersama-sama sekaligus secara berkelompok tiga orang...
Tiga kemaluan dalam satu lubang anusku... Terasa darah mengalir dari lubang ku.
Aku menangis,
Semakin kumenangis dan mengerang kesakitan. Semakin mereka bersemangat.
Aku tidak mengerti sudah berapa jam hal ini terjadi. Aku merasa seperti seharian aku menjadi budak seks mereka.
Sudah berapa kali cairan sperma memasuki diriku dan tubuhku dikencingi.
Seluruh tubuhku lengket oleh cairan sperma dan berkilau karena kencing mereka yang melumuri tubuhku.
Aku... Lemas dan ...
-----
Sayup-sayup kudengar suara langkah kaki mendekatiku.
Hanya satu yang bisa kuucapkan dari bibirku... "tolong..."
Sepasang kaki berdiri tepat di hadapanku. Kegelapan malam ini menyamarkan pandanganku akan apa yang ada di hadapanku saat ini, Entah kaki siapa itu. Aku melihatnya membungkukkan badan dan..
Dimana aku sekarang?
apakah aku sudah mati?
Tempat apa ini?
Aku merasa diriku berhembus.
Ahhh... Aku bergerak secara bebas, ringan.
Dan tanpa arah, terkadang bisa menuju ke arah tertentu.
Angin?
Tubuhku? Ahhh.. Aku tak melihat tubuhku..
Mungkin inilah aku sekarang.. Angin...
Tags:
Cerita Gay
Leave a comment