Pak Herman Seperti biasanya, setiap
awal tahun ajaran baru pasti ada acara
ospek untuk penyambutan mahasiswa
baru. Tahun ini gue menjadi salah satu
ospek di kampus, dan kebagian
jatah jadi koordinator operasional
mulai dari menyediakan dan
memasang semua perlengkapan yang
dibutuhin buat acara ospek. Sehari
sebelum ospek dimulai, gue dan panitia
lain sibuk menyiapkan semua
perlengkapan sampai malam. Setelah
semua selesai, yang lain pada pulang
kecuali gue dan 2 orang teman. Gue
istirahat sebentar sambil mengambil
botol minuman di tas gue. "Di, Pulang
sekarang yuk!", ajak Hanif salah
seorang temen gue. "Ntar, gue masih
mau ngecek apa semua sudah beres.
Kalian pulang aja duluan nanti gue
nyusul." Jawab gue. "Ya udah, hati-hati
ya!"."Oke..Sip". Hanif dan Budi akhirnya
keluar dari auditorium meninggalkan
gu esendirian. Gue lalu keluar sebentar
untuk melihat keadaan sekitar.
Ternyata kampus sudah sepi sekali,
lorong-lorong kampus dan lobi diterangi
oleh cahaya lampu. Gue memutuskan
untuk pergi ke toilet untuk buang air.
Setelah itu gue kembali ke auditorium
untuk mengecek ulang apakah semua
pekerjaan sudah beres. Sesampai di
auditorium gue terkejut, ternyata ada
seseorang yang masuk ke ruang
auditorium saat gue ke toilet tadi. Gue
masuk dan menemukan Pak Herman
sedang memperhatikan hasil pekerjaan
gue dan temen-temen. Pak Herman
adalah salah satu dosen termuda di
kampus gue. Dia juga merangkap
pembimbing akademik gue, jadi gue
lumayan dekat dan kenal dengan dia.
Umurnya baru 28 tahun. Sebagai
seorang dosen Pak Herman bisa di
bilang cukup keren, apalagi
penampilannya selalu rapi dan bodinya
juga lumayan berisi. Jadiwajar kalau
cewek-cewek di kampus jadiin Pak
Herman sebagai dosen favorit. Dan gue
sebagai cowok yang suka sama cowok
pastinya juga tergila-gila dengan
ketampanan Pak Herman. "Eh, bapak
gimana hasil pekerjaan kami?" tanya
gue membuka percakapan. "Bagus,
semua sound system dan peralatan
lain sudah terpasang semua kan?",
tanya dia balik. "Sudah pak, sekarang
saya tinggal mengecek ulang apa
semua sudah beres." "Ya udah kalo
gitu, cepat kerjakan!", perintah dia.
"Baik pak", gue langsung mengecek
semua peralatan yang sudah
terpasang. Sementara gue bekerja Pak
Herman terus mengajak gue ngobrol.
"Kamu sendirian? Yang lain kemana?"
"Barusan Hanif dan Budi pulang duluan
pak, mereka mau menyiapkan
peralatan lain buat besok pagi." Jawab
gue "Ohhh, gak takut sendirian?", tanya
Pak Herman dengan nada menakut-
nakuti. "Takut apaan pak? udah gede
ini" "Siapa tau aja ada hantu atau
orang iseng yang mau memperkosa
kamu." Deg, seketika gue kaget
dengan yang dikatakan Pak Herman.
Apa maksud dari ucapannya?
"Maksudnya apa pak? Mana ada hantu
yang mau memperkosa manusia
apalagi cowok". Gue membalasnya
dengan candaan. "Siapa tau aja, kan
sekarang hantu gak pandang bulu."
Pak Herman meneruskan pembicaraan
sambil tertawa lepas. "Jangan-jangan
bapak yang mau memperkosa saya"
"Oh, bisa saja" Akhirnya kita berdua
terdiam. Gue tetap meneruskan
pengecekan dan melupakan
becandaan kami tadi. Tapi tak lama
kemudian ketika gue sedang berada di
sudut auditorium gue kaget ada yang
meniup tengkuk gue. Gue
membalikkan badan ternyata Pak
Herman. "Eh, bapak buat saya kaget
saja" "Gimana, Di?" "Sudah beres
semua pak, besok semua perlatan
sudah siap dipakai" "Bukan, maksud
saya gimana tiupan gue tadi" Hah, gue
langsung salah tingkah dan menjawab
sekena gue. "Bikin merinding pak."
"Kalau diliat-liat kamu ganteng juga,
Di." Kenapa lagi ni dosen, apa dia
sudah kehilangan kesadaran? Tapi gue
senang juga sih. Jangan-jangan Pak
Herman juga pecinta cowokkayak gue.
Tapi gue gak berani langsung
menebak, gue ikuti aja apa yang dia
mau. "Ah, biasa aja Pak. Bapak juga
ganteng, emank kenapa Pak? Bapak
suka sama saya?" Gue memberanikan
diri buat menggoda Pak Herman. "Saya
suka sama kamu, Di." "Maksud bapak?"
"Saya sayang sama kamu" Gue seneng
banget mendengar apa yang
diucapkan Pak Herman. Tapi sebagai
mahasiswa gue masih
menghormatinya sebagai dosen gue.
Tapi di sisi lain khayalan melambung
tinggi setelah apa yang barusan
diucapkan Pak Herman. "Tapi saya kan
cowok Pak?" "Iya, saya suka cowok
kayak kamu" Akhirnya gue yakin kalau
Pak Herman adalah seorang Gay.
"Saya juga suka sama bapak
sebenarnya." "Bener?" "Bener pak."
Seketika itu Pak Herman langsung
meraih tubuh gue dan memeluk gue.
Bibirnya langsung melumat bibir gue
dengan lembut. Gue hanya bisa
menikmati lumatan bibir Pak Herman.
Gue masih gak yakin, kalau cowok
yang sedang melumat bibir gue adalah
dosen yang selama ini jadi favorit para
mahasiswa. Beberapa menit berlalu
gue dan Pak Herman saling berciuman.
Pak Herman semakin ganas menciumi
gue, ciumannya semakin liar bahkan
sampai ke leher gue. Gue hanya
tersandar di dinding sambil menikmati
ciuman Pak Herman. Pak Herman terus
menciumi gue sambil meraba-raba
punggung dan pantat gue. Kemudian
Pak Herman jongkok kepalanya tepat
berada di depan celana gue yang di
dalamnya ada kontol gue yang dari
tadi sudah siap untuk dikeluarkan dari
sarangnya. Tanpa permisi Pak Herman
langsung menurunkan retsleting saya
dan langsung mengeluarkan kontol
saya yang sudah tegang dari tadi.
Dengan cepat dia memasukkan kontol
gue ke mulutnya. Ah nikmatnya......
Gue ngerasa seneng banget malam ini.
Impian gue buat bercinta sama dosen
ganteng terwujud. Sekarang kontol
gue sedang berada di dalam mulutnya.
Pak Herman mengulum kontol gue dan
menjilati buah zakar gue yang
menggantung. Lubang kontol gue
dimainkan dengan lidahnya yang
membuat gue menjadi geli dan
keenakan. Gue hanya bisa mendesah
dan menikmati semua yang dilakukan
Pak Herman. "Arghhhh.....uhhh.....oh......",
gue mendesah sambil menggeliat di
dinding. "Ah...terus pak, enak."
"Ohhh....oohhhhh...ohhh....." Pak Herman
tidak peduli dengan desahan gue, dia
terus asyik dengan kontol gue. Bahkan
dia makin mempercepat kocokan
mulutnya. Gue semakin kelojotan,
nikmat sekali. "Pak, saya udah gak
tahan" "Gak pa pa." Pak Herman masih
terus mengulum, sampai
akhirnya.."cretttt..crettttt...cretttt", air
mani gue keluar banyak banget di
dalam mulut Pak Herman. Semua mani
gue ditelan Pak Herman. Pak Herman
langsung berdiri dan menyuruh gue
untuk berbalik badan. Lalu Pak Herman
meloroti celananya hingga kontolnya
yang ditumbuhi jembut yang lebat itu
kelihatan juga. Gue senang banget
akhirnya gue bisa melihat langsung
kontol Pak Herman. Kontolnya tidak
terlalu besar tapi gemuk dan
jembutnya sangat lebat dan hitam
hingga merambat sampai perutnya
yang indah. Gue membalikkan badan
gue, dan Pak Herman langsung
memasang kontolnya tepat di pantat
gue. Awalnya dia memberi
ransgsangan gue dengan menggesek-
gesekan kontolnya di lubang pantatnya
gue. Benar-benar kenikmatan yang
susah dibayangkan. "Saya masukkan
ya, Di?" "Iya pak, tapi pelan-pelan."
"Baik sayang" Pak Herman lalu
menyodokkan pelan kontolnya ke
dalam pantat gue. Gue merasakan
sakit saat kontol Pak Herman mulai
masuk. "Aw..sakit pak" "Tenang,
sebentar lagi juga enak" Pak Herman
terus menyodokkan kontolnya, sambil
kedua tanganya meremas-remas
pantat gue sambil membantu
menyempurnakan posisi kontolnya
supaya bisa masuk ke pantat gue.
Rasa sakit bercampur perih begitu
terasa saat kontol Pak Herman
perlahan melewati dinding pantat gue.
Gue terus teriak, sambil merasakan
nikmatnya remasan tangan Pak
Herman. Akhirnya pantat gue sudah
dipenuhi kontol Pak Herman. Pak
Herman langsung membuat gerakan
maju mundur. Awalnya terasa sakit
danperih, namun lama-lama rasa itu
berubah menjadi rasa nikmat dan geli.
"Ah enak pak, terus" "Ah...ah...ah...,
pantat kamu sempit banget, Di. Enak
rasanya" "Kontol bapak juga enak,
terus pak, ah....yesss....." Pak Herman
terus memompa tubuhnya maju
mundur. Semakin cepat pak Herman
memompa tubuhnya. Ah nikmat
banget. Suara Teriakan-teriakan kecil
memenuhi ruangan yang sepi ini.
Malam yang dingin pun tak terasa,
karena Pak Herman telah memberikan
kehangatan buat gue. Hampir 15 menit
kontol Pak Herman berada di dalam
pantat gue. Sampai akhirnya Pak
Herman pun sudah tidak tahan dan
memuntahkan lahar hangat ke dalam
pantat gue. Seketika air mani Pak
Herman keluar dari pantat gue dan
membasahi paha gue. Pak Herman
terlihat lemas. Sebelum Pak Herman
memakai kembali celananya, gue
minta izin buat ngisap sama
menyodomi dia. Tapi ternyata Pak
Herman menolak dan langsung
menaikkan celananya. Gue sedikit
kecewa, tapi ternyata Pak Herman
punya rencana lain. Dia malah
mengajak gue ke kontrakannya,
ternyata dia gak mau kalau sampai
ada orang yang melihat kita berdua
disini. Akhirnya gue memakai celana
gue dan membersihkan sisa-sisa mani
yang sempat tercecer. Malam itu masih
pukul 9 malam. Gue pun langsung
cabut ke kontrakan Pak Herman
dengan berboncengan, sementara
motor gue gue tinggal di kampus.
sesampainya di kontrakannya gue gak
mau menunggu lama. Gue langsung
meraih tubuh Pak Herman dan
menguasainya. Langsung gue lucuti
pakaian Pak herman Hingga bugil.
Semalaman gue menikmati tubuh Pak
Herman. Sampai akhirnya besok gue
kesiangan. Pagi-pagi gue terbangun
setelah teman gue menelpon supaya
gue cepat ke kampus. Gue kelelahan
semalam. Gue melihat Pak Herman
masih tertidur dengan badan telanjang.
Akhirnya gue tinggal dia dan gue
mandi, tapi tak lama kemudian tenyata
Pak Herman sudah berada di dalam
kamar mandi juga. Mau tidak mau
kami melakukannya lagi di kamar
mandi. Setelah puas kami
membersihkan diri dan segera
berangkat ke kampus. Pak Herman
hanya mengantar aku sampai jalan
dekat kampus supaya tidak ada yang
curiga. Sejak kejadian malam itu, gue
semakin dekat dengan Pak Herman.
Dia adalah segalanya buat gue. Guru,
sahabat, kekasih. Tiap ada kesempatan
kami tak pernah melewatkan
sedikitpun waktu utnuk bercinta. Ah
nikmatnya tubuh dosenku.......
awal tahun ajaran baru pasti ada acara
ospek untuk penyambutan mahasiswa
baru. Tahun ini gue menjadi salah satu
ospek di kampus, dan kebagian
jatah jadi koordinator operasional
mulai dari menyediakan dan
memasang semua perlengkapan yang
dibutuhin buat acara ospek. Sehari
sebelum ospek dimulai, gue dan panitia
lain sibuk menyiapkan semua
perlengkapan sampai malam. Setelah
semua selesai, yang lain pada pulang
kecuali gue dan 2 orang teman. Gue
istirahat sebentar sambil mengambil
botol minuman di tas gue. "Di, Pulang
sekarang yuk!", ajak Hanif salah
seorang temen gue. "Ntar, gue masih
mau ngecek apa semua sudah beres.
Kalian pulang aja duluan nanti gue
nyusul." Jawab gue. "Ya udah, hati-hati
ya!"."Oke..Sip". Hanif dan Budi akhirnya
keluar dari auditorium meninggalkan
gu esendirian. Gue lalu keluar sebentar
untuk melihat keadaan sekitar.
Ternyata kampus sudah sepi sekali,
lorong-lorong kampus dan lobi diterangi
oleh cahaya lampu. Gue memutuskan
untuk pergi ke toilet untuk buang air.
Setelah itu gue kembali ke auditorium
untuk mengecek ulang apakah semua
pekerjaan sudah beres. Sesampai di
auditorium gue terkejut, ternyata ada
seseorang yang masuk ke ruang
auditorium saat gue ke toilet tadi. Gue
masuk dan menemukan Pak Herman
sedang memperhatikan hasil pekerjaan
gue dan temen-temen. Pak Herman
adalah salah satu dosen termuda di
kampus gue. Dia juga merangkap
pembimbing akademik gue, jadi gue
lumayan dekat dan kenal dengan dia.
Umurnya baru 28 tahun. Sebagai
seorang dosen Pak Herman bisa di
bilang cukup keren, apalagi
penampilannya selalu rapi dan bodinya
juga lumayan berisi. Jadiwajar kalau
cewek-cewek di kampus jadiin Pak
Herman sebagai dosen favorit. Dan gue
sebagai cowok yang suka sama cowok
pastinya juga tergila-gila dengan
ketampanan Pak Herman. "Eh, bapak
gimana hasil pekerjaan kami?" tanya
gue membuka percakapan. "Bagus,
semua sound system dan peralatan
lain sudah terpasang semua kan?",
tanya dia balik. "Sudah pak, sekarang
saya tinggal mengecek ulang apa
semua sudah beres." "Ya udah kalo
gitu, cepat kerjakan!", perintah dia.
"Baik pak", gue langsung mengecek
semua peralatan yang sudah
terpasang. Sementara gue bekerja Pak
Herman terus mengajak gue ngobrol.
"Kamu sendirian? Yang lain kemana?"
"Barusan Hanif dan Budi pulang duluan
pak, mereka mau menyiapkan
peralatan lain buat besok pagi." Jawab
gue "Ohhh, gak takut sendirian?", tanya
Pak Herman dengan nada menakut-
nakuti. "Takut apaan pak? udah gede
ini" "Siapa tau aja ada hantu atau
orang iseng yang mau memperkosa
kamu." Deg, seketika gue kaget
dengan yang dikatakan Pak Herman.
Apa maksud dari ucapannya?
"Maksudnya apa pak? Mana ada hantu
yang mau memperkosa manusia
apalagi cowok". Gue membalasnya
dengan candaan. "Siapa tau aja, kan
sekarang hantu gak pandang bulu."
Pak Herman meneruskan pembicaraan
sambil tertawa lepas. "Jangan-jangan
bapak yang mau memperkosa saya"
"Oh, bisa saja" Akhirnya kita berdua
terdiam. Gue tetap meneruskan
pengecekan dan melupakan
becandaan kami tadi. Tapi tak lama
kemudian ketika gue sedang berada di
sudut auditorium gue kaget ada yang
meniup tengkuk gue. Gue
membalikkan badan ternyata Pak
Herman. "Eh, bapak buat saya kaget
saja" "Gimana, Di?" "Sudah beres
semua pak, besok semua perlatan
sudah siap dipakai" "Bukan, maksud
saya gimana tiupan gue tadi" Hah, gue
langsung salah tingkah dan menjawab
sekena gue. "Bikin merinding pak."
"Kalau diliat-liat kamu ganteng juga,
Di." Kenapa lagi ni dosen, apa dia
sudah kehilangan kesadaran? Tapi gue
senang juga sih. Jangan-jangan Pak
Herman juga pecinta cowokkayak gue.
Tapi gue gak berani langsung
menebak, gue ikuti aja apa yang dia
mau. "Ah, biasa aja Pak. Bapak juga
ganteng, emank kenapa Pak? Bapak
suka sama saya?" Gue memberanikan
diri buat menggoda Pak Herman. "Saya
suka sama kamu, Di." "Maksud bapak?"
"Saya sayang sama kamu" Gue seneng
banget mendengar apa yang
diucapkan Pak Herman. Tapi sebagai
mahasiswa gue masih
menghormatinya sebagai dosen gue.
Tapi di sisi lain khayalan melambung
tinggi setelah apa yang barusan
diucapkan Pak Herman. "Tapi saya kan
cowok Pak?" "Iya, saya suka cowok
kayak kamu" Akhirnya gue yakin kalau
Pak Herman adalah seorang Gay.
"Saya juga suka sama bapak
sebenarnya." "Bener?" "Bener pak."
Seketika itu Pak Herman langsung
meraih tubuh gue dan memeluk gue.
Bibirnya langsung melumat bibir gue
dengan lembut. Gue hanya bisa
menikmati lumatan bibir Pak Herman.
Gue masih gak yakin, kalau cowok
yang sedang melumat bibir gue adalah
dosen yang selama ini jadi favorit para
mahasiswa. Beberapa menit berlalu
gue dan Pak Herman saling berciuman.
Pak Herman semakin ganas menciumi
gue, ciumannya semakin liar bahkan
sampai ke leher gue. Gue hanya
tersandar di dinding sambil menikmati
ciuman Pak Herman. Pak Herman terus
menciumi gue sambil meraba-raba
punggung dan pantat gue. Kemudian
Pak Herman jongkok kepalanya tepat
berada di depan celana gue yang di
dalamnya ada kontol gue yang dari
tadi sudah siap untuk dikeluarkan dari
sarangnya. Tanpa permisi Pak Herman
langsung menurunkan retsleting saya
dan langsung mengeluarkan kontol
saya yang sudah tegang dari tadi.
Dengan cepat dia memasukkan kontol
gue ke mulutnya. Ah nikmatnya......
Gue ngerasa seneng banget malam ini.
Impian gue buat bercinta sama dosen
ganteng terwujud. Sekarang kontol
gue sedang berada di dalam mulutnya.
Pak Herman mengulum kontol gue dan
menjilati buah zakar gue yang
menggantung. Lubang kontol gue
dimainkan dengan lidahnya yang
membuat gue menjadi geli dan
keenakan. Gue hanya bisa mendesah
dan menikmati semua yang dilakukan
Pak Herman. "Arghhhh.....uhhh.....oh......",
gue mendesah sambil menggeliat di
dinding. "Ah...terus pak, enak."
"Ohhh....oohhhhh...ohhh....." Pak Herman
tidak peduli dengan desahan gue, dia
terus asyik dengan kontol gue. Bahkan
dia makin mempercepat kocokan
mulutnya. Gue semakin kelojotan,
nikmat sekali. "Pak, saya udah gak
tahan" "Gak pa pa." Pak Herman masih
terus mengulum, sampai
akhirnya.."cretttt..crettttt...cretttt", air
mani gue keluar banyak banget di
dalam mulut Pak Herman. Semua mani
gue ditelan Pak Herman. Pak Herman
langsung berdiri dan menyuruh gue
untuk berbalik badan. Lalu Pak Herman
meloroti celananya hingga kontolnya
yang ditumbuhi jembut yang lebat itu
kelihatan juga. Gue senang banget
akhirnya gue bisa melihat langsung
kontol Pak Herman. Kontolnya tidak
terlalu besar tapi gemuk dan
jembutnya sangat lebat dan hitam
hingga merambat sampai perutnya
yang indah. Gue membalikkan badan
gue, dan Pak Herman langsung
memasang kontolnya tepat di pantat
gue. Awalnya dia memberi
ransgsangan gue dengan menggesek-
gesekan kontolnya di lubang pantatnya
gue. Benar-benar kenikmatan yang
susah dibayangkan. "Saya masukkan
ya, Di?" "Iya pak, tapi pelan-pelan."
"Baik sayang" Pak Herman lalu
menyodokkan pelan kontolnya ke
dalam pantat gue. Gue merasakan
sakit saat kontol Pak Herman mulai
masuk. "Aw..sakit pak" "Tenang,
sebentar lagi juga enak" Pak Herman
terus menyodokkan kontolnya, sambil
kedua tanganya meremas-remas
pantat gue sambil membantu
menyempurnakan posisi kontolnya
supaya bisa masuk ke pantat gue.
Rasa sakit bercampur perih begitu
terasa saat kontol Pak Herman
perlahan melewati dinding pantat gue.
Gue terus teriak, sambil merasakan
nikmatnya remasan tangan Pak
Herman. Akhirnya pantat gue sudah
dipenuhi kontol Pak Herman. Pak
Herman langsung membuat gerakan
maju mundur. Awalnya terasa sakit
danperih, namun lama-lama rasa itu
berubah menjadi rasa nikmat dan geli.
"Ah enak pak, terus" "Ah...ah...ah...,
pantat kamu sempit banget, Di. Enak
rasanya" "Kontol bapak juga enak,
terus pak, ah....yesss....." Pak Herman
terus memompa tubuhnya maju
mundur. Semakin cepat pak Herman
memompa tubuhnya. Ah nikmat
banget. Suara Teriakan-teriakan kecil
memenuhi ruangan yang sepi ini.
Malam yang dingin pun tak terasa,
karena Pak Herman telah memberikan
kehangatan buat gue. Hampir 15 menit
kontol Pak Herman berada di dalam
pantat gue. Sampai akhirnya Pak
Herman pun sudah tidak tahan dan
memuntahkan lahar hangat ke dalam
pantat gue. Seketika air mani Pak
Herman keluar dari pantat gue dan
membasahi paha gue. Pak Herman
terlihat lemas. Sebelum Pak Herman
memakai kembali celananya, gue
minta izin buat ngisap sama
menyodomi dia. Tapi ternyata Pak
Herman menolak dan langsung
menaikkan celananya. Gue sedikit
kecewa, tapi ternyata Pak Herman
punya rencana lain. Dia malah
mengajak gue ke kontrakannya,
ternyata dia gak mau kalau sampai
ada orang yang melihat kita berdua
disini. Akhirnya gue memakai celana
gue dan membersihkan sisa-sisa mani
yang sempat tercecer. Malam itu masih
pukul 9 malam. Gue pun langsung
cabut ke kontrakan Pak Herman
dengan berboncengan, sementara
motor gue gue tinggal di kampus.
sesampainya di kontrakannya gue gak
mau menunggu lama. Gue langsung
meraih tubuh Pak Herman dan
menguasainya. Langsung gue lucuti
pakaian Pak herman Hingga bugil.
Semalaman gue menikmati tubuh Pak
Herman. Sampai akhirnya besok gue
kesiangan. Pagi-pagi gue terbangun
setelah teman gue menelpon supaya
gue cepat ke kampus. Gue kelelahan
semalam. Gue melihat Pak Herman
masih tertidur dengan badan telanjang.
Akhirnya gue tinggal dia dan gue
mandi, tapi tak lama kemudian tenyata
Pak Herman sudah berada di dalam
kamar mandi juga. Mau tidak mau
kami melakukannya lagi di kamar
mandi. Setelah puas kami
membersihkan diri dan segera
berangkat ke kampus. Pak Herman
hanya mengantar aku sampai jalan
dekat kampus supaya tidak ada yang
curiga. Sejak kejadian malam itu, gue
semakin dekat dengan Pak Herman.
Dia adalah segalanya buat gue. Guru,
sahabat, kekasih. Tiap ada kesempatan
kami tak pernah melewatkan
sedikitpun waktu utnuk bercinta. Ah
nikmatnya tubuh dosenku.......
Tags:
Cerita Gay
Leave a comment