Ada sebuah
kantor di sebelah ruko aku tinggal. Kalau hari Sabtu, kantor itu setengah hari,
setiap Sabtu selewat jam 2 siang selalu kedengaran music dangdut di stel dengan
sangat keras dari kantor tersebut, dan baru berhenti Senin pagi saat kantor
buka lagi. Bayangkan dari Sabtu siang sampai Senin pagi semua tetangga harus
menderita dengan music kampungan yang disetel dengan volume super tinggi, siapa
tidak jengkel. Banyak tetangga sudah complain tapi tetap saja dan berlangsung
berbulan-bulan. Aku juga merasa jengkel karena kamar tidurku di lantai 3
bersebelahan langsung dengan asal suara berisik itu, terlebih diteras tempat
biasa kami duduk cari angin atau menjemur baju. Pembatas di antara ruko kami
dan kantor itu hanyalah tembok setinggi 80 cm, di atasnya kami meletakkan
pot-pot tanaman kaktus. Pernah kami melihat penjaga kantor itu keluar menjemur
pakaian, kadang ia pakai kancut atau berhanduk saja, tapi sebelum kami sempat
menegur ia sudah menghilang, jadi kami sama sekali tidak pernah melihat
wajahnya. Mungkin dia juga begitu beberapa kali melihat kami, takut ditegur
atau dimarahi jadi ia langsung menghilang. Sabtu itu tempat tinggalku sangat
sepi, karena semua pergi ke Bandung, kira-kira jam 3 siang lagu-lagu dangdut
dengan volume keras mulai kedengaran, lagu sempat diulang beberapa kali. Aku
sangat terganggu dan saking jengkelnya aku mengangkat pot kaktus dan melompati
pembatas tembok. Tanpa permisi aku masuk ke dalamnya, jendela dan pintu lantai
paling atas bangunan itu terpentang lebar, aku mengetok-ngetok pintu tak ada
yang muncul. Aku yakin pasti sebentar lagi aku berantem dengan si penjaga
penggemar itu. Melalui jendela aku melongok ke dalam, ku lihat seorang lelaki
telanjang sedang relax setengah berbaring di atas kasur sambil memegang majalah
mode, di sebelahnya tersampir selembar handuk kumal. Aku perhatikan lebih lama
ternyata lelaki itu si penjaga kantor yang sedang membolak balik majalah,
halaman demi halaman sambil meremas kontolnya. Ooh rupanya ia sedang
masturbasi, jadi aku mengintip lebih lama lagi. Mungkin gambar yang dicari
sudah ketemu, jadi tangannya mulai merancap, pelan-pelan dari genggamannya
muncul kepala kontol yang semakin tegang dan semakin tinggi …....makin keras
cong ! Rasa isengku muncul, aku mengetok jendela dengan keras dan pura-pura
kaget melihat si penjaga itu. Betul saja, lelaki itu terlompat berdiri dari
kasur, majalahnya di lempar ke lantai. Ia terkejut melihat aku tahu-tahu sudah
berdiri di depan jendela, kontolnya yang lagi ngaceng berat seperti pentungan
tak sempat ditutupi. Ia mau meraih handuk tapi tak sempat. Ia mau marah tapi rasa
malunya lebih besar dari kemaluan. Aku akhirnya tertawa ngakak, niat sebelumnya
mau berantem jadi hilang : “Eh Mas, siapa namanya…..kalau nyetel dangdut jangan
kenceng-kenceng, orang ketok-ketok lama sampai nggak dengar !!” Si penjaga
pelan-pelan meraih handuk dan secepat kilat melilitkannya ke pinggang, mungkin
ia kesal denganku, niatnya mau ejakulasi nggak kesampaian…..bantat ! Karena
lelaki itu diam membisu aku dengan berani masuk ke dalam sekalian : “Segini aja
kalo dengerin lagu !...jangan nyetel gede-gede macem kondangan di kampung !”
kataku, music dangdutnya aku kecilkan. “Siapa namamu ? nggak punya cewek ya ?
ngapain malu ngocok ? gue juga tiap hari ngocok !” kataku lagi, mendengar aku
juga sering ngocok lelaki itu jadi agak tenang : “Saya Jun….Junaidi, mas
namanya sapa ?” ia menjawab dengan sopan, logat Sundanya sangat kental, tangan
kanannya diulurkan mau salaman, tangan kirinya memegang handuk kuat-kuat,
barangkali takut merosot. “Nama gue Iwan, mana majalah tadi ? majalah apa itu
?” tanyaku menyelidik. Junaidi membungkuk mau mengambil majalah, eh sial
……handuknya terlepas dan pantatnya yang hitam nonggeng kelihatan. Aku sekali
lagi tertawa keras-keras, terpingkal-pingkal sampai jatuh di kasurnya yang
dihamparkan di lantai. “Eh sini Jun, duduk aja sebelah sini, mana majalahnya,
gue lihat !” Mungkin saking malunya si Jun nurut saja, ia duduk mengongkong di
sebelahku sambil mengulurkan majalah. Ternyata majalah mode semacam
Cosmopolitan, isinya cewek-cewek pakai bikini, namanya saja gadis model, mereka
cantik-cantik dan berbody indah. Mungkin bagi Jun foto cewek-cewek di majalah
itu sudah top banget, membuatnya terangsang, jadi aku menawarkan yang lebih
merangsang “Jun, percuma ngocok cuman ngliat beginian, sambil nonton bokep
lebih seru !” kataku sambil membuka halaman tengah, gambarnya lebih besar. Si
Jun sambil cengengesan menjawab : “Saya nggak punya film begituan, kalo ada mah
udah tiap hari si joni minta dielus” katanya sambil menunjuk dagingnya di balik
handuk. Aku mendapat ide bagus, jadi aku menawarkan lagi sesuatu yang menarik :
”Gini Jun, lu cepet mandi sana, gue ambil cd gue, nyetel di sini bisa nggak ?
khan pasti ada computer !” ujarku, Jun mengangguk setuju “tapi inget
!....jangan dikocok dulu tool lu….mandi yang bersiiiiiiiiih banget, ntar gue
cek ya, bersih nggak mandinya” kataku lagi, Jun mengangguk sambil mengumbar
senyumnya. Aku melompat tembok, mencari-cari fleshdisc yang kusimpan di
kamarku, isinya koleksi bokep………….. lengkap ! mau gaya apa aja ada, yang anak
Bandung, anak SMA, anak STM, yang Melayu, India, Jepang, bule, sembarang ada !
Lantas aku cepat-cepat kembali ke sebelah, eh….sebelum lompat aku ingat
sesuatu, aku masuk ke kamarku menyambar Citra body lotion. Secepat angin aku
sudah mendarat di sebelah, kucari Jun…..”Juuuuun…..di mana lu ?”….teriakku “Eh
di sini mas Iwan, masih handukan” teriaknya dari kamar mandi. Semenit kemudian
ia muncul, dengan tenang ia melepas handuk dan memakai celana pendek, rupanya
ia anti celana dalam. Ia memakai kaos singlet warna merah menyala, lantas ia
bersisir, mematut wajah di cermin lantas berbalik menatapku. “Mana
filmnya…..??” Di saat itulah aku baru menyadari, Jun tidak terlalu jelek,
wajahnya memang pas-pasan, hidungnya pesek, mulutnya lebar, matanya kecil macam
celengan. Meski kulitnya hitam kelam tapi dadanya bidang, perutnya kempes,
lengannya berotot, pahanya apalagi, seperti tukang beca. Dengan tinggi
kira-kira 165 Jun bukan lelaki yang terlalu jelek, saat ngaceng tadi terbukti
kontol Jun termasuk lumayan, di atas standar rata-rata orang Jawa. “Ayo mas
Iwan…..kita ke bawah, pengen cepet nonton nikh” ajak Jun sambil berjalan ke
lantai 2. Layaknya kantor, ada sejumlah meja kerja dan kursi-kursi di situ,
setiap meja dilengkapi computer, Jun menunjuk sebuah meja dan menarik sebuah
kursi tak berlengan, sehingga kami duduk bersisian. Aku menancapkan fleshdisc
dan memilih sebuah film anak Bandung. Jun kelihatan senang, ia duduk
menyilangkan kakinya “Wuih….asyik nikh….coba dari dulu saya udah kenal mas
Iwan, pasti nonton tiap hari nikh !” kata Jun sambil memukul bahuku. Film
pendek itu kusambung dengan film berikutnya dan kupilih film yang lebih
panjang, ku lihat reaksi Jun, duduknya sudah morat marit, kaki silang ke kanan
silang ke kiri…..akhirnya Jun tanpa malu-malu bilang : “Waduh mas, udah naik
banget nikh…..pengen dikocok…..biar enak “ Aku pura-pura memegang kontolku,
“Iya gue juga udah ngaceng….ngaceng berat” kataku berpura-pura, lantas aku
menurunkan celanaku ke lutut sehingga kontolku yang mulai ngaceng bisa dilihat
si Jun……”ha…ha..ha…ha…..!!” si Jun tertawa, ia menyentil kontolku, “Ini juragan
doyan ngocok juga ya” ia tertawa sembari menurunkan celananya “gede mana nikh,
punya saya atau punya mas Iwan” ia mempertontonkan alat vitalnya “Wah….punya lu
gede juga Jun, lebih gede dari punya gue, ini buatan Mak Erot ya ?” aku memuji
dan pura-pura kaget “Ah….mas Iwan khan tadi udah ngintip, sekarang pake
pura-pura kaget” kata si Jun sambil memukul-mukul punggungku. Melihat gaya si
Jun yang sudah bebas, aku lantas melepas celana pendekku dan melipatnya di atas
meja “Udah Jun lepas aja, kita mulai ngocok nggak usah malu-malu, ini kebutuhan
jasmani” kataku lagi. Jun dengan relax melepas celananya juga, menyampirkan di
meja dan duduk mengangkang, ia mulai meremas batang kontolnya sampai tegang dan
berdiri abis. Aku sebetulnya ngaceng bukan karena bokep, tapi ngaceng memandang
burung Jun yang lumayan besar, tapi panjangnya itu lho yang bikin aku nggak
nahan. Sebentar-sebentar Jun mengempitkan kakinya, rupanya ia menahan
ejakulasi, sebentar-sebentar ia berhenti mengocok. Aku memandang jembut Jun,
gondrong nggak pernah dicukur, pahanya besar dan kuat, pantatnya saja begitu
bohay. Imajinasiku sudah mantap, aku mengambil Citra dari saku celana di meja
dan mengoleskan ke kontolku……rasa nikmat semakin kuat…..licin-licin geli
membuat aku semakin bergairah. Aku menuang Citra ke tanganku, kursi Jun aku
putar menghadapku dan …..clep…tanpa permisi tanganku meraup kontol Jun, Citra
aku oleskan ke batang dan kepalanya :”Nikh biar lebih joss “ kataku sambil
meremas dan sedikit mengocok kontol Jun……..”Aaaaaaah……hssss !” Jun mengerang,
kepalanya menengadah. Tanganku kembali mengocok kontolku sendiri, Jun
memandangku sambil mengocok kontolnya lagi “mas Iwan, tangannya enak, bikin
lebih geli…..lebih enak daripada ngocok sendiri” kata Jun seolah-olah ia
meminta aku mengocok kontolnya. “Jun, kalo mau lebih enak begini……” kataku
sambil mengulurkan tangan, singletnya aku sibakkan, pentil Jun aku plintir
lantas aku jilat-jilat, kontolnya aku pegang, kepalanya aku plintir, rasanya licin.
Jun sendiri menjadi berdebar-debar, suara jantungnya terdengar kencang “Ya
ampun……. Maaaaassss….uenaaaak baaaangeeeeeet……!” Jun meringkik, kakinya
diluruskan ditarik diluruskan nggak karuan. Kepala kontol Jun aku plintir
berulang-ulang kemudian aku kocok, batangnya aku remas-remas, mulutku mulai
merayap dari pentil ke leher dan ke kupingnya, Jun meronta-ronta
kegelian……”Iiiiiiiih…… iiiiiiiiiiiihhhhhh” lidahku menjulur-julur turun ke
pentilnya lagi pindah ke perut, jembutnya aku aduk-aduk dengan mulut dan
lidahku. Tanganku meremas-remas paha dan selangkangannya, Jun semakin
blingsatan, kakinya menendang lantai, kursi kerja beroda itu bergerak tak
keruan, maju mundur ke kanan ke kiri. Seperti orang bego aku mengejar kursi
yang gentayangan itu, akhirnya Jun berdiri dan menubrukku……”Maaaaaaaaaasss ………
ng…… nnggg…… nggaaaaaa…..tahan la….llaaa…..laagggiiii nnnikkh” Jun terbata-bata
hampir ejakulasi, aku buru-buru menangkap kedua paha Jun, mengemut kontolnya,
menggerakan paha Jun maju mundur dengan cepat. “Uuuuuuuuuugggggghh……………uuuuuuugggghhhhhhhhh”
Jun mengeluh panjang 2 kali sambil menekan kontolnya dalam-dalam ke
mulutku……….creeeeeeeeett……….. crreeeeeeeeeeeeeeeeeeeet……
breeeeeeeet….breeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet !! airmani Jun menyemprot
sejadi-jadinya dalam mulutku, rasa nikmat menjalar ke seluruh urat nadiku,
kutelan kureguk airmani Junaidi sampai ludes,setelah itu kontolnya terus aku
kulum dan klomot tanpa kulepas dari mulut. Jun meringkik sampai membungkuk
”geeeelllllliiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…….udaaaaaahhhh…… udaaahhhh….. geliiiiiiiiiii
! aku melepas kontol Jun dari mulut, meski sudah ejakulasi kontol itu belum
lemas sempurna, itu tandanya Jun jenis lelaki yang kuat ngentot. Badan Jun
merosot seperti orang sujud, nafasnya tersengal-sengal, aku melanjutkan masturbasi,
alat vitalku semakin keras, aku mengocok dengan cepat sebelum gairahku lenyap.
Jun berdiri menarik kursi dan duduk mepet di sebelahku, ia meninju lenganku :
“gilaaaaa…….. enak banget……belon pernah kayak gini !!” Aku tertawa, aku menarik
pahanya, tangannya aku arahkan ke alat vitalku : “Nikh sekarang gentian
kocok….cepetan biar gue keluar juga !” Jun menepiskan tanganku : “Mbung
ah……masih lemes banget gue !” katanya menolak, aku bujuk dia : ” Ayo Jun ntar
gue kasih yang lebih enak, lu khan pasti pengen ngecret lagi….iya khan ?”
kataku. Jun menjawab nakal : “Yang tadi aja enak banget….ada yang lebih enak ?
……beneran nikh mas ? mata Jun yang sipit jadi membesar dan melotot. “Bener deh
…. Janji …..janji….” kataku sambil menunjukan jari telunjuk dan jari tengah.
Aku ganti posisi, duduk menghadap sandaran kursi, Jun membelakangiku, sambil
memelukku ia menaruh kepalanya di bahuku, tangannya mulai menggerayangiku,
pentilku diusap-usap dan diplintir halus, sebelah tangannya mengocok kontolku.
Rasa nikmat menjalar di tubuhku, hangatnya badan Junaidi membuatku lebih
bergairah, gosokan tangan Junaidi dipentil menambah nafsuku lebih cepat
menggelegak. Nafasku mulai memburu, tanganku mencekal paha Jun yang menjulur di
sebelahku, hembusan hangat nafas Jun dan kocokannya yang semakin cepat akhirnya
membuatku mencapai titik klimaks…… cccccrreeeeeeeeeeeeeeet …..
creeeeet…..creeeet !!!! spermaku meledak digenggaman Jun, kocokan Jun bukan
berhenti tetapi semakin kencang, genggamannya semakin
kuat….”Ooooooooohhhhh……Juuuuuuunnnnnn” aku menjerit kegelian…..rasa geli dan
nikmat tiada tara membuatku bergidik, merinding. Aku melemparkan tubuhku ke
belakang, terengah-engah dalam pelukan Junaidi yang segera mendekapku dengan
erat. Dada dan perutku menjadi lengket oleh sperma, tangan kanan Junaidi
berlumuran peju, kami berdiri sambil saling tersenyum, kami masuk kamar mandi.
Acara mandi berdua menjadi saling bercanda : “gimana…..puas nggak ?” tanyaku
pada Jun, ia memukul pantatku “nikh gara-gara ngintipin gue, jadinya kayak
gini……puas donk…..tapi janji yang lebih enak mana ?” jawab Jun menagih janji.
Aku tertawa, sambil mengelus burungnya yang mulai tegang aku bertanya lagi :
“Nanti kalo kamu udah cobain bilang ya, suka yang tadi atau yang………..” dengan
sabun kontol Jun kukocok supaya ngaceng poll ! tidak sampai semenit dikocok Jun
mulai mendesah-desah keenakan, lantas aku menyabuni selangkanganku, kupeluk si
Jun dan kontolnya kukempit diantara selangkangan. Aku sedikit lebih tinggi dari
Jun jadi kontolnya mencapai posisi yang tepat, ia tidak perlu jinjit atau
menekuk lutut. Sleeeep….kontol Jun terjepit dipahaku, aku mulai bergerak maju
mundur perlahan, Jun memejamkan mata, mulutnya terbuka, tanpa sadar liurnya
menetes. Kupeluk pinggul Jun, ku dorong ia maju mundur, lantas Jun memelukku dengan
tangkas ia mulai bergerak maju mundur, kontolnya terasa hangat di
selangkanganku, panjaang sehingga melewati pahaku, bahkan gesekannya terasa
dipantat. Jun sungguh menikmati permainan ini, saking nikmatnya Jun menciumi
leherku dengan gemas, memagut dan mengecup pipi, leher dan jakunku penuh nafsu,
akhirnya bibir kami saling bertemu. Kami saling melumat dan mengadu lidah,
saling gigit dan menyeruput…..oooohh indahnya bukan kepalang ! kontolku jadi
ngaceng lagi, aku mendempetkan perutku serapat-rapatnya ke perut Junaidi,
kontolku yang terjepit diantaranya mulai merasa geli dan enak. Tiada kata-kata
terucap hanya saling menekan, menggesek dan bergoyang…terus bergoyang
berpelukan berdekapan sambil melumat bibir, ngelomot lidah ganti
berganti…….saling menikmati ! Gerakan Jun akhirnya semakin cepat, bibirnya
melumat bibirku semakin cepat, lidahnya menari-nari di langit-langitku,
dekapannya menjadi semakin kuat, nafas Jun memburu dan kontolnya menggesek
pahaku semakin cepat, aku merapatkan paha kuat-kuat……Jun menekan tubuhku
habis-habisan, kontolnya ditekan sekuat tenaga di selangkanganku
dan……………….crrreeeeeeeeeeeettttttttt…..!!!!!! Jun ejakulasi untuk kedua kalinya,
ngecretnya panjaaaaang !!! airmaninya menyembur dan belepetan di dinding kamar
mandi…..tembakannya jauh !! Pahaku juga penuh dengan airmaninya, lengket dan
membuat rasa licin, aku terus mendekap Jun sambil menggesek-gesekan perut,
badan Jun kutekan kuat-kuat merapat di tubuhku, aku sudah nyaris ejakulasi.
Nafasku kini memburu, Jun mengerti aku hampir ngecret, ia memelukku sekuat
tenaga, menggesek kontolnya yang masih nyangkut di selangkanganku membuat aku
semangat berjuang melepaskan pejuku…….rasa super nikmat membuat aku melayang
dan memejamkan mata, kujulurkan lidahku yang langsung diklomot mulut Jun
“hhhhhm……….!!!!!” Sambil merintih aku melepas
pejuku……preeeeeeeeeeeeeeeeeeet…..preeeeeeeeet….dalam sekejab perut kami berdua
menjadi licin, Jun menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, alat kelaminku
terasa geli yang tak tertahankan……..”Oooooooooh…….Juuuuuuunnnnnn” aku melepas
ciuman maut Jun, merintih keenakan sekaligus kegelian, Jun tidak juga
melepaskan dekapannya, rasa hangat kontol Jun di selangkanganku membuat
nikmatku tak kunjung hilang. Perlahan-lahan Jun melambatkan gerakannya, dan
berhenti, kami masih berdekapan, merasakan degupan jantung masing-masing,
saling meraba, akhirnya kami menutup persetubuhan kami dengan sebuah ciuman
yang mesra. Kemudian kami mandi bersih-bersih, berpakaian dan naik ke atas. Aku
membaringkan tubuhku di kasur Jun, lumayan bersih juga orangnya, ia meletakkan
barang-barang di kamarnya dengan rapi. Sisirnya berbaris rapi dengan tempat
pinsil, keranjang sampahnya dilapis plastic. Tanpa disuruh Jun mematikan lagu
dangdutnya, sementara mataku memeriksa kamar, Jun menyiapkan roti berlapis
mentega. Di luar hari sudah mulai senja, Jun menyalakan lampu, menghidangkan
roti dan 2 cangkir Nescafe. Di atas kasur kami duduk berdua, mata kami
sama-sama memandang majalah Cosmo, lantas kami tertawa berderai-derai “Gimana
Jun ? enakan liat majalah atau seperti tadi ?” aku menggoda, Jun
menggeleng-gelengkan kepalanya “Itu majalah juga banyak jasanya Mas” jawab Jun,
aku tertawa lagi “Puas yang mana, yang pertama atau yang kedua ?” tanyaku, Jun
meninju pahaku “Gila si Mas ini……dua-duanya puas….dua-duanya enak….dua-duanya
belon pernah !” ia mengaku. Aku jadi bingung si Jun ini koq belum pernah main
sex, ngumpet di mana aja dia selama ini ? dengan penasaran aku bertanya : ” Jun
emang umur lu berapa ? masa iya belum pernah ngeseks ? kampung lu di mana ?”
Jun terdiam sejenak, ia menunduk, pelan-pelan ia menatap mataku, lantas ia
tersenyum “Saya mah udah 24, kampung gue di Girijaya, deket Sukabumi, dari
kecil gue dikasih tau, ngeseks tukh bahaya ! jadi gue takut, lagian di kampung
saya nggak ada yang nakal, nggak ada yang kayak gini !” jawab Junaidi sambil
mencubit pentilku. Aku perhatikan si Jun kadang memakai kata “gue” kadang
“saya” tandanya ia sudah mulai merasa bebas denganku. Aku mulai menginterogasi
kehidupan si Jun “Hmmm….jadi lu puas nikh……..tapi lu suka nggak ? kalo nggak
suka yaaa……nggak usah diterusin ! kataku, si Jun langsung menubrukku, tangannya
dilingkarkan ke bahuku “ehhh…. siapa bilang nggak suka ? kalo boleh mah setiap
hari Mas Iwan loncat tembok….. kalo perlu itu tembok dibongkar aja dah !”
jawabnya memprotes “enak gila…..!!” jawaban Junaidi yang lucu membuat aku
terpingkal-pingkal. Kami ngobrol panjang lebar, tak terasa semakin malam, aku
belum menyalakan lampu rumahku. Aku menyuruh Jun ikut ke tempatku, ia turun ke
bawah memeriksa pintu-pintu lantas mengunci lantai 3 dan sama-sama meloncati
tembok ke tempatku. Setelah menyalakan lampu aku memasak makan malam, nasi
goreng udang, aku mengambil botol wine yang masih setengah botol. Meja makan
aku atur untuk 2 orang “Jun ayo makan, seadanya saja !” kulihat si Jun agak
asing dengan nasi goreng model Cina “kamu mau kecap manis Jun ?” aku mencoba
membuatnya senang “iya deh mas, saya biasa makan nasi goreng rasanya manis,
nggak apa-apa khan ?” jawabnya sopan dan terus terang “Mas kalo ada sambal
boleh juga !” sambungnya. Aku meletakan sambal Bali dan kecap manis di meja.
Tak lama kemudian Jun kepedasan, ia langsung meneguk wine dari gelas, matanya
melotot, bibirnya terkatup kaget…”apa ini Mas ?” mukanya kontan merah padam,
supaya ia tidak kaget, aku menenggak isi gelasku sampai habis, menuangkan wine
lagi di gelasku dan kuminum lagi. “Ini namanya wine, kalau malam gue biasa
minum beginian, biar hangat biar romantic” ujarku. Jun berusaha mengendalikan
dirinya, mukanya semakin merah, cepat-cepat ia menghabiskan nasi goreng nya,
lantas ia memandang gelasnya lama-lama, mungkin sebetulnya ia tidak suka, tapi
akhirnya gelas itu diraih dan diteguk sampai habis “minum beginian bisa mampus
nikh gue” katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Aku tertawa “Jun lu kalo
berani minum setengah gelas lagi ntar gue kasih yang lebih enak dari yang
tadi……lebih enak….lebih gila !.....mau nggak ?” aku menantang. Jun memandangku
lantas dengan penasaran ia bertanya : “lebih enak dari yang tadi…..gila ! ada
yang lebih enak dari yang tadi ?.....ah Mas ini yang bener ? …..janji ? lebih
enak ?.....janji ya….kasih gue segelas ! tapi bener Mas janji lebih enak ya !”
aku tidak kuat menahan tawa, badanku terguncang-guncang melihat cara Jun
bicara, rupanya ia sudah ketagihan seks ! “Jun, lu bener masih kuat nggak ?
ntar gue udah siap lu nggak kuat nanjak !” tanyaku sambil tertawa, Jun menjawab
dengan serius : “Ntar gue buktiin ya…..gini-gini gue biasa ngocok 3 kali
berturut-turut, kalo lagi napsu sehari gue bisa ngocok 4 kali, pernah juga
gara-gara ngintip gue ngocok 6 kali !” Sehabis makan aku mengajak Junaidi ke
kamarku, kesetel bokep yang paling yahud, paling romantic dan paling seru di
laptop. Aku tumpuk bantal dan bersandar di situ, kakiku mengangkang, sebuah
bantal kuletakan di dada, Junaidi aku suruh meletakan kepala di atasnya. Aku
mengelus-ngelus kepala Junaidi yang serius nonton bokep, tanganku mulai merayap
ke pentilnya, aku ciumi rambutnya penuh mesra, bokep juga semakin seru !
kulihat celana pendek Jun mulai mumbul dan semakin tinggi. Kontol Junaidi jadi
ngaceng dan semakin ngaceng, Jun mulai menyisipkan tangannya ke dalam celana,
diremas-remas supaya semakin ngaceng. Tanganku juga semakin cepat memelintir
dan mengusap pentilnya, Jun mulai mengerang-ngerang nikmat, tiba-tiba ia
membalikkan badan “udah yuk telanjang aja, gue nggak tahan nikh pengen
dikeluarin….hayu mas !” tanpa basa basi ia meloloskan celana dan kaosnya,
telanjang bulat mengangsurkan kontolnya yang segeeeeerrrr dan ngaceng edan itu.
Aku buru-buru melepas pakaian dan melalap kontol Sunda dengan lahap, aih
rasanya memang menggemaskan, kepalanya aku sedot-sedot, lantas aku kulum-kulum
dan kulahap kepala dan batangnya ke dalam mulut. Jun kusuruh merebah di kasur,
aku menjilat kemaluannya tanpa malu-malu, kepalanya, batangnya, pelernya aku
jilat sedot sepuas hati. Jun mengikik kegelian keenakan, tangannya
mencabik-cabik badanku. Benar-benar kami bermain sesuka hati, ngeseks
habis-habisan. Aku balikan badan Jun, pantatnya aku gigit-gigit sampai ia
melejit. Lidahku bermain-main di bokong hitam mulusnya, tanganku menguak kedua
belah pantatnya, aku jilati naik turun, duburnya aku kilik-kilik dengan jari,
bijinya kujilati sampai ia mendesah kegelian, lidahku naik ke lubang duburnya,
aku jilat dan mainkan lidahku mengilik-ngilik hingga ia melolong dan
membanting-bantingkan pantatnya. Jilatanku semakin gila…..kujilat kujilat dan
kujilat terus …..lubang duburnya basah oleh ludahku, mulutku menempel di lubang
pantat itu dan kusedot sampai Jun meloncat dan membalikkan badan “Maaasss……gila
lu…..geli banget tau….!” Nafasnya terengah-engah, tangannya memelukku, wajahku
kini berhadapan dengan wajahnya, Jun mendekapku erat, ia menciumku
berulang-ulang kontolnya menempel di perutku, hangat dan super keras ! Aku
semakin bernafsu, lantas sekali lagi kubenamkan wajahku di selangkangannya,
jembutnya yang lebat menyapu wajahku. Kuklomot kontolnya dengan irama cepat,
lidahku terus bermain mengulum kepala dan batang kontolnya. Jun terpekik
keenakan, kakinya bergoyang ke kanan ke kiri, ia mengambil bantal dan menutup
mukanya :”Iiiiiiiiiiihhhhh…..iiiiiihhhhh” ia tak kuasa menahan geli campur
nikmat. Begitu saja Junaidi sudah sempoyongan, aku meraih Citra dan mengoles
seluruh alat kelaminnya, lantas aku kocok dengan genggaman kuat. Jun menggigil
keenakan, kuoles anusku dengan Citra dan segera naik ke badan Junaidi.
Kuarahkan kepala kontol yang sudah ngaceng luar biasa itu ke anusku ……………
”uuuuugggggh” aku tekan kepala kontol Jun sekuat tenaga supaya masuk dan
bleesssssssss…..berhasil juga kepalanya masuk. “Aaaaaaaaaaaaaaaahhhh…!!!!” Jun
menjerit kesakitan, kini ganti aku yang kesakitan, kontol Jun terlalu panjang,
aku perlu duduk sejenak menetralisir rasa sakit di anusku. Tanpa sadar aku
memainkan otot duburku sehingga kontol Jun seperti di kunyah-kunyah, Jun kini
mulai merasa nikmat lagi, ia melempar bantal dan memeluk pinggangku, ia
berusaha duduk sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya, aku mulai bergerak naik
turun dan memutar pantatku. Jun langsung menggigit pentilku, mengisap pentilku seperti
anak anjing kehausan, rasa nikmat luar biasa menjalar ke seluruh tubuh Junaidi.
Ia meratap keenakan, bahuku digigitinya, leherku dijilat-jilat. Kami bersetubuh
total !!!! Jun mulai mengimbangi gerakanku dengan penuh perasaan, tanpa
mencabut alat kelaminnya ia membalik posisi, kini ia di atas, menguasai medan
pertempuran, aku di bawah terima nasib sambil mengangkang. Jun dengan gagah
berlutut mengangkat kedua kakiku, dengan wajah penuh nafsu ia menghujamkan
kontolnya berulang-ulang, menarik menusuk memutar dan menggeolkan pinggulnya
kian kemari. Betul-betul Jun merasa nikmat ! tiada suara yang keluar dari
mulutnya, ia menengadahkan kepala sambil terus menekan dan menghujam alat
vitalnya yang panjang bukan kepalang. Sesekali ia seolah nyaris mencabut kontol
dari anusku, ketika tinggal kepala kontol di anusku tiba-tiba ia menghujam alat
vitalnya sekuat tenaga sehingga seluruh batang kontol itu langsung tenggelam ke
dalam anus. Rasa nyeri dan ngilu di anusku menjadi rasa enak yang tak
terkatakan, meski merinding dan menggigil tapi aku menyukai sodomi sodokan
miring ! Aku memain-mainkan pentilku sendiri menambah rasa nikmat yang
menggelora. Jun menusukkan alat vitalnya sepuas hati, aku yakin ia belum pernah
merasakan kenikmatan seperti ini, aku yakin ia merasa happy ! Alat kelamin Jun
terus maju mundur mendesak lubang anusku, iramanya cepat dan semakin cepat,
keringat Jun mulai membasahi tubuhnya, kini lidahnya mulai menjulur, kontolnya
semakin bergairah, rasa hangat dan nyeri di anusku semakin menjadi. Jun hampir
sampai ke puncak, ia memeluk kakiku erat-erat, gerakannya semakin gila, semakin
cepat dan tanpa ampun ia menghujam memekku semakin ganas. Tiba-tiba Jun
melotot, lantas memejamkan matanya lagi ia mulai mendengus, mendesis-desis,
keringatnya bercucuran……kakiku digigitnya…….kontolnya semakin ganas dan ganas.
Jun semakin membungkuk dan aku terpaksa melipat perut…..”Ooooooohhhh……ooooooh”
aku menjerit menahan gempuran alat vital Junaidi, lubang anusku terasa
panaaaaasss, otot cincinku berusaha menahan nyeri, jepitan anusku membuat
lubang semakin sempit. Kontol Jun terasa menggesek dinding anus lebih ketat,
aku tak kuasa menahan kenikmatan, tanganku segera merancap kontolku kukocok
secepat-cepatnya dan sebentar saja aku ejakulasi…….!!!!! Air maniku menyembur membasahi
tangan dan perutku “Uuuuuuuuughhhhh !” aku melenguh keenakan duburku turut
merayakan ejakulasiku, bibir anusku bersorak-sorak kegirangan sehingga seperti
mpot-mpot ayam, akibatnya Junaidi merasa lebih nikmat lagi ! bahkan super
nikmat ! Batang kontol Junaidi tidak kuat menahan permainan lubang dubur yang
menyedot-nyedot itu. Jun akhirnya melolong panjang sambil menekan kontolnya
dalam-dalam “Aaaaaaaaaaagggghhhhh………….aaaaaaah!!!!!! Maka muntahlah
lendir-lendir kenikmatan dari kepala kontol Jun, lendir itu seperti ledeng
bocor di dalam anusku, batangnya terasa berdenyut-denyut, hangat. Kukerahkan
segala kekuatan supaya ototku mengunci kencang alat vital lelaki Sunda itu.
Tanpa sadar Jun menekan tubuhnya semakin rapat ke pantatku, alat vitalnya terasa
menembus sampai jauh ke dalam perut. Jun limbung ke kiri, terengah-engah penuh
keringat, kontolnya yang panjang masih menancap di dalam lubang kenikmatan. Ia
memelukku yang tergolek miring, kami berdua kepayahan setelah melampaui
perjalanan panjang ke puncak kenikmatan. Beberapa menit kami dalam posisi
demikian, perlahan-lahan aku melepaskan alat vital Jun, aku menyeka peju yang
meleleh dari lubang pantatku. Handuk besar alas persetubuhan kami segera
kutarik. Junaidi hanya merebah pasrah saat aku membersihkan alat vitalnya,
setelah semua bersih aku mematikan lampu dan membaringkan diri berdempetan
dengannya. Jun mengulurkan tangan, meraih bahuku, ia mencium bibirku lamaaaa
sekali. Kemudian sambil mendekapku ia berbisik : “betul-betul puaaaaassss…..
eeenak……enaak bangeeeeet, tiga-tiganya enaaaaak, pantat lu enak banget” Jun
mencubit pantatku mesra. Kami berpelukan sampai pagi, ketika bangun Jun
mengedipkan mata, ia mengarahkan tanganku ke alat vitalnya yang sudah tegang !
“isap donk !” katanya manja, jadi pagi-pagi aku sarapan kontol Junaidi dan
minum juice sperma !.......betul-betul
Tags:
Cerita Gay
Aku Oki Noprianda Saputra. Tinggal di Sukabumi. Sekarang udah nikah sama mantan pelacur. Karena ga puas ngentot sama istriku, aku mau coba jadi bot.
Mau cobain dianal itu kayak gimana.
Hubungi 085861680632