Karena studyku tidak kunjung kelar. Sementara tiap bulan aku selalu
minta tambahan uang kiriman. Maka aku diultimatum ayah untuk melanjutkan
kuliah di kota kelahiranku, yaitu kota Malang saja. Memang kuliahku
berantakan karena aku terjerumus ke pergaulan bebas kota metropolitan,
sehingga tidak memperdulikan studyku.
Setelah mengurus semua surat-surat kepindahan dari Kota Jakarta, pindahlah aku ke kota Malang dan mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta. Di kota Malang, aku tinggal di rumah budhe dari ayahku. Budhe mempunyai 3 orang anak cowok. Anak pertama bernama Dion, umurnya 16 tahun. Anak kedua bernama Ferdian berumur 13 tahun. Anak ketiga bernama Galih berumur 11 tahun. Walaupun mereka bertiga masih ABG tetapi tubuhnya bongsor dan sehat, mungkin karena gizi dan hormon yang berlebihan.Untuk singkatnya, aku mulai dengan pengalaman bersama Dion yang berumur 16 tahun dan baru duduk di kelas I SMU. Pada suatu siang, kami berdua belajar di ruang keluarga.
Kebetulan jika ada waktu lowong, ketiga ponakanku ini sering minta diajari mengenrjakan PR atau dibimbing pelajaran yang kurang dimengerti. Aku sebagai kakak ponakan yang telah mengenyam bangku kuliah, dengan senang hati membimbing dan mengajari pelajaran yang mereka kurang mengerti. Aku suka sekali mengajari dan membimbing para ponakanku ini. Karena mereka baik-baik, penurut.
"Om.. tolong pijatin dong betis kakiku, capek nih tadi habis olah raga di sekolah," kata Dion tiba tiba.Wah… kesempatan datang nih pikirku. "Ayo.. kamu tengkurap di sofa aja ya?" jawabku kegirangan karena merasa mendapatkan kesempatan.Kemudian Dion telengkup di sofa dan aku duduk di ujung sofa, telapak kakinya kuletakkan di atas pahaku dan aku mulai memijat kakinya. Dengan pelan dan penuh perasaan, aku mulai memijat dari pergelangan kaki terus naik ke atas betis, bergantian kaki kiri dan kanan. Ketika aku asyik memijat betis kaki kanannya, tanpa aku sadari telapak kaki Dion menempel sesaat di kemaluanku dan kontan darahku mengalir kencang serta kemaluanku menjadi keras. Aku perhatikan Dion, apakah dia sengaja atau tidak sengaja, tetapi dia santai saja. Kemudian aku teruskan memijat betisnya dan kejadiannya berulang lagi, karena sekali ini aku yakin Dion sengaja, maka aku nekat menarik telapak kakinya dan menempelkannya di kemaluanku, ternyata Dion diam saja dan hal ini bagiku merupakan lampu hijau.Kurasakan Dion merespon, telapak kakinya menekan-nekan halus kemaluanku dan ini membuat kepalaku mulai sakit karena nafsuku mulai naik.
“Dion.. kita pindah ke kamar kamu yuk.., supaya lebih rileks,” kataku penuh dengan harapan.
“Wew..kenapa? Kenapa ga disini saja”jawan Dion
“Ups…aku salah sangka neh.”pikirku.
“Disini ga enak. Ayo di kamar kamu saja, boar Om bisa sambil liat VCD atau dengerin mp3,”jawabku sekenanya.
“Boleh lahh..,” kata Dion, dan ini membuatku kegirangan.
Setelah di dalam kamarnya, Dion langsung telungkup di atas ranjang dan aku mulai melanjutkan pijatanku. Sebelumnya aku ke kamarku duu, mengambil VCD di dalam tasku. Lalu sesampai di kamar Dion kuhidupkan VCD bokep itu. Aku teruskan memijit Dion sambil melihat tayangan dari VCD. Saat pertengahan CD, ada adegan cowok yang merintih-rintih saat dioral cowok dan cewek bersamaan. Memang aku sengaja menyetel VCD threesome, dua cowok dan satu cewek. Aku lihat reaksi Dion yang mengintip apa yang sedang aku setel di VCD playernya. Ternyata Dion tidak protes, malah semakin konsentrasi melihat VCD porno itu. Aku mulai lebih nekat, sambil memijat betisnya, telapak kakinya kutempelkan di kemaluanku dan Dion masih terdiam saja.
Aku yang terangsang melihat VCD porno itu, semakin tidak terkontrol. Telapak kakinya kugeser-geser dan di arah selanganganku. Rupanya Dion bereaksi dan langsung menekan-nekan halus. Wajahku mulai terasa panas dan nafasku pendek-pendek, aku mulai horny tetapi aku harus sabar dan tidak boleh terburu-buru, takut Dion shock dan menyebabkan semuanya berantakan. “Om ini kenapa? Kok kayaknya ada yang mengeras”,tanya Dion. Aku diam saja tapi dengan perlahan, aku melepaskan celana panjangku dan kini hanya mengenakan celana saja.
Ketika merasakan benda asing yang mengeras, Dion tampaknya agak kaget dan terdiam sebentar, tetapi tidak lama kemudian dia mulai menggerakan telapak kakinya kembali. Mungkin dia merasakan perbedaan celana jins yang kupakai dengan celana pendek tipis yang kupakai sekarang. Ujung jari kakinya bergerak di luar celana pendekku yang tipis ini. Sesaat kakinya menyentuh halus biji kemaluanku dan terus naik ke atas sampai ke batang penis dan kepala penisku. Kadang-kadang ditempelkannya seluruh telapak kakinya dan rasanya aku benar-benar terangsang hebat aibat ulahnya. Kupegang telapak kakinya dan kulebarkan jari jempolnya, kuselipkan batang kejantananku di antara jari jempol kakinya dan kujepitkan kejantananku naik turun.
“Heii…..apa-apaan neh”,tanya Dion. Aku diam saja sambil terus memijit Dion dengan lembut. Karena reaksi Dion tidak terlalu frontal, aku semakin berani. Kontolku yang masih terbungkus celana dalam tipis itu terus kugesek-gesekkan di kakinya. Wah.. rasanya benar-benar nikmat. Kuperhatikan Dion diam saja, tapi aku yakin dia pasti sangat horny juga. Karena aku takut air maniku cepat muncrat keluar, kuhentikan jepitan jari kakinya dan kuteruskan memijat. Pelan tetapi pasti, aku mulai memijat pahanya, karena dia juga memakai celana pendek maka dapat kurasakan kehalusan kulit pahanya yang putih dan lembut. Tanganku terus naik ke atas, ke pangkal dalam pahanya, bagian dalam pahanya kupijat pelan sambil sekali-kali kuraba. Dapat kurasakan sekali-kali Dion mengencangkan pahanya, aku yakin kontol Dionpun pasti lagi tegang. Kemudian aku pindah ke pantatnya, di sana kupijat dengan memutar-mutarkan telapak tanganku sambil menekan-nekan.
Kulihat Dion mulai menggigit bantal dan menggesek-gesekan badannya di ranjang. Karena aku tidak mau permainan ini cepat selesai, karena aku cepet ejakulasi maka aku memutuskan menurunkan libidoku sedikit. Tanganku mulai memijat pinggang dan punggung Dion. Gerakan tanganku biasa saja karena aku menginginkan libido Dion menurun sedikit. Ketika aku memijat bahu Dion, aku sengaja duduk menimpa pantatnya. Sekarang saatnya naik lagi, sambil memijat dan meraba lehernya, batang kejantananku kugesek-gesekan di bokongnya. Sekali-kali kumasukkan jari kelingkingku ke dalam kupingnya dan Dion menggelinjang kegelian. Aku semakin horny, dengan telungkup di atas tubuhnya kujilat-jilat leher dan belakang kupingnya. Dion mendesah-desah kegelian dan keenakan.
“Oke Dion.. sekarang pijat bagian depan,” kataku sambil membalikkan badannya yang telungkup.
“He eh..” jawab Dion terdengar lemas.
Setelah Dion terlentang, aku duduk di samping tubuhnya dan mulai memijat pahanya. Kupijat pelan-pelan bagian dalam pahanya, Dion memejamkan matanya dan begitu menikmatinya. Tanganku kunaikkan sedikit, tetapi tidak sampai menyentuh kemaluannya, aku ingin Dion benar-benar terbakar. Kemudian tanganku pindah ke perutnya, kaosnya kusibakkan sedikit. Sambil meraba-raba perutnya yang kencang dan putih, kusempatkan menggelitik pusarnya dengan jari kelingkingku. Nafas Dion terdengar menderu-deru dan dia mulai mendesah-desah keenakan.
“Aduh Om… geli sekali..,” katanya sambil membuka mata.
“Ngga apa-apa Dion, tahan sedikit dan nikmati saja.” kataku berusaha menenangkannya.
Posisi duduk kugeser ke samping kepalanya. Sambil tetap memijat dan meraba-raba perutnya.
Tanganku turun ke bawah, kurasakan kontol Dion juga telah tegang sekali. Aku elus-elus dari luar celana pendeknya. Dion melenguh dan menikmati helusan tanganku. Aku semakin berani. Kuselipkan tanganku ke balik celana pendeknya. Kudapati bulu-bulu jembutnya. Dengan hati hati kusentuh kontol Dion yang telah tegang dengan ujung jariku. Dion menggeliat sambil terus terpejam matanya. Karena tidak ada respon penolakan, aku jadi lebih berani bertindak jauh. Kupelorotkan celana dalamnya, lalu kupegang kontol Dion yang teracung keras itu. Aku kocok dan kuelus dengan lembut. Tubuh Dion bergetar menikmati kocokan tanganku pada kontolnya. Aku semakin bertindak jauh, kudekatkan mukaku dan mulutku ke kontolnya. Kulihat kontol itu berwarna kemerahan, dengan warna batang kuning kecoklatan bersih. Panjangnya sekitar 17 cm lebih. Cukup panjang juga untuk anak seumuran dia. Tapi ukurannya tidak terlalu besar dan kontol itu belum berurat. Dan jujur aku suka sekali dengan kontol yang lurus dan tidak terlalu besar seperti ini.
Lidah kujulurkan dan kusentuh kepala kontol Dion. Tubuh Dion terhenyak kaget merasakan sensasi dingin dari ujung lidahku. Mata Dion terbuka dan melihat ke arahku. Aku tersenyum dan mengangguk. “Mau diapain Om?”tanyanya polos. Kamu diam saja, nikati saja yah. Pokoknya enak kok”,rayuku. Dion terdiam, sehingga aku semakin berani lanjutkan aksiku. Kujulurkan lidahku dan kulingkari kepala kontolnya. Kujejali ujung kontol Dion, tepat di mulut lubang keluarnya kencing. Lalu kulumuri seluruh batang kontol itu, dan kulumat habis. Kukulum kepala kontol Dion, hingga seluruh batang masuk ke mulut dan menyentuh tengorokanku. Aku hampir tersedak, karena kontol itu begitu panjangnya. Ada kepuasaan saat ujung kontol itu menyentuh langit-langit tenggorokan dan menerobos masuk tenggorokanku. Badan Dion bergetar dan mulutnya mendesis-desis merasakan kuluman dan rasa hangat kuluman mulutku.
Lalu aku keluarkan kontol itu dan kumaju mundurkan mulutku. Sehingga Dionpun menggeliat geliat merasakan sensasi oral seks yang mungkin belum pernah dirasakannya. Sambil terus mengulum kontol Dion, aku berputar posisi. Kini kaki Dion tepat di atasku. Dan aku raih tangan Dion agar meraba dan memegang kontolku. Awalnya kurasakan tangan itu agak ogah melakukannya. Kubimbing tangan itu tetap di dalam calana dalamku. Kini kontolku ada dalam genggaman tangan Dion. Karena sudah tidak kuat menahan hasrat dan gejolak. Ku keluarkan penisku yang sudah semakin keras itu. Lalu perlahan kudekatkan ke wajah Dion. Bibirnya bergetar karena baru sekali ini melihat penis dan dari dekat sekali. Kubiarkan Dion memandang dan menikmatinya dari dekat. Biarlah kontolku tidak dihisapnya. Karena memang kurasa belum waktunya, bagi anak remaja yang baru mengalami permainan sejenis ini.
Mulutku terus menghisap dan mengulum kontolnya. Sesekali jari tanganku mempermainkan buah pelernya dan bergerak kebawah dan kuselipkan ke lipatan bongkahan pantatnya. Terasa bulu anusnya yang halus. Kupijat-pijat sambil kuraba-raba. Sekali kali kusentuh lubang anusnya. Dion mengelinjang kegelian dan keenakan. Batang kejantananku semakin kudekatkan ke wajahnya dan kugosok-gosokan di pipinya yang halus, mata Dion terpejam malu, tetapi aku yakin ia menikmatinya karena wajahnya memerah dan nafasnya menjadi sangat berat.
“Om… kepala Dion sakit, nyut-nyutan..,” katanya sambil membuka matanya yang terpejam tadi.
“Oke Dion… Om tuntaskan permainan ini ya..?” kataku melepaskan celana dalamnya total. Aku berubah posisi lagi, dan kii aku ada dihadapan Dion.
Kubuka pahanya lebar-lebar dan kakinya kuangkat dan kutaruh di bahuku. Kulihat kontolnya tegang teracung. Kontol itu basah mengkilap oleh ludahku. Pelan-pelan kujilat pahanya dan terus turun ke bagian dalam lipatan bawah kontolnya.
“Shhh… ah… geli Om…,” Dion menggelinjang. Kuangkat paha Dion, sehingga lubang anusnya tampak.
Kujilat-jilat sekitar lubang anusnya, dan sekitar selangkangannya.
“Ah… Om… Dion ngga tahan Om..,” Dion mulai meracau liar.
Sementara itu pinggulnya mulai bergoyang-goyang.
“Tahan Dion dan nikmati saja,” kataku.
Terus kujilat dan kuhisap kontolnya sambil jari telunjukku kutusuk sedikit-sedikit ke lubang anusnya, sementara tanganku yang satunya meremas-remas dada dan memilin-milin putingnya yang sudah keras.
“Aduh… ampun… Om… shhh… ahhh..,” suaranya serak.
“Om… Om.., enak… geli… ahhh… aduhhh..,” racaunya.
Kupikir sekaranglah saatnya untuk membuat Dion merasakan nikmatnya seks yang sesungguhnya. Kupercepat semua gerakanku menghisap dan mengulum kontolnya, semakin cepat dan cepat. Sambil pinggulnya kuangkat, jari telunjukku telah masuk ke lubang anusnya. Kulumuri dengan lelehan ludah di skrotumnya. Lalu kuganti dengan dua jari tangan. Setelah kurasakan Dion agak relaks, kukocok kontolku sambil kuarahkan ke lubang pantat itu. Dengan lumuran air liur dan ludah di kepala ontolku, aku yakin akan mempermudah masuknya kepala kontolku ke lubang anus Dion.
Dengan sedikit menekan pantatku, kepala kontolku masuk di lubang anus Dion. Kulihat Dion terhenyak merasakan benda asing masuk ke lubang pembuangannya. Aku tidak mau tergesa-gesa dan menimbulkan trauma sakit pada Dion. Maka kutahan gerakanku, dan kucabut lagi kepala ontolku. Lalu aku lumuri lagi dengan ludahku. Sambil mulutku terus melumat dan mengulum batang kontol yang panjang itu. Rupanya ada keuntungan dengan posisi seperti ini, ditunjang batang kontol Dion yang panjang. Sehingga aku bisa tetap mengulum kontolnya sementara kontolku menerobos lubang anusnya. Kucoba kesempatan kedua ini dengan lebih pelan agar Dion relaks. Kepala kontol itu masuk dan reaksi Dion tidak lagi seperti tadi. Aku bersabar diri agar Dion cukup relaks dan dinding anusnya bisa menerima desakan kontolku. Selang beberapa menit, kulusakkan secara perlahan batang kontolku ke lubang anus Dion. Tapi rupanya reaksinya sungguh hebat, ketika batang kontolku mulai masuk setengahnya dan melesak masuk di lubang anus Dion. Kurasakan kontol Dion di mulutku berkedut-kedut dan berdenyut denyut seolah akan memuncratkan sesuatu.
“Omm….Dion…Dioonn. mauu….Dion mauu.”kata katanya tidak sempat diselesaikan, tetapi sperma panas sudah melesak muncrat dan menyembur di mulutku. Satu semburan mengenai tenggorokanku dan kurasakan rasa getir campur asin. Saat itulah kontolku kelesakkan seluruhnya hingga batang kontolku amblas semuanya di lubang anus Dion. Rupanya Dion mencapai kenikmatan dan klimas yang luar biasa karena kontolnya hangat dalam kulumanku dan anusnya disodok oleh kontolku. Saat semprotan sperma itu muncrat, kuiringi dengan hentakan kontolku menusuk lubang anusnya. Sungguh kurasakan nikmat dan hangat saat kontolku dijepit jepit oleh anusnya yang berkontraksi karena spermanya terpompa keluar. Dua semprotan, anusnya berkedut. Tiga semprotan, dinding anusnya berkontraksi. Empat semprotan rasa hangat kurasakan di dinding anusnya. Lima semburan, hingga sembilan semburan diiringi hentakan badan Dion membuatku juga merasakan sensasi luar biasa oleh lubang sempit anus Dion ini.
Karena takut akan efek sensitif setelah seorang cowok mencapai ejakulasi, maka kucabut kontolku dari lubang anusnya. Mungkin bisa kucoba lain kali saja untuk menyodomi anus Dion dengan hajaran dan hentakan yang lebih hebat, sambil aku ejakulasi di dalam. Untuk kali ini, biar aku selesaikan ejakulasiku dengan onani di depan muka Dion. Saat kucabut kontolku, kurasakan Dion terhenyak dan kaget. Lalu kuarahkan kontolku tepat dimuka Dion. Kukocok kocok kontolku dengan pijatan dan remasan agar cepat keluar. Hingga akhirnya kurasakan desakan dari dalam magma spermaku yang akan muncrat. Crottt…spermaku muncrat dan mengenai pipi Dion. Crottt…semburan kedua mengenai bibir dan hidungnya. Crtoottt…semburan sprmaku yang ketiga mengenai dahi dan kelopak matanya. Crottt..semburan ke empat dan kelima agak melemah, dan spermaku hanya mengalir saja dan jatuh di leher Dion.
Kemudian aku merasakan sendi sendiku melemas. Aku merebahkan diri di sebalah Dion yang juga kulihat kelelahan. Sesaat kubelai belai tangannya, dan kuusap spermaku yang memenuhi mukanya. Sperma itu mulai meleleh dan aku ambil kaos singletku untuk melapnya. Sambil kubersihkan sperma itu, kucium kening dan bibir Dion. Dan Dion memandangiku dengan penuh tanda tanya. Setelah kubersihkan sisa-sisa spemaku di muka Dion, aku keluar dari kamarnya, menuju kamar mandi untuk membersihkan dir
Setelah mengurus semua surat-surat kepindahan dari Kota Jakarta, pindahlah aku ke kota Malang dan mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta. Di kota Malang, aku tinggal di rumah budhe dari ayahku. Budhe mempunyai 3 orang anak cowok. Anak pertama bernama Dion, umurnya 16 tahun. Anak kedua bernama Ferdian berumur 13 tahun. Anak ketiga bernama Galih berumur 11 tahun. Walaupun mereka bertiga masih ABG tetapi tubuhnya bongsor dan sehat, mungkin karena gizi dan hormon yang berlebihan.Untuk singkatnya, aku mulai dengan pengalaman bersama Dion yang berumur 16 tahun dan baru duduk di kelas I SMU. Pada suatu siang, kami berdua belajar di ruang keluarga.
Kebetulan jika ada waktu lowong, ketiga ponakanku ini sering minta diajari mengenrjakan PR atau dibimbing pelajaran yang kurang dimengerti. Aku sebagai kakak ponakan yang telah mengenyam bangku kuliah, dengan senang hati membimbing dan mengajari pelajaran yang mereka kurang mengerti. Aku suka sekali mengajari dan membimbing para ponakanku ini. Karena mereka baik-baik, penurut.
"Om.. tolong pijatin dong betis kakiku, capek nih tadi habis olah raga di sekolah," kata Dion tiba tiba.Wah… kesempatan datang nih pikirku. "Ayo.. kamu tengkurap di sofa aja ya?" jawabku kegirangan karena merasa mendapatkan kesempatan.Kemudian Dion telengkup di sofa dan aku duduk di ujung sofa, telapak kakinya kuletakkan di atas pahaku dan aku mulai memijat kakinya. Dengan pelan dan penuh perasaan, aku mulai memijat dari pergelangan kaki terus naik ke atas betis, bergantian kaki kiri dan kanan. Ketika aku asyik memijat betis kaki kanannya, tanpa aku sadari telapak kaki Dion menempel sesaat di kemaluanku dan kontan darahku mengalir kencang serta kemaluanku menjadi keras. Aku perhatikan Dion, apakah dia sengaja atau tidak sengaja, tetapi dia santai saja. Kemudian aku teruskan memijat betisnya dan kejadiannya berulang lagi, karena sekali ini aku yakin Dion sengaja, maka aku nekat menarik telapak kakinya dan menempelkannya di kemaluanku, ternyata Dion diam saja dan hal ini bagiku merupakan lampu hijau.Kurasakan Dion merespon, telapak kakinya menekan-nekan halus kemaluanku dan ini membuat kepalaku mulai sakit karena nafsuku mulai naik.
“Dion.. kita pindah ke kamar kamu yuk.., supaya lebih rileks,” kataku penuh dengan harapan.
“Wew..kenapa? Kenapa ga disini saja”jawan Dion
“Ups…aku salah sangka neh.”pikirku.
“Disini ga enak. Ayo di kamar kamu saja, boar Om bisa sambil liat VCD atau dengerin mp3,”jawabku sekenanya.
“Boleh lahh..,” kata Dion, dan ini membuatku kegirangan.
Setelah di dalam kamarnya, Dion langsung telungkup di atas ranjang dan aku mulai melanjutkan pijatanku. Sebelumnya aku ke kamarku duu, mengambil VCD di dalam tasku. Lalu sesampai di kamar Dion kuhidupkan VCD bokep itu. Aku teruskan memijit Dion sambil melihat tayangan dari VCD. Saat pertengahan CD, ada adegan cowok yang merintih-rintih saat dioral cowok dan cewek bersamaan. Memang aku sengaja menyetel VCD threesome, dua cowok dan satu cewek. Aku lihat reaksi Dion yang mengintip apa yang sedang aku setel di VCD playernya. Ternyata Dion tidak protes, malah semakin konsentrasi melihat VCD porno itu. Aku mulai lebih nekat, sambil memijat betisnya, telapak kakinya kutempelkan di kemaluanku dan Dion masih terdiam saja.
Aku yang terangsang melihat VCD porno itu, semakin tidak terkontrol. Telapak kakinya kugeser-geser dan di arah selanganganku. Rupanya Dion bereaksi dan langsung menekan-nekan halus. Wajahku mulai terasa panas dan nafasku pendek-pendek, aku mulai horny tetapi aku harus sabar dan tidak boleh terburu-buru, takut Dion shock dan menyebabkan semuanya berantakan. “Om ini kenapa? Kok kayaknya ada yang mengeras”,tanya Dion. Aku diam saja tapi dengan perlahan, aku melepaskan celana panjangku dan kini hanya mengenakan celana saja.
Ketika merasakan benda asing yang mengeras, Dion tampaknya agak kaget dan terdiam sebentar, tetapi tidak lama kemudian dia mulai menggerakan telapak kakinya kembali. Mungkin dia merasakan perbedaan celana jins yang kupakai dengan celana pendek tipis yang kupakai sekarang. Ujung jari kakinya bergerak di luar celana pendekku yang tipis ini. Sesaat kakinya menyentuh halus biji kemaluanku dan terus naik ke atas sampai ke batang penis dan kepala penisku. Kadang-kadang ditempelkannya seluruh telapak kakinya dan rasanya aku benar-benar terangsang hebat aibat ulahnya. Kupegang telapak kakinya dan kulebarkan jari jempolnya, kuselipkan batang kejantananku di antara jari jempol kakinya dan kujepitkan kejantananku naik turun.
“Heii…..apa-apaan neh”,tanya Dion. Aku diam saja sambil terus memijit Dion dengan lembut. Karena reaksi Dion tidak terlalu frontal, aku semakin berani. Kontolku yang masih terbungkus celana dalam tipis itu terus kugesek-gesekkan di kakinya. Wah.. rasanya benar-benar nikmat. Kuperhatikan Dion diam saja, tapi aku yakin dia pasti sangat horny juga. Karena aku takut air maniku cepat muncrat keluar, kuhentikan jepitan jari kakinya dan kuteruskan memijat. Pelan tetapi pasti, aku mulai memijat pahanya, karena dia juga memakai celana pendek maka dapat kurasakan kehalusan kulit pahanya yang putih dan lembut. Tanganku terus naik ke atas, ke pangkal dalam pahanya, bagian dalam pahanya kupijat pelan sambil sekali-kali kuraba. Dapat kurasakan sekali-kali Dion mengencangkan pahanya, aku yakin kontol Dionpun pasti lagi tegang. Kemudian aku pindah ke pantatnya, di sana kupijat dengan memutar-mutarkan telapak tanganku sambil menekan-nekan.
Kulihat Dion mulai menggigit bantal dan menggesek-gesekan badannya di ranjang. Karena aku tidak mau permainan ini cepat selesai, karena aku cepet ejakulasi maka aku memutuskan menurunkan libidoku sedikit. Tanganku mulai memijat pinggang dan punggung Dion. Gerakan tanganku biasa saja karena aku menginginkan libido Dion menurun sedikit. Ketika aku memijat bahu Dion, aku sengaja duduk menimpa pantatnya. Sekarang saatnya naik lagi, sambil memijat dan meraba lehernya, batang kejantananku kugesek-gesekan di bokongnya. Sekali-kali kumasukkan jari kelingkingku ke dalam kupingnya dan Dion menggelinjang kegelian. Aku semakin horny, dengan telungkup di atas tubuhnya kujilat-jilat leher dan belakang kupingnya. Dion mendesah-desah kegelian dan keenakan.
“Oke Dion.. sekarang pijat bagian depan,” kataku sambil membalikkan badannya yang telungkup.
“He eh..” jawab Dion terdengar lemas.
Setelah Dion terlentang, aku duduk di samping tubuhnya dan mulai memijat pahanya. Kupijat pelan-pelan bagian dalam pahanya, Dion memejamkan matanya dan begitu menikmatinya. Tanganku kunaikkan sedikit, tetapi tidak sampai menyentuh kemaluannya, aku ingin Dion benar-benar terbakar. Kemudian tanganku pindah ke perutnya, kaosnya kusibakkan sedikit. Sambil meraba-raba perutnya yang kencang dan putih, kusempatkan menggelitik pusarnya dengan jari kelingkingku. Nafas Dion terdengar menderu-deru dan dia mulai mendesah-desah keenakan.
“Aduh Om… geli sekali..,” katanya sambil membuka mata.
“Ngga apa-apa Dion, tahan sedikit dan nikmati saja.” kataku berusaha menenangkannya.
Posisi duduk kugeser ke samping kepalanya. Sambil tetap memijat dan meraba-raba perutnya.
Tanganku turun ke bawah, kurasakan kontol Dion juga telah tegang sekali. Aku elus-elus dari luar celana pendeknya. Dion melenguh dan menikmati helusan tanganku. Aku semakin berani. Kuselipkan tanganku ke balik celana pendeknya. Kudapati bulu-bulu jembutnya. Dengan hati hati kusentuh kontol Dion yang telah tegang dengan ujung jariku. Dion menggeliat sambil terus terpejam matanya. Karena tidak ada respon penolakan, aku jadi lebih berani bertindak jauh. Kupelorotkan celana dalamnya, lalu kupegang kontol Dion yang teracung keras itu. Aku kocok dan kuelus dengan lembut. Tubuh Dion bergetar menikmati kocokan tanganku pada kontolnya. Aku semakin bertindak jauh, kudekatkan mukaku dan mulutku ke kontolnya. Kulihat kontol itu berwarna kemerahan, dengan warna batang kuning kecoklatan bersih. Panjangnya sekitar 17 cm lebih. Cukup panjang juga untuk anak seumuran dia. Tapi ukurannya tidak terlalu besar dan kontol itu belum berurat. Dan jujur aku suka sekali dengan kontol yang lurus dan tidak terlalu besar seperti ini.
Lidah kujulurkan dan kusentuh kepala kontol Dion. Tubuh Dion terhenyak kaget merasakan sensasi dingin dari ujung lidahku. Mata Dion terbuka dan melihat ke arahku. Aku tersenyum dan mengangguk. “Mau diapain Om?”tanyanya polos. Kamu diam saja, nikati saja yah. Pokoknya enak kok”,rayuku. Dion terdiam, sehingga aku semakin berani lanjutkan aksiku. Kujulurkan lidahku dan kulingkari kepala kontolnya. Kujejali ujung kontol Dion, tepat di mulut lubang keluarnya kencing. Lalu kulumuri seluruh batang kontol itu, dan kulumat habis. Kukulum kepala kontol Dion, hingga seluruh batang masuk ke mulut dan menyentuh tengorokanku. Aku hampir tersedak, karena kontol itu begitu panjangnya. Ada kepuasaan saat ujung kontol itu menyentuh langit-langit tenggorokan dan menerobos masuk tenggorokanku. Badan Dion bergetar dan mulutnya mendesis-desis merasakan kuluman dan rasa hangat kuluman mulutku.
Lalu aku keluarkan kontol itu dan kumaju mundurkan mulutku. Sehingga Dionpun menggeliat geliat merasakan sensasi oral seks yang mungkin belum pernah dirasakannya. Sambil terus mengulum kontol Dion, aku berputar posisi. Kini kaki Dion tepat di atasku. Dan aku raih tangan Dion agar meraba dan memegang kontolku. Awalnya kurasakan tangan itu agak ogah melakukannya. Kubimbing tangan itu tetap di dalam calana dalamku. Kini kontolku ada dalam genggaman tangan Dion. Karena sudah tidak kuat menahan hasrat dan gejolak. Ku keluarkan penisku yang sudah semakin keras itu. Lalu perlahan kudekatkan ke wajah Dion. Bibirnya bergetar karena baru sekali ini melihat penis dan dari dekat sekali. Kubiarkan Dion memandang dan menikmatinya dari dekat. Biarlah kontolku tidak dihisapnya. Karena memang kurasa belum waktunya, bagi anak remaja yang baru mengalami permainan sejenis ini.
Mulutku terus menghisap dan mengulum kontolnya. Sesekali jari tanganku mempermainkan buah pelernya dan bergerak kebawah dan kuselipkan ke lipatan bongkahan pantatnya. Terasa bulu anusnya yang halus. Kupijat-pijat sambil kuraba-raba. Sekali kali kusentuh lubang anusnya. Dion mengelinjang kegelian dan keenakan. Batang kejantananku semakin kudekatkan ke wajahnya dan kugosok-gosokan di pipinya yang halus, mata Dion terpejam malu, tetapi aku yakin ia menikmatinya karena wajahnya memerah dan nafasnya menjadi sangat berat.
“Om… kepala Dion sakit, nyut-nyutan..,” katanya sambil membuka matanya yang terpejam tadi.
“Oke Dion… Om tuntaskan permainan ini ya..?” kataku melepaskan celana dalamnya total. Aku berubah posisi lagi, dan kii aku ada dihadapan Dion.
Kubuka pahanya lebar-lebar dan kakinya kuangkat dan kutaruh di bahuku. Kulihat kontolnya tegang teracung. Kontol itu basah mengkilap oleh ludahku. Pelan-pelan kujilat pahanya dan terus turun ke bagian dalam lipatan bawah kontolnya.
“Shhh… ah… geli Om…,” Dion menggelinjang. Kuangkat paha Dion, sehingga lubang anusnya tampak.
Kujilat-jilat sekitar lubang anusnya, dan sekitar selangkangannya.
“Ah… Om… Dion ngga tahan Om..,” Dion mulai meracau liar.
Sementara itu pinggulnya mulai bergoyang-goyang.
“Tahan Dion dan nikmati saja,” kataku.
Terus kujilat dan kuhisap kontolnya sambil jari telunjukku kutusuk sedikit-sedikit ke lubang anusnya, sementara tanganku yang satunya meremas-remas dada dan memilin-milin putingnya yang sudah keras.
“Aduh… ampun… Om… shhh… ahhh..,” suaranya serak.
“Om… Om.., enak… geli… ahhh… aduhhh..,” racaunya.
Kupikir sekaranglah saatnya untuk membuat Dion merasakan nikmatnya seks yang sesungguhnya. Kupercepat semua gerakanku menghisap dan mengulum kontolnya, semakin cepat dan cepat. Sambil pinggulnya kuangkat, jari telunjukku telah masuk ke lubang anusnya. Kulumuri dengan lelehan ludah di skrotumnya. Lalu kuganti dengan dua jari tangan. Setelah kurasakan Dion agak relaks, kukocok kontolku sambil kuarahkan ke lubang pantat itu. Dengan lumuran air liur dan ludah di kepala ontolku, aku yakin akan mempermudah masuknya kepala kontolku ke lubang anus Dion.
Dengan sedikit menekan pantatku, kepala kontolku masuk di lubang anus Dion. Kulihat Dion terhenyak merasakan benda asing masuk ke lubang pembuangannya. Aku tidak mau tergesa-gesa dan menimbulkan trauma sakit pada Dion. Maka kutahan gerakanku, dan kucabut lagi kepala ontolku. Lalu aku lumuri lagi dengan ludahku. Sambil mulutku terus melumat dan mengulum batang kontol yang panjang itu. Rupanya ada keuntungan dengan posisi seperti ini, ditunjang batang kontol Dion yang panjang. Sehingga aku bisa tetap mengulum kontolnya sementara kontolku menerobos lubang anusnya. Kucoba kesempatan kedua ini dengan lebih pelan agar Dion relaks. Kepala kontol itu masuk dan reaksi Dion tidak lagi seperti tadi. Aku bersabar diri agar Dion cukup relaks dan dinding anusnya bisa menerima desakan kontolku. Selang beberapa menit, kulusakkan secara perlahan batang kontolku ke lubang anus Dion. Tapi rupanya reaksinya sungguh hebat, ketika batang kontolku mulai masuk setengahnya dan melesak masuk di lubang anus Dion. Kurasakan kontol Dion di mulutku berkedut-kedut dan berdenyut denyut seolah akan memuncratkan sesuatu.
“Omm….Dion…Dioonn. mauu….Dion mauu.”kata katanya tidak sempat diselesaikan, tetapi sperma panas sudah melesak muncrat dan menyembur di mulutku. Satu semburan mengenai tenggorokanku dan kurasakan rasa getir campur asin. Saat itulah kontolku kelesakkan seluruhnya hingga batang kontolku amblas semuanya di lubang anus Dion. Rupanya Dion mencapai kenikmatan dan klimas yang luar biasa karena kontolnya hangat dalam kulumanku dan anusnya disodok oleh kontolku. Saat semprotan sperma itu muncrat, kuiringi dengan hentakan kontolku menusuk lubang anusnya. Sungguh kurasakan nikmat dan hangat saat kontolku dijepit jepit oleh anusnya yang berkontraksi karena spermanya terpompa keluar. Dua semprotan, anusnya berkedut. Tiga semprotan, dinding anusnya berkontraksi. Empat semprotan rasa hangat kurasakan di dinding anusnya. Lima semburan, hingga sembilan semburan diiringi hentakan badan Dion membuatku juga merasakan sensasi luar biasa oleh lubang sempit anus Dion ini.
Karena takut akan efek sensitif setelah seorang cowok mencapai ejakulasi, maka kucabut kontolku dari lubang anusnya. Mungkin bisa kucoba lain kali saja untuk menyodomi anus Dion dengan hajaran dan hentakan yang lebih hebat, sambil aku ejakulasi di dalam. Untuk kali ini, biar aku selesaikan ejakulasiku dengan onani di depan muka Dion. Saat kucabut kontolku, kurasakan Dion terhenyak dan kaget. Lalu kuarahkan kontolku tepat dimuka Dion. Kukocok kocok kontolku dengan pijatan dan remasan agar cepat keluar. Hingga akhirnya kurasakan desakan dari dalam magma spermaku yang akan muncrat. Crottt…spermaku muncrat dan mengenai pipi Dion. Crottt…semburan kedua mengenai bibir dan hidungnya. Crtoottt…semburan sprmaku yang ketiga mengenai dahi dan kelopak matanya. Crottt..semburan ke empat dan kelima agak melemah, dan spermaku hanya mengalir saja dan jatuh di leher Dion.
Kemudian aku merasakan sendi sendiku melemas. Aku merebahkan diri di sebalah Dion yang juga kulihat kelelahan. Sesaat kubelai belai tangannya, dan kuusap spermaku yang memenuhi mukanya. Sperma itu mulai meleleh dan aku ambil kaos singletku untuk melapnya. Sambil kubersihkan sperma itu, kucium kening dan bibir Dion. Dan Dion memandangiku dengan penuh tanda tanya. Setelah kubersihkan sisa-sisa spemaku di muka Dion, aku keluar dari kamarnya, menuju kamar mandi untuk membersihkan dir
Tags:
Cerita Gay
Leave a comment