Bagian 2
By Ajiseno
By Ajiseno
Aku bangkit menuju meja komputerku
“guhh…sini, kamu sudah bisa ngenet?, kalau dah bisa silakan ngenet saja disini, gratis kok”
“ohhh…disini sudah bisa untuk ngenet ya?”
Aku mengangguk
“nggak ahh, takutnya entar ganggu mas aji ngerjain lemburannya ?”
“nggak pa pa lah, disini banyak komputer kok”
Pelan teguh mendekatiku
Duduk disampingku
“guh, kamu sudah bisa ngenet?”
“udah mas, bahkan aku sudah punya facebook kok”
“hahh…yang bener? Kok aku nggak tahu? Mana alamat fb mu guh?”
“nanti lah aku tunjukin ke mas aji”
“okee…”
Sejenak suasana hening
Aku kembali ke keyboard mengetik beberapa alamat dalam internet
“guhh…”ucapku sambil berbisik pelan
“iyaa mass…”
Sejenak aku ragu mengungkapkan
“udah pernah buka situs dewasa?” pancingku sambil berbisik di telinganya
Dia kaget memandangku sambil senyum
Dia menggeleng pelan
Akupun tersenyum
“emang situsnya apaan mas…”ujarnya dengan nada ragu dan lirih
Bentar ya, aku bukain….
Akupun mengetik sebuah situs dewasa
Dan terpampanglah gambar-gambar vulgar di layar komputer
Teguh sedikit terbelalak kaget
Pipinya langsung memerah manis
“guhh…”ujarku pelan
“ya mas..”ujarnya dengan sedikit bergetar
“kamu belum pernah lihat gambar beginian?”
Dia menggeleng…”belum mas…” ujarnya lirih
“entar ada filmnya juga kalau kamu mau”
“ohhhh…”dia masih syock
“mau lihat filmnya?”
Dia terdiam kelu
“bentar ya, aku bukain filmnya”lanjutku
Aku segera menuju link film
Film dewasa, tentang hubungan intim laki-laki perempuan
Dan segera film mulai jalan
Tentang seorang laki-laki cakep sedang berhubungan intim dengan ganasnya dengan seorang perempuan
Teguh semakin terdiam kelu
Pipinya semakin memerah
“udah guh kalau mau nonton, duduk sini!, aku mau ngerjain tugas di komputer sana” ujarku
Teguhpun tanpa menjawab segera bergeser duduk tepat di depan layar monitor
Dia begitu seriusnya menonton film
Kulirik dia, pipinya semakin memerah
Dia semakin manis jika sedang horny
Dan aku paham semua itu…
sungguh aku tak mengira, anak seusia teguh masih begitu lugunya
ternyata dia belum pernah melihat situs-situs beginian
dia masih begitu polosnya walau sudah tinggal di kota
dalam hati aku terus tersenyum memandangnya
memandang dia yang begitu serius menikmati tontonan di di deannya
dengan pipi memerah
dan dia betul-betul tambah manis bila kupandang
“guhh…sini, kamu sudah bisa ngenet?, kalau dah bisa silakan ngenet saja disini, gratis kok”
“ohhh…disini sudah bisa untuk ngenet ya?”
Aku mengangguk
“nggak ahh, takutnya entar ganggu mas aji ngerjain lemburannya ?”
“nggak pa pa lah, disini banyak komputer kok”
Pelan teguh mendekatiku
Duduk disampingku
“guh, kamu sudah bisa ngenet?”
“udah mas, bahkan aku sudah punya facebook kok”
“hahh…yang bener? Kok aku nggak tahu? Mana alamat fb mu guh?”
“nanti lah aku tunjukin ke mas aji”
“okee…”
Sejenak suasana hening
Aku kembali ke keyboard mengetik beberapa alamat dalam internet
“guhh…”ucapku sambil berbisik pelan
“iyaa mass…”
Sejenak aku ragu mengungkapkan
“udah pernah buka situs dewasa?” pancingku sambil berbisik di telinganya
Dia kaget memandangku sambil senyum
Dia menggeleng pelan
Akupun tersenyum
“emang situsnya apaan mas…”ujarnya dengan nada ragu dan lirih
Bentar ya, aku bukain….
Akupun mengetik sebuah situs dewasa
Dan terpampanglah gambar-gambar vulgar di layar komputer
Teguh sedikit terbelalak kaget
Pipinya langsung memerah manis
“guhh…”ujarku pelan
“ya mas..”ujarnya dengan sedikit bergetar
“kamu belum pernah lihat gambar beginian?”
Dia menggeleng…”belum mas…” ujarnya lirih
“entar ada filmnya juga kalau kamu mau”
“ohhhh…”dia masih syock
“mau lihat filmnya?”
Dia terdiam kelu
“bentar ya, aku bukain filmnya”lanjutku
Aku segera menuju link film
Film dewasa, tentang hubungan intim laki-laki perempuan
Dan segera film mulai jalan
Tentang seorang laki-laki cakep sedang berhubungan intim dengan ganasnya dengan seorang perempuan
Teguh semakin terdiam kelu
Pipinya semakin memerah
“udah guh kalau mau nonton, duduk sini!, aku mau ngerjain tugas di komputer sana” ujarku
Teguhpun tanpa menjawab segera bergeser duduk tepat di depan layar monitor
Dia begitu seriusnya menonton film
Kulirik dia, pipinya semakin memerah
Dia semakin manis jika sedang horny
Dan aku paham semua itu…
sungguh aku tak mengira, anak seusia teguh masih begitu lugunya
ternyata dia belum pernah melihat situs-situs beginian
dia masih begitu polosnya walau sudah tinggal di kota
dalam hati aku terus tersenyum memandangnya
memandang dia yang begitu serius menikmati tontonan di di deannya
dengan pipi memerah
dan dia betul-betul tambah manis bila kupandang
***********
Kembali aku
sibuk dengan data-dataku yang harus aku kerjakan
Kutinggalkan teguh yang sedang asyik melihat film di depan komputernya
Suasana hening, akupun tak ingin ‘mengganggu’ teguh yang sedang asyik pada tontonan pertamanya
Sesekali kulirik dia, dalam hati aku geli melihat teguh yang mulai gelisah duduknya
Setengah jam berlalu
Suasana masih hening
Aku masih begitu sibuknya merubah angka-angka di layar monitorku
Dan tiba-tiba kurasakan teguh telah di dekatku
Ternyata dia telah selesai menontonnya
“mass…”
Aku langsung menoleh, memandangnya yang sedang berdiri di sampingku
Aku tersenyum
“mas aji ngetik apaan?”
“tugas kantor guh”
“wahh…enak juga kerjaan mas aji ya, tiap hari cuman duduk di depan komputer”
“nggak juga guh, sama aja, kadang aku juga bosen kok guh, kalau mau kamu juga bisa dapat kerjaan kayak aku”
“nggak ahh…aku belum ingin kerjaan yang mikir-mikir kayak gitu, bikin pusing”
“guh, emangnya kamu sales apaan?”
“sales produk minuman mas”
“ohh…sistemnya setor atau nyari pelanggan guh?”
“hmmm keduanya, ada pembagian area kok jadi nggak susah”
“pake sepeda motor?”
“nggak, pake mobil kok mas, satu mobil dua orang”
“hmmm…pasti kamu punya banyak langganan ya?” mataku sambil mengerling
Dia tersenyum simpul
“napa?” tanyaku curiga dengan senyumannya
Kutarik pelan lengannya hingga dia duduk berhimpitan denganku
“ayoo napa senyum-senyum?”
“hehehe…nggak pa pa kok mas”
“ayolah cerita…pasti ada langganan yang naksir kamu to?”
Dia bertambah lebar senyumnya
“kok mas aji tau?”
“ya taulah…kalau salesnya secakep kamu, dan jika aku pedagang, aku pasti dengan suka rela menjadi langgananmu, hehehe”
“uhhh…mas aji bisa ja” dia tambah tersenyum tersipu
Dari jarak yang sedemikian dekat wajah teguh semakin terlihat begitu tampannya
“ayoooo….”
“ayooo apa?”
“cerita dong…”
“hmmm..iya sih” ujarnya ragu
Dia masih tediam dan aku menunggu
Dia cuman senyum-senyum bikin aku tambah penasaran saja
“ahhh kamu ini, ya udah kalau nggak mau cerita!” ujarku pura-pura sewot
“hmmm…biasa saja kok mas”
“apanya yang biasa?”
“ya gitulah mas”
“apanya?”
“ada yang naksir aku….”
“hahhh…selamat ya…hahahha…gitu aja kok susah banget ceritanya, hmmmm…cantik nggak guh”
Teguh menggelengkan kepalanya keras
“hahahahaha…..” aku tertawa geli dengan kepolosannya
“uhhh…mas aji malah ketawa” dia cemberut
“ya udah…cerita dong…ayolah…”
“ahhh…entar malah ganggu mas aji kerja”
Dia hampir bangkit dari duduknya
Kucekal erat lengannya untuk menahan agar dia tidak pergi dari sisiku
“nggak ganggu! Ini aja hampir selesai kerjaanku…ayooo, cerita dong”
Dengan pelan akhirnya dia kembali duduk merapat disisiku
“nggak cakep, uhhh…kemaren aku kan tugas nganter barang ke warungnya kebetulan sendirian, tau nggak mas, pas tau aku datang cuman sendirian aku langsung diseret masuk dan hampir mau diperkosanya”
“hahhh di perkosa???…hahahhaha…asyik dong diperkosa”
“uhhh” teguh tambah cemberut
“kok uhh?”
“mas aji ngeledek ya? Kalo yang merkosa masih muda, cantik, itu baru yang namanya asyik, lha ini udah tua kok mas, janda dua anak lagi!”
“janda???....hahahahhahaha…..” aku tambah keras tertawanya
Dan kulihat teguh tambah cemberut jengkel
“tuhhhh kan mas aji…”
Kurangkul pundaknya erat
Aku belum terhenti tertawa geli dan kulihat teguh masih saja cemberut, mengenang nasibnya yang mau diperkosa janda beranak dua
Dalam hati aku paham, janda itu pasti terpesona melihat teguh yang sedemikian cakepnya
“guhhh…”ujarku dengan nada serius
“ya mass” dia juga dengan wajah serius
“boleh aku tanya?” kali ini aku masih menampakkan wajah serius
“ya mas, tanya apa?”
“hmmmm…kalau dengan mpok ati janda yang mau merkosa kamu masih cakep mana guh?”
Pecah juga ketawaku melihat dia melongo
“tuhhh kann? Mas ajiiiiiiiiiiiii….” Dia menjerit dan nyubit keras pinggangku
Aku masih tertawa geli
“ya udah…kali ini aku serius guh…bener-bener mau tanya serius, kamu dah punya pacar guh?”
Di memndangku diam
Dan akhirnya dia mengangguk pelan
Sisi lain hatiku pedih melihat kenyataan teguh sekarang sudah punya pacar
Tapi aku harus sadar, itu hak dia untuk mendapatkan orang yang dia sayangi
“cewek mana guh?”
“dia dulu adik kelasku mas…yahhh baru sekedar teman dekat kok mas”
“dah kamu ‘tembak’ dia?”
Teguh mengangguk
“brarti dah resmi pacaran tuh”
Teguh tersenyum
“kok senyum?’
“yahh gitu lah” ujarnya cuek
“wahhhh…dah kau apain tuh cewek?”
“hahh mas aji ada-ada saja, emang diapain mas?”
Aku mengerling nakal kearahnya
“hmmm…pernah peluk-peluk dia?”
Dia menggeleng
“pernah cium dia?”
Dia kembali menggeleng
“lho kalau kamu pacaran trus ngapain aja”
“ya ngobrol palingan, trus maen kemana gitu”
“Cuma gitu?”
Dia mengangguk
Aku terdiam memandangnya
Dalam hati aku salut dengan sikapnya
Dia lain dengan remaja-remaja saat ini
Aku tersenyum
“mas aji napa senyum-senyum?”
“uhhh….dulu kan aku pernah ngajarin kamu ciuman, mosok lupa?”
“uhhhh….”pipinya merona merah menahan malu
Entahlah teguh punya kelebihan dalam meronakan pipinya dengan begitu alami
“napa?” ujarku masih dengan senyum
“aku…hmmmm…aku nggak pernah lupa ciuman dengan mas aji kok”
Pipinya semakin merah dan aku semakin gemas memandangnya
Dia menunduk……………..
Dia menunduk karena mungkin teringat ketika ‘kuajari’ dia ciuman waktu di desa dulu
“guhh…”
“ya mas” dia kali ini memandangku
Aku mengambil nafas sekedar menahan gejolak jiwaku yang mungkin menggelegak memandang wajahnya yang begitu manisnya
“aku pengin cium kamu lagi, boleh?” ujarku lirih dan pelan dengan suara sedikit serak
Aku bertanya mirip orang berjudi
Jawabannya juga sifatnya untung-untungan saja
Teguh hanya melongo diam
Bibirnya yang merah basah sangat dekat
Jika mau, saat itu juga bibirnya sudah kulumat, tapi kuurungkan niat
Aku tak ingin memaksa, jika dia tidak mau
Dia hanya diam
Kutunggu beberapa detik
Dia masih diam
Dan aku tahu dia ragu untuk menjawabnya
Dia masih diam
Dan bagiku ini adalah persetujuannya
Kuraih bagian belakang kepalanya
Kudekatkan wajahku di wajahnya
Amat dekat hingga kurasakan nafasnya yang segar menyapu pelan wajahku
Aku terpesona…
Aku terpesona dengan pipinya
Aku terpesona dengan bibirnya yang merah manis merekah
Aku terpesona dengan hidungnya
Dan aku terpesona dengan keseluruhan yang saat ini tepat ada di depanku
Dan Aku dibuatnya mabuk oleh keterpesonaanku
Teguh masih terdiam….
Dan pelan kutempelkan bibirku di bibirnya
Kurasakan nafasnya menyapu pelan hidungku, menyadikan aroma segar yang membangkitkan gelora jiwaku
Kurasakan hangat bibirnya basah menempel
Aku terhenti beberapa detik
Dan….
Selajutnya kulumat pelan
Dia tidak berontak
Kurasakan nafasnya yang semakin cepat
Kulumat dan terus kulumat
Manis…kenyal dan susah untuk sekedar diungkapkan dengan kata-kata
Tanganku semakin erat mencengkeram bagian belakang kepalanya
Teguh mendesah pelan
Dan aku tahu teguh juga menikmati ciumanku
Lumatanku beralih…
Turuh ke bibir bawahnya…
Turun ke janggutnya yang mulus
Dan…
Kujilat serta kugigit pelan lehernya
Teguh semakin mendesah
Dan dia semakin memper erat pelukannya
Dan aku semakin lupa diri
Kembali kulumat bibirnya
Entahlah…semua menjadi tak terkendali
Jilatan dan lumatan bibirku menjelajah wajahnya
Dan teguh hanya bisa mengerang…
Tiba-tiba dia melepaskan pelukannya
Dan dengan cepat dia berdiri
Bangkit…berjalan menjauh dari tempat duduknya
Diam…
Tak ada kata yang terucap dari bibirnya
Di tinggalkannya aku yang hanya duduk memandangnya dengan penuh tanya
Ada kekecewaan dihatinya atas sikapku
Aku tahu dan paham betul ada luka dihatinya yang sulit untuk di ungkapkan
Dan….
Ada perih dan luka dihatiku
Dan….
Yang pasti ada penyesalan yang tak termaafkan atas sikapku yang hanya menuruti nafsu semata
Tak terasa gelora berganti dengan air mata yang mulai menggenang dipelupuk mataku
Aku menyesal….
Aku menyesal…..
Aku menyesal…..
Maafkan aku guh….
Aku berjalan mendekatinya
Menghampiri punggungnya yang duduk membelakangiku
Aku harus berani memanggul konsekuensi atas perbuatan yang tadi kulakukan
apaun juga…
aku harus siap menanggungnya
Kutinggalkan teguh yang sedang asyik melihat film di depan komputernya
Suasana hening, akupun tak ingin ‘mengganggu’ teguh yang sedang asyik pada tontonan pertamanya
Sesekali kulirik dia, dalam hati aku geli melihat teguh yang mulai gelisah duduknya
Setengah jam berlalu
Suasana masih hening
Aku masih begitu sibuknya merubah angka-angka di layar monitorku
Dan tiba-tiba kurasakan teguh telah di dekatku
Ternyata dia telah selesai menontonnya
“mass…”
Aku langsung menoleh, memandangnya yang sedang berdiri di sampingku
Aku tersenyum
“mas aji ngetik apaan?”
“tugas kantor guh”
“wahh…enak juga kerjaan mas aji ya, tiap hari cuman duduk di depan komputer”
“nggak juga guh, sama aja, kadang aku juga bosen kok guh, kalau mau kamu juga bisa dapat kerjaan kayak aku”
“nggak ahh…aku belum ingin kerjaan yang mikir-mikir kayak gitu, bikin pusing”
“guh, emangnya kamu sales apaan?”
“sales produk minuman mas”
“ohh…sistemnya setor atau nyari pelanggan guh?”
“hmmm keduanya, ada pembagian area kok jadi nggak susah”
“pake sepeda motor?”
“nggak, pake mobil kok mas, satu mobil dua orang”
“hmmm…pasti kamu punya banyak langganan ya?” mataku sambil mengerling
Dia tersenyum simpul
“napa?” tanyaku curiga dengan senyumannya
Kutarik pelan lengannya hingga dia duduk berhimpitan denganku
“ayoo napa senyum-senyum?”
“hehehe…nggak pa pa kok mas”
“ayolah cerita…pasti ada langganan yang naksir kamu to?”
Dia bertambah lebar senyumnya
“kok mas aji tau?”
“ya taulah…kalau salesnya secakep kamu, dan jika aku pedagang, aku pasti dengan suka rela menjadi langgananmu, hehehe”
“uhhh…mas aji bisa ja” dia tambah tersenyum tersipu
Dari jarak yang sedemikian dekat wajah teguh semakin terlihat begitu tampannya
“ayoooo….”
“ayooo apa?”
“cerita dong…”
“hmmm..iya sih” ujarnya ragu
Dia masih tediam dan aku menunggu
Dia cuman senyum-senyum bikin aku tambah penasaran saja
“ahhh kamu ini, ya udah kalau nggak mau cerita!” ujarku pura-pura sewot
“hmmm…biasa saja kok mas”
“apanya yang biasa?”
“ya gitulah mas”
“apanya?”
“ada yang naksir aku….”
“hahhh…selamat ya…hahahha…gitu aja kok susah banget ceritanya, hmmmm…cantik nggak guh”
Teguh menggelengkan kepalanya keras
“hahahahaha…..” aku tertawa geli dengan kepolosannya
“uhhh…mas aji malah ketawa” dia cemberut
“ya udah…cerita dong…ayolah…”
“ahhh…entar malah ganggu mas aji kerja”
Dia hampir bangkit dari duduknya
Kucekal erat lengannya untuk menahan agar dia tidak pergi dari sisiku
“nggak ganggu! Ini aja hampir selesai kerjaanku…ayooo, cerita dong”
Dengan pelan akhirnya dia kembali duduk merapat disisiku
“nggak cakep, uhhh…kemaren aku kan tugas nganter barang ke warungnya kebetulan sendirian, tau nggak mas, pas tau aku datang cuman sendirian aku langsung diseret masuk dan hampir mau diperkosanya”
“hahhh di perkosa???…hahahhaha…asyik dong diperkosa”
“uhhh” teguh tambah cemberut
“kok uhh?”
“mas aji ngeledek ya? Kalo yang merkosa masih muda, cantik, itu baru yang namanya asyik, lha ini udah tua kok mas, janda dua anak lagi!”
“janda???....hahahahhahaha…..” aku tambah keras tertawanya
Dan kulihat teguh tambah cemberut jengkel
“tuhhhh kan mas aji…”
Kurangkul pundaknya erat
Aku belum terhenti tertawa geli dan kulihat teguh masih saja cemberut, mengenang nasibnya yang mau diperkosa janda beranak dua
Dalam hati aku paham, janda itu pasti terpesona melihat teguh yang sedemikian cakepnya
“guhhh…”ujarku dengan nada serius
“ya mass” dia juga dengan wajah serius
“boleh aku tanya?” kali ini aku masih menampakkan wajah serius
“ya mas, tanya apa?”
“hmmmm…kalau dengan mpok ati janda yang mau merkosa kamu masih cakep mana guh?”
Pecah juga ketawaku melihat dia melongo
“tuhhh kann? Mas ajiiiiiiiiiiiii….” Dia menjerit dan nyubit keras pinggangku
Aku masih tertawa geli
“ya udah…kali ini aku serius guh…bener-bener mau tanya serius, kamu dah punya pacar guh?”
Di memndangku diam
Dan akhirnya dia mengangguk pelan
Sisi lain hatiku pedih melihat kenyataan teguh sekarang sudah punya pacar
Tapi aku harus sadar, itu hak dia untuk mendapatkan orang yang dia sayangi
“cewek mana guh?”
“dia dulu adik kelasku mas…yahhh baru sekedar teman dekat kok mas”
“dah kamu ‘tembak’ dia?”
Teguh mengangguk
“brarti dah resmi pacaran tuh”
Teguh tersenyum
“kok senyum?’
“yahh gitu lah” ujarnya cuek
“wahhhh…dah kau apain tuh cewek?”
“hahh mas aji ada-ada saja, emang diapain mas?”
Aku mengerling nakal kearahnya
“hmmm…pernah peluk-peluk dia?”
Dia menggeleng
“pernah cium dia?”
Dia kembali menggeleng
“lho kalau kamu pacaran trus ngapain aja”
“ya ngobrol palingan, trus maen kemana gitu”
“Cuma gitu?”
Dia mengangguk
Aku terdiam memandangnya
Dalam hati aku salut dengan sikapnya
Dia lain dengan remaja-remaja saat ini
Aku tersenyum
“mas aji napa senyum-senyum?”
“uhhh….dulu kan aku pernah ngajarin kamu ciuman, mosok lupa?”
“uhhhh….”pipinya merona merah menahan malu
Entahlah teguh punya kelebihan dalam meronakan pipinya dengan begitu alami
“napa?” ujarku masih dengan senyum
“aku…hmmmm…aku nggak pernah lupa ciuman dengan mas aji kok”
Pipinya semakin merah dan aku semakin gemas memandangnya
Dia menunduk……………..
Dia menunduk karena mungkin teringat ketika ‘kuajari’ dia ciuman waktu di desa dulu
“guhh…”
“ya mas” dia kali ini memandangku
Aku mengambil nafas sekedar menahan gejolak jiwaku yang mungkin menggelegak memandang wajahnya yang begitu manisnya
“aku pengin cium kamu lagi, boleh?” ujarku lirih dan pelan dengan suara sedikit serak
Aku bertanya mirip orang berjudi
Jawabannya juga sifatnya untung-untungan saja
Teguh hanya melongo diam
Bibirnya yang merah basah sangat dekat
Jika mau, saat itu juga bibirnya sudah kulumat, tapi kuurungkan niat
Aku tak ingin memaksa, jika dia tidak mau
Dia hanya diam
Kutunggu beberapa detik
Dia masih diam
Dan aku tahu dia ragu untuk menjawabnya
Dia masih diam
Dan bagiku ini adalah persetujuannya
Kuraih bagian belakang kepalanya
Kudekatkan wajahku di wajahnya
Amat dekat hingga kurasakan nafasnya yang segar menyapu pelan wajahku
Aku terpesona…
Aku terpesona dengan pipinya
Aku terpesona dengan bibirnya yang merah manis merekah
Aku terpesona dengan hidungnya
Dan aku terpesona dengan keseluruhan yang saat ini tepat ada di depanku
Dan Aku dibuatnya mabuk oleh keterpesonaanku
Teguh masih terdiam….
Dan pelan kutempelkan bibirku di bibirnya
Kurasakan nafasnya menyapu pelan hidungku, menyadikan aroma segar yang membangkitkan gelora jiwaku
Kurasakan hangat bibirnya basah menempel
Aku terhenti beberapa detik
Dan….
Selajutnya kulumat pelan
Dia tidak berontak
Kurasakan nafasnya yang semakin cepat
Kulumat dan terus kulumat
Manis…kenyal dan susah untuk sekedar diungkapkan dengan kata-kata
Tanganku semakin erat mencengkeram bagian belakang kepalanya
Teguh mendesah pelan
Dan aku tahu teguh juga menikmati ciumanku
Lumatanku beralih…
Turuh ke bibir bawahnya…
Turun ke janggutnya yang mulus
Dan…
Kujilat serta kugigit pelan lehernya
Teguh semakin mendesah
Dan dia semakin memper erat pelukannya
Dan aku semakin lupa diri
Kembali kulumat bibirnya
Entahlah…semua menjadi tak terkendali
Jilatan dan lumatan bibirku menjelajah wajahnya
Dan teguh hanya bisa mengerang…
Tiba-tiba dia melepaskan pelukannya
Dan dengan cepat dia berdiri
Bangkit…berjalan menjauh dari tempat duduknya
Diam…
Tak ada kata yang terucap dari bibirnya
Di tinggalkannya aku yang hanya duduk memandangnya dengan penuh tanya
Ada kekecewaan dihatinya atas sikapku
Aku tahu dan paham betul ada luka dihatinya yang sulit untuk di ungkapkan
Dan….
Ada perih dan luka dihatiku
Dan….
Yang pasti ada penyesalan yang tak termaafkan atas sikapku yang hanya menuruti nafsu semata
Tak terasa gelora berganti dengan air mata yang mulai menggenang dipelupuk mataku
Aku menyesal….
Aku menyesal…..
Aku menyesal…..
Maafkan aku guh….
Aku berjalan mendekatinya
Menghampiri punggungnya yang duduk membelakangiku
Aku harus berani memanggul konsekuensi atas perbuatan yang tadi kulakukan
apaun juga…
aku harus siap menanggungnya
Tags:
Cerita Gay,
Cerita Romantis
Leave a comment