Sejak kecil aku bercita-cita jadi tentara.Entah jadi polisi, tentara,
Hansip, atau Satpam pokok-nya jadi orang berseragam dan memegang
senjata!
Tak jelas apa yang mempengaruhi aku, karena aku bukan dari keluarga polisi atau tentara. Anehnya sejak usiaku 5 tahun aku senang kalau berada dekat lelaki berseragam. Tetanggaku Mas Yofa ada-lah pria berseragam. Pada umur 5 tahun aku sudah tahu yang namanya cowok ganteng.Boleh jadi sejak umur dini aku memang sudah suka pada cowok. Jadi memang benar homosexualitas tidak dibikin-bikin, tetapi datang dari “sononya”,ada di dalam otakku!
Mas Yofa sering mengajak aku main, jalan-jalan dan kadang-kadang aku dipangkunya dan aku merasa senang, mungkin bahagia.Sayang, setelah Mas Yofa pindah rumah aku tidak pernah mendengar kabar tentang dia.
Di sekolah dasar dan SMP aku sudah merasakan getaran-getaran homosexual yang kadang-kadang membikin aku frustrasi. Ada perasaan aneh dalam diriku jika berjumpa cowok cakep sepantaranku waktu kecil. Sekarang setelah dewasa baru aku sadar, bahwa perasaan itu adalah gelora berahi.
Gelora berahi waktu kecil itu kadang aku lampias-kan dengan agresifitas dengan cara menyakiti cowok cakep yang aku sukai itu. Tentu saja si cowok melawan, seingga kami berkelahi. Tapi ada juga cowok yang membiarkan aku menyakitinya.Tak marah dan tak melawan! Agaknya itulah awal dari tumbuhnya bibit-benih sadisme dalam diriku!
Aku beruntung dilahirkan dalam keluarga yang berkecukupan, sehingga aku bisa bersekolah dan menyelesaikan SMU-ku lalu mendaftar ke akademi militer dan diterima!
Tinggi dan berat badanku memenuhi syarat, begitu pula lingkar dada, lingkar lengan dan entah apa lagi yang jadi persyaratan.Pada saat pemeriksaan kesehatan,kami para pendaftar disuruh telanjang bulat.Lobang pantat kami juga disodok-sodok oleh dokter dengan jari telunjuknya. Kami disuruh kencing di depan orang banyak untuk mengambil contoh kencing buat diperiksa di laboratorium.
Kami disuruh ngeloco, dipandangi sekian banyak pasang mata untuk mengambil contoh pejuh kami – buat diperiksa kualitas dan jumlah sperma kami. Itulah untuk pertama kalinya aku terpaksa coli – ngeloco telanjang bulat di depan orang banyak, meski mereka semua juga bertelanjang bulat dan harus bergiliran ngeloco.
Yang mebikin aku mudah ngeloco sampai pejuhku muncrat ke dalam botol penampungan adalah karena banyak sekali cowok ganteng, yang kekar berotot dengan kontol ukuran besar, bagus dan disunat ketat!Pemandangan indah ini amat membantuku me-ngacengkan kontolku.Apalagi waktu mereka disuruh ngeloco,mereka tanpa ragu mengocok-ngocok kontol-nya sampai badan mereka berkilat oleh keringat dan saat pejuhnya muncrat, mereka tampak begitu menikmati, sampai mata mereka merem melek sangat keenakan : CROOOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOOOT! Aaaaagh! Nikmattt sekali!
Waktu pemeriksaan penampilan lahiriah, kami juga disuruh bertelanjang bulat lagi. Berbanjar lima-lima, disuruh mengangkat lengan ke atas untuk dilihat ketiak dan pertumbuhan bulu ketek,jembut dan bulu-bulu lain seperti bulu kaki dan bulu dada [kalau ada].
Kami ditanya semua bekas luka yang ada di kulit tubuh kami. Ditanya umur berapa jembut dan bulu ketek kami mulai tumbuh.Ditanya juga bagaimana perasaan kami waktu jembut kami tumbuh. Ditanya umur berapa pejuh kami mulai muncrat dan juga bagaimana caranya: apakah mimpi basah atau coli- ngeloco atau langsung ngentot dengan cewek [atau dengan cowok]. Kami juga ditanyai apakah kami secara berkala ngeloco atau ngentot. Kalau suka coli ditanya apa yang dikhayalkan saat coli.Kalau suka ngentot,ditanyai kami ngentot dengan siapa!
Pendeknya kami ditelanjangi lahir batin, fisik mental. Tanya jawab dilakukan dengan mikrofon dan pengeras suara, sehingga semua orang yang hadir dalam aula itu bisa mendengar hal-hal yang sangat pribadi tentang diri kami.
Itulah pertama kali aku berkumpul bersama dengan sekian banyak cowok umur remaja 18 – 20 tahun dalam keadaan telanjang bulat tidak berpenutup selembar benangpun. Maka aku bisa “menikmati” pemandangan kontol, biji peler, jembut, puting susu, rambut ketiak, otot dada dan otot perut yang bagus-bagus. Bermacam ukuran kontol dan bentuk pertumbuhan jembut : tebal,luas, hitamnya pertumbuhan jembut mereka.Indah sekali! Meski ada juga yang kontolnya kulup – belum sunat.
Mereka ini nyata sekali agak risih,karena merasa berbeda bentuk kontolnya dari yang lain.Dari 200 orang kira-kira 10%[20 orang] masih kulup kontol-nya.Kelak, kalau mereka diterima akan diwajibkan sunat. Sunatnya dilakukan secara militer, tanpa anestesi. Jadi akan amat sangat nyeri sekali, banyak di antara taruna yang disunat di akmil jatuh pingnan, karena merasa amat kepedihan!
Akhirnya semua pemeriksaan itu selesai juga: tes akademik, psikotest, kesemaptaan jasmani, tes kesehatan dan penampilan lahiriah! Setelah tes, kami diizinkan pulang dan menunggu pengumuman!
Tentu saja kenangan selama tes kesehatan dan penampilan lahiriah jadi andalan fantasiku waktu aku ngocok – ngeloco – coli,sesampainya aku di rumah dan menunggu pengumuman penerimaan jadi taruna.
Terutama ingatan tentang cowok-cowok ganteng yang kekar, atletis telanjang bulat.Agh, sungguh nikmatttt!Aku juga sering ngeloco sambil terus berkhayal sedang disiksa oleh para taruna senior yang kebetulan ada yang hadir waktu kami tes. Mereka ganteng, muda, tubuhnya ketat dan tampak tangkas dan cerdas.Tanggap,tanggon,trengginas!
Sambil menunggu pengumuman penerimaan akademi militer, aku terus melatih dan membentuk otot-ototku. Aku juga meningkatkan kesemaptaanku dengan jogging 5 – 10 km sehari. Aku harus ber-siap-siap agar saat latihan dasar yang terkenal amat sangat kejam itu aku bisa bertahan!
Bersama Tommy Tjokro temanku yang sama-sama mendaftar, kami saling cambuk bergantian dengan gesper, rotan dan cemeti.Kami juga memanaskan besi untuk ditempel di paha kami masing-masing, kami juga menyundutkan rokok dan meneteskan cairan lilin panas ke kulit kami! Itu adalah latihan penyiksaan – untuk antisipasi jika disiksa taruna senior di akmil nantinya, kami sanggup bertahan!
Aku sangat gembira waktu akhirnya aku dan Tommy diterima di akademi militer. Sebelum berangkat untuk mendaftar ulang,kami berdua ngeloco bareng sampsi pejuh kami muncrat : CROOOOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT!
Nikmattt! Gila!
Tak jelas apa yang mempengaruhi aku, karena aku bukan dari keluarga polisi atau tentara. Anehnya sejak usiaku 5 tahun aku senang kalau berada dekat lelaki berseragam. Tetanggaku Mas Yofa ada-lah pria berseragam. Pada umur 5 tahun aku sudah tahu yang namanya cowok ganteng.Boleh jadi sejak umur dini aku memang sudah suka pada cowok. Jadi memang benar homosexualitas tidak dibikin-bikin, tetapi datang dari “sononya”,ada di dalam otakku!
Mas Yofa sering mengajak aku main, jalan-jalan dan kadang-kadang aku dipangkunya dan aku merasa senang, mungkin bahagia.Sayang, setelah Mas Yofa pindah rumah aku tidak pernah mendengar kabar tentang dia.
Di sekolah dasar dan SMP aku sudah merasakan getaran-getaran homosexual yang kadang-kadang membikin aku frustrasi. Ada perasaan aneh dalam diriku jika berjumpa cowok cakep sepantaranku waktu kecil. Sekarang setelah dewasa baru aku sadar, bahwa perasaan itu adalah gelora berahi.
Gelora berahi waktu kecil itu kadang aku lampias-kan dengan agresifitas dengan cara menyakiti cowok cakep yang aku sukai itu. Tentu saja si cowok melawan, seingga kami berkelahi. Tapi ada juga cowok yang membiarkan aku menyakitinya.Tak marah dan tak melawan! Agaknya itulah awal dari tumbuhnya bibit-benih sadisme dalam diriku!
Aku beruntung dilahirkan dalam keluarga yang berkecukupan, sehingga aku bisa bersekolah dan menyelesaikan SMU-ku lalu mendaftar ke akademi militer dan diterima!
Tinggi dan berat badanku memenuhi syarat, begitu pula lingkar dada, lingkar lengan dan entah apa lagi yang jadi persyaratan.Pada saat pemeriksaan kesehatan,kami para pendaftar disuruh telanjang bulat.Lobang pantat kami juga disodok-sodok oleh dokter dengan jari telunjuknya. Kami disuruh kencing di depan orang banyak untuk mengambil contoh kencing buat diperiksa di laboratorium.
Kami disuruh ngeloco, dipandangi sekian banyak pasang mata untuk mengambil contoh pejuh kami – buat diperiksa kualitas dan jumlah sperma kami. Itulah untuk pertama kalinya aku terpaksa coli – ngeloco telanjang bulat di depan orang banyak, meski mereka semua juga bertelanjang bulat dan harus bergiliran ngeloco.
Yang mebikin aku mudah ngeloco sampai pejuhku muncrat ke dalam botol penampungan adalah karena banyak sekali cowok ganteng, yang kekar berotot dengan kontol ukuran besar, bagus dan disunat ketat!Pemandangan indah ini amat membantuku me-ngacengkan kontolku.Apalagi waktu mereka disuruh ngeloco,mereka tanpa ragu mengocok-ngocok kontol-nya sampai badan mereka berkilat oleh keringat dan saat pejuhnya muncrat, mereka tampak begitu menikmati, sampai mata mereka merem melek sangat keenakan : CROOOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOOOT! Aaaaagh! Nikmattt sekali!
Waktu pemeriksaan penampilan lahiriah, kami juga disuruh bertelanjang bulat lagi. Berbanjar lima-lima, disuruh mengangkat lengan ke atas untuk dilihat ketiak dan pertumbuhan bulu ketek,jembut dan bulu-bulu lain seperti bulu kaki dan bulu dada [kalau ada].
Kami ditanya semua bekas luka yang ada di kulit tubuh kami. Ditanya umur berapa jembut dan bulu ketek kami mulai tumbuh.Ditanya juga bagaimana perasaan kami waktu jembut kami tumbuh. Ditanya umur berapa pejuh kami mulai muncrat dan juga bagaimana caranya: apakah mimpi basah atau coli- ngeloco atau langsung ngentot dengan cewek [atau dengan cowok]. Kami juga ditanyai apakah kami secara berkala ngeloco atau ngentot. Kalau suka coli ditanya apa yang dikhayalkan saat coli.Kalau suka ngentot,ditanyai kami ngentot dengan siapa!
Pendeknya kami ditelanjangi lahir batin, fisik mental. Tanya jawab dilakukan dengan mikrofon dan pengeras suara, sehingga semua orang yang hadir dalam aula itu bisa mendengar hal-hal yang sangat pribadi tentang diri kami.
Itulah pertama kali aku berkumpul bersama dengan sekian banyak cowok umur remaja 18 – 20 tahun dalam keadaan telanjang bulat tidak berpenutup selembar benangpun. Maka aku bisa “menikmati” pemandangan kontol, biji peler, jembut, puting susu, rambut ketiak, otot dada dan otot perut yang bagus-bagus. Bermacam ukuran kontol dan bentuk pertumbuhan jembut : tebal,luas, hitamnya pertumbuhan jembut mereka.Indah sekali! Meski ada juga yang kontolnya kulup – belum sunat.
Mereka ini nyata sekali agak risih,karena merasa berbeda bentuk kontolnya dari yang lain.Dari 200 orang kira-kira 10%[20 orang] masih kulup kontol-nya.Kelak, kalau mereka diterima akan diwajibkan sunat. Sunatnya dilakukan secara militer, tanpa anestesi. Jadi akan amat sangat nyeri sekali, banyak di antara taruna yang disunat di akmil jatuh pingnan, karena merasa amat kepedihan!
Akhirnya semua pemeriksaan itu selesai juga: tes akademik, psikotest, kesemaptaan jasmani, tes kesehatan dan penampilan lahiriah! Setelah tes, kami diizinkan pulang dan menunggu pengumuman!
Tentu saja kenangan selama tes kesehatan dan penampilan lahiriah jadi andalan fantasiku waktu aku ngocok – ngeloco – coli,sesampainya aku di rumah dan menunggu pengumuman penerimaan jadi taruna.
Terutama ingatan tentang cowok-cowok ganteng yang kekar, atletis telanjang bulat.Agh, sungguh nikmatttt!Aku juga sering ngeloco sambil terus berkhayal sedang disiksa oleh para taruna senior yang kebetulan ada yang hadir waktu kami tes. Mereka ganteng, muda, tubuhnya ketat dan tampak tangkas dan cerdas.Tanggap,tanggon,trengginas!
Sambil menunggu pengumuman penerimaan akademi militer, aku terus melatih dan membentuk otot-ototku. Aku juga meningkatkan kesemaptaanku dengan jogging 5 – 10 km sehari. Aku harus ber-siap-siap agar saat latihan dasar yang terkenal amat sangat kejam itu aku bisa bertahan!
Bersama Tommy Tjokro temanku yang sama-sama mendaftar, kami saling cambuk bergantian dengan gesper, rotan dan cemeti.Kami juga memanaskan besi untuk ditempel di paha kami masing-masing, kami juga menyundutkan rokok dan meneteskan cairan lilin panas ke kulit kami! Itu adalah latihan penyiksaan – untuk antisipasi jika disiksa taruna senior di akmil nantinya, kami sanggup bertahan!
Aku sangat gembira waktu akhirnya aku dan Tommy diterima di akademi militer. Sebelum berangkat untuk mendaftar ulang,kami berdua ngeloco bareng sampsi pejuh kami muncrat : CROOOOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT!
Nikmattt! Gila!
Tags:
Cerita Gay
Leave a comment