Bagian 3
By Ajiseno
***********
By Ajiseno
kudekati
punggungnya
dia duduk menghadap komputer tempat dia tadi menonton filmaku semakin pelan mendekat
rasa bersalahku rasanya menahan langkah kakiku
kuelus pelan pundaknya
"guhhh...." suaraku lirih dan bergetar
dia terdiam
kuamati sekilas layar monitor
dia ternyata sedang membuka face book nya dia
ada namanya di sana
sekali lagi kuelus pundaknya dan kuremas pelan
"guhhh...."
dia masih terdiam
aku membungkuk, kutempelkan wajahku disisi telingannya
"maafin aku yaa...maaf ya" ujarku lirih
kurasakan teguh sedikit mengangguk pelan
diamnya teguh malah semakin menumpuk rasa bersalahku
uhhh...kenapa aku selalu berbuat sesuatu dengan tanpa perhitungan
aku menyesal
tapi aku sadar, penyesalan selalu tanpa arti sebab selalu datang setelah semua kesalahan terjadi
teguh masih diam cuek dan mulai mengetik sesuatu di facebooknya
"mass ..." akhirnya dia bersuara
suaranya yang lembut bagai angin surga menerpaku
"ya guhh"
"duduk sini mas"
akupun duduk disisinya
dalam hati aku begitu senangnya teguh mau mengajakku berbicara
"ini mas facebookku..."
aku kaget, ternyata teguh berusaha mengalihkan pembicaraan dari peristiwa ciuman tadi ke face book
aku terdiam kelu
tapi aku harus meminta maaf sekali lagi biar hatiku tenang
"iya guh.."
dia masih diam
"guhh.."
"iya mas" dia menoleh, wajahnya yang manis sangat dekat dengan wajahku
"maafkan aku ya, tadi aku berbuat...."
"udaahhhh..."potong teguh
"tapi guh, tetep aku harus minta maaf"
"iya mas, aku maafin, ngga pa pa kok mas"
dia kembali ke arah monitor
entahlah, aku masih kurang puas dengan jawabannya
"guhh..."
"hmmm" dia cuma mengguman pelan
"napa kamu menghindar ketika kucium tadi?"
dia kembali diam
aku menunggu jawabannya
masih diam
dan aku terus menunggu
"napa guh?" tanyaku nggak sabar
dia menoleh memandangku lekat
"aku...aku...tak ingin lupa diri..."
"maksudmu guh?"
"yahhh...aku tak ingin lupa diri, karena tadi dan sejak dulu aku selalu menikmati ciuman dari mas aji" ujarnya lirih
aku kaget
dalam hati aku merasa begitu berdosa
kupeluk dia erat
lamaaa
dan terus kupeluk
"maafkan aku guuhhhh..."
dia duduk menghadap komputer tempat dia tadi menonton filmaku semakin pelan mendekat
rasa bersalahku rasanya menahan langkah kakiku
kuelus pelan pundaknya
"guhhh...." suaraku lirih dan bergetar
dia terdiam
kuamati sekilas layar monitor
dia ternyata sedang membuka face book nya dia
ada namanya di sana
sekali lagi kuelus pundaknya dan kuremas pelan
"guhhh...."
dia masih terdiam
aku membungkuk, kutempelkan wajahku disisi telingannya
"maafin aku yaa...maaf ya" ujarku lirih
kurasakan teguh sedikit mengangguk pelan
diamnya teguh malah semakin menumpuk rasa bersalahku
uhhh...kenapa aku selalu berbuat sesuatu dengan tanpa perhitungan
aku menyesal
tapi aku sadar, penyesalan selalu tanpa arti sebab selalu datang setelah semua kesalahan terjadi
teguh masih diam cuek dan mulai mengetik sesuatu di facebooknya
"mass ..." akhirnya dia bersuara
suaranya yang lembut bagai angin surga menerpaku
"ya guhh"
"duduk sini mas"
akupun duduk disisinya
dalam hati aku begitu senangnya teguh mau mengajakku berbicara
"ini mas facebookku..."
aku kaget, ternyata teguh berusaha mengalihkan pembicaraan dari peristiwa ciuman tadi ke face book
aku terdiam kelu
tapi aku harus meminta maaf sekali lagi biar hatiku tenang
"iya guh.."
dia masih diam
"guhh.."
"iya mas" dia menoleh, wajahnya yang manis sangat dekat dengan wajahku
"maafkan aku ya, tadi aku berbuat...."
"udaahhhh..."potong teguh
"tapi guh, tetep aku harus minta maaf"
"iya mas, aku maafin, ngga pa pa kok mas"
dia kembali ke arah monitor
entahlah, aku masih kurang puas dengan jawabannya
"guhh..."
"hmmm" dia cuma mengguman pelan
"napa kamu menghindar ketika kucium tadi?"
dia kembali diam
aku menunggu jawabannya
masih diam
dan aku terus menunggu
"napa guh?" tanyaku nggak sabar
dia menoleh memandangku lekat
"aku...aku...tak ingin lupa diri..."
"maksudmu guh?"
"yahhh...aku tak ingin lupa diri, karena tadi dan sejak dulu aku selalu menikmati ciuman dari mas aji" ujarnya lirih
aku kaget
dalam hati aku merasa begitu berdosa
kupeluk dia erat
lamaaa
dan terus kupeluk
"maafkan aku guuhhhh..."
*********
kulirik jam
dinding
pukul 21.35…sudah malam ternyata dan mungkin karena kesibukan masing-masing hingga tak terasa dua jam telah berlalu
kulihat teguh sedang chating dengan seseorang di facebook, mungkin dengan ceweknya
kubiarkan saja…
kadang-kadang di cekikikan tertawa sendiri
dan sesekali aku menoleh sekedar memastikan keadaannya
dan aku sadar, dia memang sedang berada di ‘dunianya’ dan sekali lagi aku harus menyadarinya
dan ternyata kesibukanku mengalahkan segalanya
aku mulai mengeprint beberapa laporan, mengecek kembali dan kemudian menata kertas sesuai urutan halaman
teguh masih saja asyik dengan chating di facebooknya
kami seperti punya kesibukan sendiri-sendiri dan seperti ada kesepakatan untuk tidak mengganggu kesibukan masing-masing
akhhh…akhirnya selesai juga pekerjaanku
tinggal menata dan mengurutkan hasil print untuk aku buat laporan besok
kulihat teguh masih asyik dengan internetnya
aku gembira memandangnya, dia dengan cepat melupakan insiden ciuman tadi
dalam hati aku benar-benar menyesal merusak moment pertemuanku dengan teguh akibat tindakan cerobohku menciumnya
bagiku mungkin hal yang wajar, tapi bagi teguh ciuman merupakan hal yang istimewa yang sangat berarti dalam kehidupannya
“guh, lapar neh…nyari makan yuk?” ajakku
Di menoleh sedikit kaget
“mau makan apa mas?”
“terserah kamu lah, kan kamu yang nraktir aku” ucapku sambil mengerling menggodanya
“yeeeee….maksa!”
“hehehehe…ya udah, kamu aku traktir, mau makan apa terserah kamu deh”
Dia terdiam sejenak
“hmmm…nasi goreng saja mas”
“oke…dimana?”
“tuh…di depan kantor, hehehehe”
“okhhh…” aku kaget
Aku sedikit bergerak ke arah jendela kaca, dan benar saja, di depan kantor ada warung tenda nasi goreng
“ya udah guh, kita ambil piring di dapur, kita pesen dan bawa kesini lagi, makan disini saja, gimana?”
“setuju boss…..dapurnya dimana?”
Aku menunjuk ke arah dapur dan teguh segera berlari ke arahnya
Aku Cuma tersenyum memandangnya
pukul 21.35…sudah malam ternyata dan mungkin karena kesibukan masing-masing hingga tak terasa dua jam telah berlalu
kulihat teguh sedang chating dengan seseorang di facebook, mungkin dengan ceweknya
kubiarkan saja…
kadang-kadang di cekikikan tertawa sendiri
dan sesekali aku menoleh sekedar memastikan keadaannya
dan aku sadar, dia memang sedang berada di ‘dunianya’ dan sekali lagi aku harus menyadarinya
dan ternyata kesibukanku mengalahkan segalanya
aku mulai mengeprint beberapa laporan, mengecek kembali dan kemudian menata kertas sesuai urutan halaman
teguh masih saja asyik dengan chating di facebooknya
kami seperti punya kesibukan sendiri-sendiri dan seperti ada kesepakatan untuk tidak mengganggu kesibukan masing-masing
akhhh…akhirnya selesai juga pekerjaanku
tinggal menata dan mengurutkan hasil print untuk aku buat laporan besok
kulihat teguh masih asyik dengan internetnya
aku gembira memandangnya, dia dengan cepat melupakan insiden ciuman tadi
dalam hati aku benar-benar menyesal merusak moment pertemuanku dengan teguh akibat tindakan cerobohku menciumnya
bagiku mungkin hal yang wajar, tapi bagi teguh ciuman merupakan hal yang istimewa yang sangat berarti dalam kehidupannya
“guh, lapar neh…nyari makan yuk?” ajakku
Di menoleh sedikit kaget
“mau makan apa mas?”
“terserah kamu lah, kan kamu yang nraktir aku” ucapku sambil mengerling menggodanya
“yeeeee….maksa!”
“hehehehe…ya udah, kamu aku traktir, mau makan apa terserah kamu deh”
Dia terdiam sejenak
“hmmm…nasi goreng saja mas”
“oke…dimana?”
“tuh…di depan kantor, hehehehe”
“okhhh…” aku kaget
Aku sedikit bergerak ke arah jendela kaca, dan benar saja, di depan kantor ada warung tenda nasi goreng
“ya udah guh, kita ambil piring di dapur, kita pesen dan bawa kesini lagi, makan disini saja, gimana?”
“setuju boss…..dapurnya dimana?”
Aku menunjuk ke arah dapur dan teguh segera berlari ke arahnya
Aku Cuma tersenyum memandangnya
***********
Bentuk kantor ini mirip huruf ‘o’, bangunan berderet
melingkar
Bagian tengah ada lahan yang tidak begitu luas dengan taman sederhana
Sehingga siapapun yang ada di taman takkan terlihat orang dari luar karena tertutup bangunan
Ada lampu taman
Dan ada beberapa pohon perdu yang dipotong rapi
Sebenarnya taman ini sederhana, tapi bagiku sangat indah apalagi ada teguh di sisiku
Aku sengaja mengambil dua kursi disisi taman
langit sangat cerah dan udara lumayan dingin menusuk tulang
angin gunung berhembus pelan menerpa tubuh kami hingga serasa menusuk tulang
kami makan nasi goreng dengan pelan tapi begitu lahapnya sambil ngobrol yang ringan-ringan
bagiku ini makan malam paling spesial
makan dengan dihiasi bermilyar bintang di langit
dan...
di terangi temaram lampu taman
suasana sejuk dengan kehangatan penyatuan dua hati
sesekali kulirik teguh
kuamati saat dia mengunyah makanan
sungguh sangat mempesona
pipinya yang manis bergerak seiring pergerakan gerahamnya
bagiku teguh selalu mempesona dalam kondisi apapun juga
aku selalu mengaguminya
kami duduk berhimpitnn, sesekali kuseruput teh hangat yang kuletakkan di atas batu disisi taman
aku tahu, sebenarnya rasa nasi goreng ini sederhana saja, tapi entahlah mungkin karena suasana, menjadi begitu lezatnya
sesekali aku menggoda teguh dengan membuang potongan cabe ke arah piringnya
selanjutnya dia cemberut dan gelak tawa keluar dari bibirku
dan teguh membalas dengan memetik dauh kecil dan meleparkannya ke arah piringku tapi dengan sigap aku bisa mengelak sambil cekikikan
aku senang malam ini
aku lupa dengan segala kepenatan
aku bisa lepas dari segala stress akibat menumpuknya pekerjaan
karena…..
ada teguh disisiku
ada tawanya yang mencairkan hatiku yang sempat beku
ada senyum manisnya yang melenakanku
aku bahagia malam ini……..
Bagian tengah ada lahan yang tidak begitu luas dengan taman sederhana
Sehingga siapapun yang ada di taman takkan terlihat orang dari luar karena tertutup bangunan
Ada lampu taman
Dan ada beberapa pohon perdu yang dipotong rapi
Sebenarnya taman ini sederhana, tapi bagiku sangat indah apalagi ada teguh di sisiku
Aku sengaja mengambil dua kursi disisi taman
langit sangat cerah dan udara lumayan dingin menusuk tulang
angin gunung berhembus pelan menerpa tubuh kami hingga serasa menusuk tulang
kami makan nasi goreng dengan pelan tapi begitu lahapnya sambil ngobrol yang ringan-ringan
bagiku ini makan malam paling spesial
makan dengan dihiasi bermilyar bintang di langit
dan...
di terangi temaram lampu taman
suasana sejuk dengan kehangatan penyatuan dua hati
sesekali kulirik teguh
kuamati saat dia mengunyah makanan
sungguh sangat mempesona
pipinya yang manis bergerak seiring pergerakan gerahamnya
bagiku teguh selalu mempesona dalam kondisi apapun juga
aku selalu mengaguminya
kami duduk berhimpitnn, sesekali kuseruput teh hangat yang kuletakkan di atas batu disisi taman
aku tahu, sebenarnya rasa nasi goreng ini sederhana saja, tapi entahlah mungkin karena suasana, menjadi begitu lezatnya
sesekali aku menggoda teguh dengan membuang potongan cabe ke arah piringnya
selanjutnya dia cemberut dan gelak tawa keluar dari bibirku
dan teguh membalas dengan memetik dauh kecil dan meleparkannya ke arah piringku tapi dengan sigap aku bisa mengelak sambil cekikikan
aku senang malam ini
aku lupa dengan segala kepenatan
aku bisa lepas dari segala stress akibat menumpuknya pekerjaan
karena…..
ada teguh disisiku
ada tawanya yang mencairkan hatiku yang sempat beku
ada senyum manisnya yang melenakanku
aku bahagia malam ini……..
********
“guh…dingin,
geser sini biar aku anget” bisikku
Teguh nurut saja, dia menggeser kursinya sedikit kearahku hingga kedua kursi kayu ini berhimpitan
Badannya secara reflek menempel erat disisiku
Ada sedikit kehangatan
Apalagi saat ini, setelah perut terisi nasi goreng dan teh hangat
Kuulurkan lenganku dibelakang pundaknya
Kutarik sedikit badannya hingga sebagian tubuhnya menyatu dengan badanku
Kehangatan nyata kini menjalar keseluruh tubuhku
“guhh…”
“hmmm…”dia hanya mengguman saja
”gimana rencanamu selanjutnya?”
“maksudnya?”
“yahhh…setelah kamu kerja ini?”
“nggak tau mas…”
“kok nggak tau? ,maksudku apa kamu mau meneruskan kerja atau kuliah?”
Sejenak teguh terdiam sambil mengambil nafas pelan
“belum tau mas, semenjak ibuku sakit semua rencanaku buyar, saat ini yang kupikirkan bagaimana agar ibu sehat dulu, kalau nanti memungkinkan baru aku mikir kuliah”
“ohhh…kalau kamu mau, ke semarang saja guh, kerja di kantorku, entar aku bilang ma bossku”
Teguh menggeleng pelan
“napa?”
“akhhh…benernya aku kerja hanya untuk sekedar ngisi waktu luang saja dan cari pengalaman, semarang terlalu jauh bagiku, aku kan juga harus sering-sering pulang untuk menengok kondisi ibu”
“ohhh gitu ya, ya udah lah, rencanakan saja yang terbaik untukmu, aku mendukungmu”
“makasih mas..”
Kupeluk sisi badannya erat
Suasana tiba-tiba hening
Dan kini aku paham dengan kondisi teguh
Dia dalam dilema, antara meneruskan perjuangan hidupnya atau mengurus ibunya yang sedang sakit
Ohhh…tiba-tiba aku merasa begitu berdosa telah bersenang-senang dalam penderitaannya.
Pelan teguh mengambil dompet di saku belakangnya
Dia membuka dan mengambil uang seratusan ribu
“ada apa guh?”
Dia tersenyum
Ditunjukkannya uang seratusan ribu di depanku
“mas…mas aji inget nggak, dulu waktu di desa, mas aji memberi uang untukku, satu lembar ini ini selalu kusimpan tak akan kugunakan, hmmm…kalau aku kangen dengan mas aji selalu kukeluarkan uang ini, semua ingatanku tentang kita membayang…”
“okhh…..duh guh, aku beri uang itu kan agar kamu bisa beli apa yang kamu sukai bukan untuk kenang-kenangan”
“nggak pa pa kok mas, aku juga belum butuh banget uang sebanyak ini”
“pakai saja guh uang itu…ehhh…emang kamu masih sering kangen ama aku ya?”
Teguh mengangguk pelan
Ohhh…secara reflek kupeluk dia
Kukecup keningnya
Dan tubuhnya lenyap dalam dekapanku berbalur dengan kehangatan yang menjalar dalam seluruh jiwaku
“makasih guhh…aku juga sering kangen ama kamu” bisikku parau disisi telinganya
Teguh nurut saja, dia menggeser kursinya sedikit kearahku hingga kedua kursi kayu ini berhimpitan
Badannya secara reflek menempel erat disisiku
Ada sedikit kehangatan
Apalagi saat ini, setelah perut terisi nasi goreng dan teh hangat
Kuulurkan lenganku dibelakang pundaknya
Kutarik sedikit badannya hingga sebagian tubuhnya menyatu dengan badanku
Kehangatan nyata kini menjalar keseluruh tubuhku
“guhh…”
“hmmm…”dia hanya mengguman saja
”gimana rencanamu selanjutnya?”
“maksudnya?”
“yahhh…setelah kamu kerja ini?”
“nggak tau mas…”
“kok nggak tau? ,maksudku apa kamu mau meneruskan kerja atau kuliah?”
Sejenak teguh terdiam sambil mengambil nafas pelan
“belum tau mas, semenjak ibuku sakit semua rencanaku buyar, saat ini yang kupikirkan bagaimana agar ibu sehat dulu, kalau nanti memungkinkan baru aku mikir kuliah”
“ohhh…kalau kamu mau, ke semarang saja guh, kerja di kantorku, entar aku bilang ma bossku”
Teguh menggeleng pelan
“napa?”
“akhhh…benernya aku kerja hanya untuk sekedar ngisi waktu luang saja dan cari pengalaman, semarang terlalu jauh bagiku, aku kan juga harus sering-sering pulang untuk menengok kondisi ibu”
“ohhh gitu ya, ya udah lah, rencanakan saja yang terbaik untukmu, aku mendukungmu”
“makasih mas..”
Kupeluk sisi badannya erat
Suasana tiba-tiba hening
Dan kini aku paham dengan kondisi teguh
Dia dalam dilema, antara meneruskan perjuangan hidupnya atau mengurus ibunya yang sedang sakit
Ohhh…tiba-tiba aku merasa begitu berdosa telah bersenang-senang dalam penderitaannya.
Pelan teguh mengambil dompet di saku belakangnya
Dia membuka dan mengambil uang seratusan ribu
“ada apa guh?”
Dia tersenyum
Ditunjukkannya uang seratusan ribu di depanku
“mas…mas aji inget nggak, dulu waktu di desa, mas aji memberi uang untukku, satu lembar ini ini selalu kusimpan tak akan kugunakan, hmmm…kalau aku kangen dengan mas aji selalu kukeluarkan uang ini, semua ingatanku tentang kita membayang…”
“okhh…..duh guh, aku beri uang itu kan agar kamu bisa beli apa yang kamu sukai bukan untuk kenang-kenangan”
“nggak pa pa kok mas, aku juga belum butuh banget uang sebanyak ini”
“pakai saja guh uang itu…ehhh…emang kamu masih sering kangen ama aku ya?”
Teguh mengangguk pelan
Ohhh…secara reflek kupeluk dia
Kukecup keningnya
Dan tubuhnya lenyap dalam dekapanku berbalur dengan kehangatan yang menjalar dalam seluruh jiwaku
“makasih guhh…aku juga sering kangen ama kamu” bisikku parau disisi telinganya
*************
JUM’AT 22 JULI 2011
Pukul 4.33 pagi
Kudekati tubuh teguh dalam keremangan ruang manajer
Tubuhnya meringkuk di sofa panjang di ruang manajer, dia masih tertidur pulas rupanya
Semakin mendekat, semakin kudengarkan dengkuran halus dari pernafasannya
Hmmm…anak yang manis
Pagi ini seperti biasa aku bangun pukul 3.30
Sudah minum teh hangat dan mandi
Badanku sudah begitu segar pagi ini
Rencananya jam 5 pagi aku berangkat dari magelang menuju semarang untuk kembali beraktifitas
Semalam teguh aku suruh tidur di sofa ruang manajer dan aku tidur di sofa ruang tamu
Dan dia anak yang nggak banyak protes
Dia nurut saja ketika kutawari tidur di sofa
“nggak pa pa mas, biasa tidur di sofa kok, jadi ngga masalah” katanya
Aku benernya nggak enak banget ngajak dia tidur di sofa, sebenarnya semalam dia sudah kutawari hotel tapi dia nolak
Aku membungkuk, mencoba mendekatkan wajahku ke wajahnya
Ingin sekali lagi kukecup pipinya untuk membangunkannya
Tiba-tiba wajahnya bergerak dan kuurungkan niat mencium pipinya
Aku masih terdiam berdiri terpaku
Dan pelan aku bersimpuh di lantai
Wajahnya tepat dihadapanku
Wajah yang manis
Nafasnya pelan dan dia masih tidur dengan posisi miring menghadapku
Sebelum berpisah kembali, aku ingin memandangnya sampai puas
Ingin rasanya kuisi seluruh memori otakku dengan semua tentangnya
Terus kupandang dan terus kupandang lekat wajahnya
Pelan jari-jariku menyibak beberapa helai rambut yang jatuh di keningnya
Kuusap pelan pipinya
Dan…pelan kukecup keningnya
Sambil berbisik …”I lov u guh”
Dia masih terdiam dengan nafas teraturnya
Aku sadar…aku memang mencintainya
Dan…
Aku juga menyadarinya…aku tak berharap banyak menjadi kekasihnya
Bagiku mencintainya dengan tulus lebih dari sekedar cukup
Memberi perhatian terhadapnya
Memberi energi cinta dan sayang untuk penguat jiwanya
Dan membimbingnya menjadi orang yang layak di sebut orang
Memberi senyum agar hatinya juga tersenyum
Menghapus air matanya agar tak menggenang apalagi menetes
Dan….
Satu prinsip dalam kehidupanku
‘mencintai tak harus memiliki’
Mencintai harus tulus
Mencintai berarti bisa tersenyum saat orang yang kita cintai tersenyum
Mencintai berarti bisa menerima keadaan apapun orang yang di cintainya
Dan mencintai tak boleh memaksa agar orang yang di cinta untuk mencintai aku
Dan…
Aku hanya akan menyimpan rasa cintaku pada teguh disudut terdalam dalam hatiku
Akan kubiarkan teguh mencari makna bagi kehidupannya
Akna kubiarkan dia mencintai siapapun juga dalam hidupnya
Dan aku hanya ingin melihat senyum manisnya ketika bertemu
Menggerakkan pipinya
Meronakan pipinya
Hingga begitu manis kupandang
Kembali kuusap pipinya pelan
Jika saat ini aku boleh meminta….aku tak ingin berpisah darinya
Aku ingin terus bersamanya
Menikamati hari-hari indah bersamanya
Tiba-tiba telapak tanganku dipegangnya erat
Aku sedikit kaget
Dia bangun….
Di tariknya pelan lenganku ke dadanya
Di peluknya begitu erat
Aku hanya diam
Terus dipeluk dengan erat lenganku di dadanya
Seolah dia butuh penguatan untuk hari-hari ke depannya
Kembali kukecup pipinya
Dia terdiam
“I lov u guh” bisikku pelan
Dan yang kini kurasakan, lenganku semakin erat di peluknya
Kurasakan degub jantungnya cepat
Dan kembali kukecup bibirnya
Sambil berbisik…”I lov u guh’…
Dan kulihat dia tersenyum manis
Tapi aku tak paham apa makna dari senyuman itu
SELESAI
Pukul 4.33 pagi
Kudekati tubuh teguh dalam keremangan ruang manajer
Tubuhnya meringkuk di sofa panjang di ruang manajer, dia masih tertidur pulas rupanya
Semakin mendekat, semakin kudengarkan dengkuran halus dari pernafasannya
Hmmm…anak yang manis
Pagi ini seperti biasa aku bangun pukul 3.30
Sudah minum teh hangat dan mandi
Badanku sudah begitu segar pagi ini
Rencananya jam 5 pagi aku berangkat dari magelang menuju semarang untuk kembali beraktifitas
Semalam teguh aku suruh tidur di sofa ruang manajer dan aku tidur di sofa ruang tamu
Dan dia anak yang nggak banyak protes
Dia nurut saja ketika kutawari tidur di sofa
“nggak pa pa mas, biasa tidur di sofa kok, jadi ngga masalah” katanya
Aku benernya nggak enak banget ngajak dia tidur di sofa, sebenarnya semalam dia sudah kutawari hotel tapi dia nolak
Aku membungkuk, mencoba mendekatkan wajahku ke wajahnya
Ingin sekali lagi kukecup pipinya untuk membangunkannya
Tiba-tiba wajahnya bergerak dan kuurungkan niat mencium pipinya
Aku masih terdiam berdiri terpaku
Dan pelan aku bersimpuh di lantai
Wajahnya tepat dihadapanku
Wajah yang manis
Nafasnya pelan dan dia masih tidur dengan posisi miring menghadapku
Sebelum berpisah kembali, aku ingin memandangnya sampai puas
Ingin rasanya kuisi seluruh memori otakku dengan semua tentangnya
Terus kupandang dan terus kupandang lekat wajahnya
Pelan jari-jariku menyibak beberapa helai rambut yang jatuh di keningnya
Kuusap pelan pipinya
Dan…pelan kukecup keningnya
Sambil berbisik …”I lov u guh”
Dia masih terdiam dengan nafas teraturnya
Aku sadar…aku memang mencintainya
Dan…
Aku juga menyadarinya…aku tak berharap banyak menjadi kekasihnya
Bagiku mencintainya dengan tulus lebih dari sekedar cukup
Memberi perhatian terhadapnya
Memberi energi cinta dan sayang untuk penguat jiwanya
Dan membimbingnya menjadi orang yang layak di sebut orang
Memberi senyum agar hatinya juga tersenyum
Menghapus air matanya agar tak menggenang apalagi menetes
Dan….
Satu prinsip dalam kehidupanku
‘mencintai tak harus memiliki’
Mencintai harus tulus
Mencintai berarti bisa tersenyum saat orang yang kita cintai tersenyum
Mencintai berarti bisa menerima keadaan apapun orang yang di cintainya
Dan mencintai tak boleh memaksa agar orang yang di cinta untuk mencintai aku
Dan…
Aku hanya akan menyimpan rasa cintaku pada teguh disudut terdalam dalam hatiku
Akan kubiarkan teguh mencari makna bagi kehidupannya
Akna kubiarkan dia mencintai siapapun juga dalam hidupnya
Dan aku hanya ingin melihat senyum manisnya ketika bertemu
Menggerakkan pipinya
Meronakan pipinya
Hingga begitu manis kupandang
Kembali kuusap pipinya pelan
Jika saat ini aku boleh meminta….aku tak ingin berpisah darinya
Aku ingin terus bersamanya
Menikamati hari-hari indah bersamanya
Tiba-tiba telapak tanganku dipegangnya erat
Aku sedikit kaget
Dia bangun….
Di tariknya pelan lenganku ke dadanya
Di peluknya begitu erat
Aku hanya diam
Terus dipeluk dengan erat lenganku di dadanya
Seolah dia butuh penguatan untuk hari-hari ke depannya
Kembali kukecup pipinya
Dia terdiam
“I lov u guh” bisikku pelan
Dan yang kini kurasakan, lenganku semakin erat di peluknya
Kurasakan degub jantungnya cepat
Dan kembali kukecup bibirnya
Sambil berbisik…”I lov u guh’…
Dan kulihat dia tersenyum manis
Tapi aku tak paham apa makna dari senyuman itu
SELESAI
Tags:
Cerita Gay,
Cerita Romantis
Leave a comment