Satu persatu kuperhatikan kamar mandi yang
kosong. Siang siang seperti itu memang sangat jarang orang memakai kamar
mandi karena memang waktu itu jam tidur siang.
Setelah melangkah kekamar mandi nomor lima,
aku melihat sosok tubuh cukup jangkung dengan badan kekar menghadap ke
bak mandi sambil tangannya persis berada di selangkangannya. “Ronnie
ternyata lagi Masturbasi” pikirku. Aku sempat tertegun melihat bongkahan
pantat kokoh dan montok didepanku. Namun aku terus melangkah menuju WC
yang persis di sebelah kamar mandi No.5.
Dari dalam WC aku bisa membayangkan apa
yang sedang di lakukan oleh Ronni. Aku bahkan bisa mendengar dengan
jelas desahan desahan lirih yang sesekali keluar dari mulutnya.
Tak terasa tanganku sendiri sudah tak kuasa
lagi menahan diri untuk mengelus batang kemaluanku yang sudah sangat
hangat dan mengeras. Perlahan aku mengocoknya seirama dengan desahan
yang kudengar dari seberang tembok. Tapi tiba tiba suara desahan itu
terhenti.
Tanpa ada satupun dari kami yang saling
berbicara, Ronnie terus menggerayangi tubuhku. Aku yang masih kaget
hanya bisa tertegun sambil menikmati setiap sentuhan dari tangan Ronni
yang kokoh.
Ketika mata kami beradu, seulas senyum tersembul dari bibir Ronni yang seksi. Diapun merapatkan mukanya
kepadaku
dan tanpa komando langsung mengecup bibirku dengan lembut. Aku semakin
tak kuasa menahan diri. Setiap kecupan dari ronni aku balas dengan
pagutan penuh nafsu sambil tanganku melingkar di pinggang Ronnie dan
meremas remas bongkahan pantatnya yang montok.
Ronni semakin tak kuasa menahan gejolak,
dia menempelkan kontolnya dengan kontolku lalu mengocoknya dengan
lembut. Sungguh sebuah sensasi yang luar biasa.
Puas mengerayangi pantat Ronni aku pun
meraih biji pelernya yang menggelantung di selangkangannya. Dua buah
biji peler seukuran telor puyuh itu elus satu persatu, membuat Ronni
semakin bernafsu.
Tiba tiba dia menjongkok dan menjilat ujung
penisku dengan lidahnya. Rasanya sangat geli sekali, kemudian perlahan
dia memasukkan semua kontolku kemulutnya dan memompanya dengan sangat
hebat. Aku menggelinjang kenikmatan. Ketika merasa hampir dekat, aku
mendorong muka Ronni dan melepaskan kontolku dari mulutnya.
Kini dia kembali berdiri dan kamipun kembali berpagutan dan saling berdekapan.
Aku
mulai mengalihkan ciuman kea rah matanya Ronni yang terpejam, lalu ku
kelitiki lubang kupingnya dengan dengan lidahku, Ronni Mengerang
“ooughhh enak sekali”..aku semakin getol memainkan kupingnya lalu turun
ke lehernya, dadanya, ku jilati perutnya dan kumainkan lidahku di lubang
pusarnya. Ronni semakin menggelinjang, lalu aku turun menjelajahi bulu
bulu jembut yang ternyata lebih lebat dariku dan batang itu seperti
mengemis padaku minta untuk di kecup. Akupun memasukkan kontol besar itu
kemulutku dan sambil kedua tanganku menggenggam bongkahan pantat ronni
untuk mengatur alur pompaan Ronni. Ronni benar benar mengentoti mulutku.
Khawatir Ronni keluar terlalu cepat aku pindah ke biji pelirnya lagi
dan menghisapnya satu persatu sambil jari tengahku meraba bulu bulu
halus yang tumbuh di antara bongkahan pantat Ronni. Dia tersenyum penuh
nafsu ketika jariku menyentuh lubang pantatnya yang hangat. Namun dia
kemudian menarikku lalu mendekapku erat sambil tangan kami saling bantu
mengocok penis kami. Aku merasakan adanya denyutan hebat dari kontol
gemuk Ronni dan benar saja Ronni melenguh panjang dan..”ooughhhhh”
desahan itu mengiringi puncratan cairan kental berwarna putih keluar
dari kontol Ronni, sangat banyak. Melihat Ronni yang sudak klimaks aku
semakin terpacu untuk segera mengeluarkan lahar panasku, Ronni membantu
mengocok penisku sambil tanganku tetap menggenggam kontol Ronni yang
perlahan melemas. Gesekan tangan Ronni membuat aku “ooughhhhhh” tak
kuasa menahan semburan lahar panas muncrat dari kontolku dan membasahi
perut Ronni.
Kami kembali berdekapan sejenak. Lalu aku
melepaskan dekapan Ronni dan beranjak menuju ke kamar mandi no.4 disana
aku membilas tubuhku dan membersihkannya dari sisa sisa pejuh Ronni.
Meskipun Ronni memberikan aku sabun untuk
membersihkan badanku, kami masih tetap tak saling bicara. Bahkan hingga
beberapa hari setelah kejadian.
Aku tidak tahu siapa dari kami yang memulai
semua itu, tetapi setelah tiga hari pasca kejadian akulah yang lebih
dulu memulai pembicaraan dengan Ronni. Tetapi tetap tak ingin mengungkit
apa yang telah terjadi.
Persahabatan kamipun kembali seperti
semula, meski kami kerap kali saling merasa canggung kalau kulit kami
saling besentuhan baik sengaja maupun tidak sengaja.
Tags:
Cerita Gay
Leave a comment