Home » » Sunset Terakhir (Fiksi) Part 3

Sunset Terakhir (Fiksi) Part 3


By. Ajiseno

Sepeda motorku berjalan menyusuri jalanan kota Tangerang
Entahlah perasaanku saat ini sungguh tak enak
Beberapa kali ada gosip, kalau euis…istriku sering ‘dibawa’ laki-laki lain
Beberapa kali, tetanggaku katanya melihat memasuki losmen
Tapi aku tak lantas percaya begitu saja
Euis…begitu manis kalau di rumah
Rasanya tak percaya saja, kalau dia sampai selingkuh
Cuma…tak tahulah…
Akhir-akhir ini dia sering membeli barang bagus
Hmmm…bukannya itu adalah kewajaran bagi seorang wanita?

Istriku berasal dari daerah kuningan
Sedangkan aku dari kalimantan tengah
Kami bertemu di tangerang
Masa pacaran kami cukup singkat hanya sekitar tiga bulan
Sebuah acara pacaran yang ‘panas’ dan tak terkendali
Hingga istriku hamil duluan sebelum kami menikah
Akhhh…..
Aku memang masih begitu muda dan jauh dari pantauan orang tua
Gejolak birahiku begitu gampang tersulut oleh sentuhan jemari wanita
Apalagi…euis sedemikian cantiknya
Dan…
Akhirnya kami menikah…
Walau saat menikah aku seperti sendiri
Ibuku yang sudah tua dan miskin tentu tidak dapat ke pulau jawa
Demikian juga dengan kakakku satu-satunya
Memang kami dari keluarga miskin

Pernikahan kami digelar dengan sederhana
Selanjutnya kami kembali ke tangerang…meneruskan hidup berdua
Dan….
Sepertinya petaka sehabis perikahan datang
Aku di PHK oleh perusahaan meubel tempatku bekerja
Beberapa waktu lalu, pabrik meubel tempatku bekerja terbakar
Dan selanjutnya….ada pengurangan pegawai secara besar-besaran
Istriku sejak menikah juga keluar dari buruh pabrik garmen
Jadilah kami berdua pengangguran….

Dan…satu-satunya keahlianku yaitu tambal ban
Akhirnya aku membuka kios kecil tambal ban sepeda motor di pinggir jalan
Dari sinilah aku berusaha menafkahi keluargaku

Dan istriku bekerja di salon yang tidak terlalu jauh dari rumah
Aku tak paham dengan pekerjaan salon
Yang kutahu pekerjaan salon bukanlah pekerjaan yang berat
Sehingga kuijinkan walau dia dalam kondisi hamil
Sebuah perjuangan hidup yang keras di ibu kota

Aku mengendarai sepeda motorku dengan pelan
Suasana panas kota Tangerang tak kuhiraukan
Dan salon tempat istriku bekerja sudah nampak
Sebuah salon yang sebenarnya tak begitu besar dan ramai
Sebuah salon biasa…

Dan pelan aku berhenti di bawah pohon….
Menanti …
Menanti sebuah kebenaran akan kabar miring tentang istriku
Akhhh….mengapa juga aku percaya?
Bukannya gosip dalam sebuah rumah tangga itu adalah hal yang biasa?
Tapi aku sedemikian penasaran
Ketika kemaren tetanggaku bilang
“coba saja jam sebelas siang…saat istrimu istirahat, kamu pasti akan tahu…”
Dan sekarang jam 11 siang
Saat jam istirahat siang…

Aku menunggu…
Seperti mata-mata..
Menunggu istriku keluar
Jam seperti terhenti berdetak
Terasa sedemikian lama
Dan…
Akhirnya terlihat juga…
Istriku keluar…
Dengan seragam kerja yang sexy
Istriku memang cantik
Di belakangnya….
Seorang lelaki setengah baya
Berdasi, berjas….berjalan sambil merokok

Dan….diriku….tercengang
Bagai di sambar petir
Melihat Keduanya masuk ke dalam sebuah mobil
Aku sepertinya tak lagi menginjak bumi

Akhhh…rasa penasaranku belum jga habis
Mobil bergerak
Dan….
Dengan cepat aku mengambil sepeda motorku
Membuntutinya…..
Akhhh….sungguh aku tak mengira
Sungguh tak mengira
Istriku selingkuh di belakangku
Benar saja…
Benar saja….
Mobil menuju losmen yang tak jauh dari salon…
Dan aku terhenti
Lemas sudah seluruh ragaku dengan pemandangan di depanku
Sekali lagi…aku benar-benar tak percaya

************

“Gubraaakkkk”
Sebuah sentakan kakiku yang dengan sekuat tenaga menjebol pintu kamar losmen.
Aku baru sadari, kekuatan seseorang di puncak emosi sedemikian dasyat.
Hanya dalam satu sentakan kaki, pintu kayu ini lepas dan pecah.

Aku berdiri kaku….
Di belakangku dua orang pegawai losmen berdiri gemetar.
Tadi aku sempat bertengkar dengan pegawai losmen.
Aku ingin kunci kamar yang di tempati istriku.
Tapi sepertinya semua menutupi adanya istriku di salah satu kamar losmen ini.
Akhirnya aku paksa….
Kukeluarkan golok dari bali bajuku…
Kuseret dan kuancam…
Kusuruh menunjukkan kamar tempat istriku berzina dengan lelaki hidung belang.

Dan sekarang aku berdiri kaku…
Emosi telah menguasai jiwaku..
Hatiku mendidih..
Tubuhku bergetar hebat, hingga tangan yang sedang memegang olok rasanya ikut tergetar.

Di depanku…
Di sana.
Tak jauh dari aku berdiri terpaku
Sepasang manusia tanpa sehelai benangpun melompat dari ranjang.
Darahku benar-benar mendidih menahan emosi
Mataku tak berkedip serasa tak percaya..
Di depan sana..
Diatas ranjang…
Euis istriku, bugil dan beringsut di pojok kamar
Tubuhnya menggigil ketakutan.
Kulihat tangannya menggapai apapun untuk menutupi tubuhnya.
Dan di sampingnya…
Keadaan yang sama
Seorang bapak-bapak gendut
Dengan tubuh penuh peluh
Melotot memandangku.

Pelan aku melangkah…
Mendekatinya…
Seperti harimau yang akan menerkam korban yang tak lagi berdaya

“mas..mass…tahan emosi mas…masss…” suara petugas losmen penuh ketakutan
Aku tak lagi peduli
Emosi telah menguasaiku
Ada rasa marah, kesal menyatu dalam darah yang mendidh

“hey…siapa kamu hah?” suara lelaki gendut sambil melotot memandangku
“mas….” Hanya itu yang kudengar dari desisan lirih istriku
Aku tersenyum mendekat…
“akuu? Hmmmm…pengin tau siapa aku? Aku pencabut nyawamu, halal darah seorang pezina seperti kalian”

Lelaki itu melotot kaget…
“mas..sabar mas, ada apa ini?” suara bergetar dari lelaki di ranjang

Aku tak lagi peduli..
Kuangkat golok yang berkilau terterpa sinar lampu kamar
Dan…
Wajah sepasang pezina ini makin pucat…
Bergetar…
Sorot mata penuh ketakutan.
Dan…
Aku tak lagi peduli…
Yang kutahu, dua orang ini haruslah mati…
Saat ini juga!

***********

Dengan cepat aku melompat..
Tanpa sempat dia menolak, sudah kududuki dadanya dan kutempelkan golok tepat di lehernya
Dia terpekik
Wajahnya pucat..
Tubuhnya bergetar hebat…
Sangat ketakutan…

Tak lagi kupedulikan istriku yang semakin menjauh dengan membungkus tubuhnya dengan selimut losmen yang kumal
Tak kupedulikan dua orang petugas losmen yang berteriak-teriak menenangkanku

“amm…ammmpun mas, mas siapa?” dia benar-benar gelagapan
Aku tersenyum…
Dalam hati…masih ada waktu sedikit untuk menggorok leher lelaki bajingan ini.
“kamu punya istri?”
Dia mendelik bingung
Golokku semakin menekan lehernya
Ada darah mulai keluar menetes
Tubuhnya semakin tergetar ketakutan…
“kamu punya istriiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…?????” aku berteriak keras sekali
Dia tersentak kaget
“iya…iiyyyy…iya”
“bajingan kamu!” aku berteriak lagi kalap

Dia semakin ketakutan
Aku kembali tersenyum…
“kamu tahu nggak, dia istriku! Gimana rasanya kalau kamu lihat istrimu sendiri di entot orang lain hah? Bajingaaannnnnn…kamu pantas mati!”

“ma..ma..mas…..” dia gelagapan
Kulihat kedua tangannya terangkat
“ma…ma…maaf…” dia berusaha bicara sekena mungkin
Aku tak peduli
Kuangkat golokku cepat
Kulihat keringat deras membasahi wajahnya yang bergetar hebat

“mas fajaaaarrrrr…..” istriku menjerit
Aku menoleh marah kearahnya
“mas…jangan bunuh dia..jangaaannn….bunuh aku saja,aku yang salah! Aku yang ngajak dia…aku yang salah mas…bunuh aku saja mas..” istriku menjerit sambil menangis histeris

“diam lonte busuk!” aku berteriak keras sambil menempelkan ujung golok tepat di wajahnya
Kulihat istriku juga tergetar ketakutan
Selama bersamanya hampir aku tak pernah marah
baru kali….baru kali ini kesabaranku habis…
“diam kamu lonte…pelacur busuk..penyakit..anjing betina….nanti kamu juga aku bunuh …harus …harus kubunuh” aku melotot marah luar biasa.
Kedua tangan istriku juga terangkat …
Selimut yang menutupi tubuhnya melorot
Memperlihatkan payudaranya yang putih
Cuihhhh…tiba-tiba aku mual melihat tubuhnya….
Tubuh busuk bekas orang lain
“masss…sabar mas…”istriku kembali memohon
“diaaaammmmm…!” aku kembali menjerit

Kembali kuarahkan golok tepat di leher bandot tua
Lehernya yang besar mulai mengeluarkan darah…
Aku tak ingin membunuh dengan cepat
Pelannn……
Seperti menyembelih ayam
Kutekan golok…
Dan darah mulai deras keluar…
Kudengar istriku menjerit panjang minta pertolongan
Tapi semua tak lagi dapat menghentikanku
Bandot tua ini mulai gelagapan
Dadanya naik turun tajam kurasakan di pantatku
Seiring dengan darah yang semakin deras keluar di mata golokku.

*************

“jangan bergerak! Angkat tangan! Jatuhkan senjata ke samping! Cepat! Kami hitung sampai lima hitungan…” suara keras di belakangku.
Dengan cepat aku menoleh…
Dua orang polisi dengan pistol langsung terarah ke arahku…
Polisi itu mulai menghitung
Tiba-tiba emosiku lenyap seketika…
Kuangkat tanganku..
Dan kujatuhkan golok sesuai instruksinya.
Aku menyerah..
Tapi aku puas.

Dan tanpa kusadari, kedua tanganku telah ditekuk ke belakang
Aku diborgol, mirip pencopet yang ketangkap.
Dengan kasar tubuhku ditarik keluar…
“anda kami tahan untuk kami mintai keterangan!” kata salah satu polisi muda yang memborgolku.

Sempat kudengar istriku menangis menjerit-jerit histeris
Dan kehebohan dalam kamar losmen….
Beberapa polisi dan karyawan hotel tumpah…memasuki kamar losmen.
Aku tak tahu lagi selanjutnya
Yang kutahu dengan kasar polisi menaikkanku ke mobil tahanan
Di bak terbuka…
Dengan tangan terikat borgol.
Yang kulakukan saat ini, aku harus bersikap setenang mungkin…
Kuambil nafas panjang…
Kuhirup lagi agar ketenangan memasuki jiwa.

Dengan cepat aku dimasukkan dalam sel tahanan kepolisian…
Suara pintu jeruji sel gemmerincing ketika di buka
Dan dengan cepat borgol dibuka dan tubuhku di dorong masuk ke dalam…
Semua serba kasar menurutku.

Dengan cepat aku duduk bersandar di tembok dingin yang kusam.
Kutengadahkan kepalaku sambil kupejamkan mata…
Akhhh…akhirnya aku di tahan juga untuk urusan kriminal
Sebuah perjalanan hidup yang mungkin harus kulalui.

“selamat datang di istana kita…” suara berat tiba-tiba terdengar di depanku
Aku kaget
Kulihat di depanku….
Ada tiga orang duduk..
Semua bersandar pada tembok

Seorang bertubuh gempal, bertatoo di lengan dan mungkin sekujur tubuhnya
Berkulit hitam…sorot matanya kejam, aku paham…pastilah orang ini suka mabuk
Bau badannya menyengat, sangat tidak enak….

Seorang lagi, lelaki muda…mungkin usianya dua puluhan tahun, berkulit putih dan berwajah pucat….kurus dengan rambut awut-awutan tak beraturan.
Sorot matanya kosong, mungkin juga dia tidak tahu kalau aku hadir di ruangan ini.

Satu lagi, bertubuh tinggi, kurus, dengan rahang menonjol saking kurusnya.
Bibirnya tebal berwarna kehitaman…dia cuek sambil terus menghisap rokok.

Semua penjahat…
Aku yakin semua penjahat…termasuk diriku saat ini.
Aku tersenyum masam setelah menyadari bahwa semua penjahat…..

“nama kamu siapa anak manis?” tanya yang gendut bertatto
Kurang ajar! Aku dikatain anak manis…
“fajar” kataku cuek tanpa rasa ingin tahu namanya.
Dia mendekatiku…
Bau badannya semakin menyengat
Dia merangkul pundakku..
Aku semakin risih saja, ingin sekali menghindar, tapi aku tak ingin dia tersinggung
Aku diam saja…
Aku tak ingin membuat masalah baru..
“namaku bondan….”
Aku terdiam saja..
“kenapa kamu kesini? Kasus apa? Aku kasus pembunuhan” suaranya berat sambil tersenyum lebar memperlihatkan gigi-giginya yang kuning kehitaman.
Nafasnya bau sampah…
“sama!” ujarku ketus
“hahahahhaha…waduhhh…anak manis ini ternyata bisa kejam juga ya? Aku nggak mengira, pake apa?”
“apanya?”
“membunuhnya pake apa?”

Kutatap matanya..
Aku nggak boleh terlihat lemah dihadapannya
Ini rimba yang sebenarnya…
Siapa yang kuat, dia yang menguasai.

“pake golok, selesai kubunuh, kupotong-potong tubuhnya, kupotong kontolnya kemudian kusate, kumakan…kumasukkan potongan tubuhnya kedalam kresek…dan kubuang ke tempat sampahhhh…”

Dia melotot kaget
“wowwww…si anak manis ternyata psikopat ya?”
Aku semakin jengkel di sebut-sebut anak manis terus.
Di tersenyum mengejek…
“tapi…tapi disini….hmmm” dia berbisik menyemprotkan bau napas paling memuakkan dipipiku.
“Tapi apa?” aku melotot menantang
“aku yang berkuasa disini!”
“ohhhh…selamat berkuasa ya” jawabku sambil tersenyum sesinis mungkin

Dia sepertinya agak tersinggung dengan kesinisanku.
“hohoho….makasih, dengan demikian semua harus nurut sama aku disini”
“iya” jawabku pendek ingin segera mengakhiri percakapan.
Dia kembali menepuk pundakku..
“heh anak manis, kenapa kamu membunuh?”
“dia selingkuhin istriku!” jawabku ngasal
“hehehehehe…udah punya istri to? Tapi kok senengnya kontol ya?”
“apa?”
“tadi bilang, kontolnya kamu sate dan kamu makan”
“iya…kontol kamu juga pengin aku makan?” jawabku menantang
Dia melotot kaget
“wowww…jangan di makan lah…diemut saja mirip premen”
“hmmmm…dasar, punya kontol kecil saja pamer!”
“hahahahaha….siapa bilang kontolku kecil hah?”
“kamu, tadi bilang kontolmu mirip premen”
“hahahhaha lucu banget ini anak manis”

Aku menatapnya tajam
“aku serius”
“hahahahha maksudmu apaan?”
“aku serius! Kalau kamu macem-macem denganku, kupotong kontolmu kusate dan kumakan”
“hahahhahahaha”
Dia tertawa mengejek.

Kulirik disampingku
Ada piring makan khas tahanan yang kotor dengan sendok diatasnya
Kuambil sendok…
“hahahhahaha..disini mau motong kontolku pake apa? Pakai gigi? Wowww enaaakkk?’
Dia masih mengejekku…

Kutunjukkan sendok di depan matanya
“dengan ini!”
“hahahhahahahahha…kontolku mau disendok”

Aku pernah ikut perguruan tenaga dalam
Semacam bela diri
Bagiku membuat senjata dari sendok sangatlah gampang

Pelan dihadapan wajahnya
Kupotong sendok…
“klik” dalam satu sentakan gagang sendok telah terpotong
Bagian sendoknya kuremas hingga hingga membentuk lempengan
Bagian gagangnya berbentuk berjeruji ….
Kutunjukkan di depan matanya…..
“pake ini..ini tajam..kontol nggak ada tulang, sangat gampang memotong kontolmu pake ini”

Dia melotot kaget…
Beringsut menjauh dari tubuhku
Wajahnya pucat….

***********
Bersambung..
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Leave a comment