Liburan kemarin adalah yang paling mengesankan sepanjang umur hidupku. Aku
diutus keluargaku mengunjungi kakek di salah satu kota kecil di Jawa tengah.
Sementara keluargaku pergi ke Palembang untuk bersilaturahmi dengan keluarga
Ayah di sana. Ayah sangat otoriter sehingga ibu pun tidak bisa bertemu dengan
ayahnya dan hanya mengutusku.
Aku anak tunggal dan sebenarnya ibu tidak rela melepasku sendirian ke
tempat kakek. Meskipun umurku sudah hampir menginjak kepala 2 tapi terkadang
ibu masih mengkhawatirkanku seperti anak SD saja. Berbeda dengan ayahku yang
cukup keras kepadaku dan mendorongku supaya lebih mandiri. Dua sifat berbeda
ini sering menjadi pertentangan bagi mereka.
Aku tahu mereka orang yang sangat menyayangiku. Sayang dengan cara yang
berbeda, bahkan bertolak belakang. Terkadang aku merasa Ayah terlampau kejam
terhadapku, namun di balik itu semua aku juga merasakan manfaat yang tak
ternilai. Aku jadi lebih berani dan lebih jantan dan tidak manja. Andai tak ada
Ayah mungkin aku sudah ikut kelompok banci dan dandan seperti mereka. Untung
saja Ayah menyelamatkanku. Dalam diriku aku memiliki ketegasan dan keberanian
Ayah dan juga kelembutan dan keromantisan dari ibu.
Kembali ke kakek. Beliau memang sudah cukup umur dan tidak sesehat sewaktu
muda. Kakek tiggal bersama Pak lik Danu, adik bungsu yang sekarang belum juga
berkeluarga. Umurnya sudah tigapuluhan dan bila didesak dia akan bilang belum
bertemu jodoh. Kami cukup akrab sebab semasa sekolah SMA dia ikut keluarga
kami. Orangnya baik dan suka 'ngemong' istilah jawanya
(mengayomi/melindungi).
Kembali lagi ke kakek. Pernah ibu dan ayah untuk menawari tinggal bersama
kami , namun dia tidak mau karena banyak alasan. Yang kebunnya tidak terurus,
yang Pak Lik sendirian, yang nanti rumah berantakan dan lain lain. Intinya
beliau tetap ingin hidup di desa. Nenek sudah lama almarhum.
***
"Ya sudah sana Rob kalau kamu mau istirahat dahulu", bola matanya
melirik ke kamar yang sudah disiapkan bagiku. Aku sampai jam 3 pagi dan sempat
menunggu 2 jam untuk angkutan pedesaan pertama.
"Nanti saja lik, saya mau mandi saja dahulu", memang rasa
keringat semalam belum hilang. Belum bau rokok dan bau keringat yang mengering.
"Ya sudah sana siapkan bajunya. Nanti Pak lik yang timbakan
airnya"
"Nggak usah lah! Nanti saya timba sendiri", kataku sungkan.
Aku masuk ke kamar untuk meletakkan ransel sekaligus mengambil handuk dan
pakaian ganti. Tak lupa juga mengecas hape yang batrenya sudah mati.
Sesampai di kamar mandi aku kaget karena ternyata bak sudah penuh dengan
air yang masih bergoyang-goyang tanda baru saja diisi. Airnya bening dan pasti
segar sekali. Sementara Pak Lik sudah tidak kelihatan kemana.
Segera kututup pintu kamar mandi sederhana itu.Atapnya dari seng plastik
sehingga tampak terang sekali. Kubuka kaus hitamku, terasa hembusan angin
dingin segar menerpaku. Dalam sekejap aku telah bertelanjang. Ah, kontolku
terlihat menyusut entah karena kepanasan atau karena celana dalamku terlalu
ketat. Di celana dalamku terlihat sedikit bekas mazi hasil lamunanku di bis
semalam.
Air segar pegunungan segera kusiram ke seluruh tubuhku. Ahhh segar sekali.
Kububuhkan sabun cair pria yang mengandung mint. Hmmm sangat segar dan maskulin
baunya. Sensasi kesegarannya mengembalikan semangat lesu karena kelelahan.
Saat dua siraman untuk membersihkan sabun, kudengar suara kayu patah cukup
keras. Krak dan suara orang mengaduh di tahan. Kutajamkan telingaku. Sepertinya
ada orang berlari menjauh dari kamar mandi. Segera kubuka pintu, ingin tahu
siapa yang telah mengintip. Ada seorang anak sebaya denganku berjalan cepat
menjauh. Dia menggunakan celana pendek. Sinting! Ternyata di desa ini ada homo
suka mengintip.
Kuselesaikan mandiku dengan cepat dan segera menuju ke dalam rumah.
"Kamu sahur tadi pagi kan?" tanya kakek.
"Alhamdulillah kek, tadi pagi ada warung dekat terminal yang
buka."
"Syukurlah kalau begitu kamu puasa kan?"
" Ten.. tentu dong kek. Saya kan sudah dewasa." Kakek teringat
dua tahun lalu aku ketahuan tidak puasa oleh kakek.
***
Setelah tidur sampai jam 9.30, aku mencoba mengisi aktifitas hari ini
dengan berjalan-jalan ke dekat danau kecil sana. Danau itu luasnya tak lebih
besar dari danau Sunter di Jakarta sana. Ada satu tempat cerukan danau yang
cukup asri . Di sana banyak pemuda sering berenang kalau sore atau siang kala
bulan puasa seperti saat ini.
Aku berjalan ke sana. Kalau cukup sepi aku ingin berendam. Sekedar
menenangkan diri dan berekreasi. Danau kelihatan tenang dan bening. Di cerukan
itu memang ada satu mata air yang tak pernah kering. Banyak penduduk desa yang
belum mampu 'nyelang' mengambil air secara langsung di sendang itu.
Benar saja dugaanku, jalan setapak di kerubungi oleh karpet rumput hijau
dengan beberapa pohon rindang di dekatnya. Cerukan itu cukup aman meski untuk
mandi telanjang bulat. Aku melihat keadaan dan menunggu keadaan benar-benar
aman sambil menikmati surga kecil itu sebentar.
Ternyata keadaan cukup aman. Aku memutuskan membuka semua pakaianku dan
berendam telanjang di salah satu tempat yang cukup dalam. Ahhh nyaman sekali.
Udara yang bersih dan hangatnya sinar matahari. Kolam yang bening dengan
beberapa ikan air tawar berkeliaran di dasar dekat bebatuan bulat-bulat.
Kudengar krasak-krusuk agak kasar. Lalu kecipak air. Hei! ada pengunjung
lain yang berendam juga... Ya, seorang pemuda seusiaku. Kami bertukar senyum
dan saling menyapa sekadar seperti adat desa umumnya. Namanya Heru, hmm
tubuhnya lumayan kekar dan hitam. Sempat kulirik bagian bawahnya, masih tidur
tapi ah ukurannya lebih besar dariku. Tapi aku tidak mau berpikiran lebih jauh,
takut jadi tegang dan membatalkan puasa.
Di akhir percakapan Heru mengajakku bertaraweh bersama. Dia berjanji
menjemputku nanti. Ah orang yang baik hati.
***
Pertemananku dengan Heru bertambah akrab. Lebaran kedua pagi ini kami
berencana pergi ke air terjun yang jarang dikunjungi karena jauh dan susahnya
perjalanan. Ya, daerah itu tidak terkenal. Tetapi menurut Heru indahnya tidak
kalah dengan air terjun lain yang terkenal secara nasional. Nama air terjunnya
adalah Curug Sewu Banyu.
Banyak fakta yang aku ketahui tentang Heru. Kami bahkan sangat terbuka,
Heru mengatakan kalau dia suka pria dan pernah ml dengan seseorang. Oh ya ada
satu hal, Heru sering mengintip Lik Danu. Waktu kedatanganku, Heru hendak
mengintip Lik Danu tapi dia kaget ketika diintip ternyata orang lain. Lalu dia
terpeleset. Heru pernah bilang kalau suka melihat aku telanjang. Tapi aku ragu
kalau aku akan ml dengan dia. Ah, pembaca pasti mengerti keraguanku.
Curug Sewu Banyu ditempuh dua jam berjalan kaki. Menurut Heru jalan setapak
lebih sepi dari biasa. Orang-orang desa tidak ke ladang dan kebanyakan
berwisata ke kota atau ke tempat handai taulan di desa lain. Curug Sewu Banyu
sendiri terletak jauh dari lokasi pemukiman desa. Bahkan ladang pertanian pun
tiada di dekat Curug. Keadaannya begitu perawan.
Wow .. wow... wow... wow begitu berkali-kali aku terkagum. Air terjun itu
alami dan sangat indah. Hampir mirip dengan wallpaper yang kupasang di
monitorku. Tapi ini asli dan indah. Airnya banyak bahkan di tengah musim
kemarau begini. Mungkin karena penggundulan hutan belum merambah mata airnya.
Limpasan airnya membentuk butir-butir embun yang membiaskan warna-warna pelangi.
Mungkin inilah tempat mandi bidadari dalam kisah Jaka Tarub.
Tanpa malu lagi Heru menelanjangi dirinya dan berlari mendekat ke air
terjun. Suasananya jadi asri. Rasanya segar. Aku ikut menelanjangi diri dan
bergabung dengan Heru berdiri dekat-dekat jarum-jarum air yang jatuh dari atas.
Kolam di kaki kami hanya sedalam paha tidak bisa untuk menyembunyikan kontol
kami. Tapi kami tidak berpikir ke sana. Kami membiarkan semuanya seperti
wajarnya. Heru menyipratkan air segar itu ke tubuhku yang sudah basah. Aku
membalasnya. Rasa riang menyelubungi kami. Kami tertawa terbahak dengan
gembira. Kami bebas tanpa ada kehadiran orang lain satupun di situ.
Rasa janggal dimulai saat aku membenamkan diriku. Entah kenapa tiba-tiba
kontolku menegang tanpa terkendali. Sh*t! Aku merasa tidak enak hati pada Heru.
Namun justru sebaliknya Heru menangkap kejanggalan yang semakin nyata ini dan
kami terdiam. Heru mendekatiku. Mataku tak bisa kutahan untuk tidak melirik
bagian kemaluan Heru. Sh*t! milik Heru sudah mulai membesar.
"Her!..." kutahan dadanya supaya tubuhnya tidak lebih mendekat.
Mata Heru tajam membuka kunci hatiku. Mulut Heru diam terkatup tapi matanya
bicara banyak, 'Biarkanku memuaskanmu. Aku suka kamu. Aku ingin mencurahkan
sayangku dan nafsuku ini untukmu'. Tatapan itu... membuat tangan yang menahan
dada Heru berubah menarik punggung Heru untuk mendekat. Kami melakukan ciuman
bibir yang sangat lama di bawah Curug Sewu Banyu. Momen ter*** (tak
terdefinisi) selama aku hidup.
Sebentar saja tubuh depan kami sudah saling melekat. Merasakan hangatnya
tubuh yang bersatu. Ya, masih di tengah desau air terjun Curug Sewu Banyu hanya
kami berdua. Tangan bergerayang memijat punggung Heru yang kekar. Sementara
Heru memelukku kencang sampai nafasku terasa sesak.
Aku masih ingat desah nafas kami. Pandangan kami. Seakan kami saling
mencurah jiwa kami supaya dimengerti. Hasrat kami supaya dipuaskan. Segala
keinginan kami untuk ditanggapi. Dengan ciuman yang panjang, elusan dan gesekan
kontol, kami merasa semuanya lengkap. Kami saling mengerti, memahami, menerima,
dan mampu melengkapi yang kurang pada kami. Ini bukan sekedar memuaskan nafsu
sex tapi lebih jauh dari itu.
Tubuh bagian belakangku terasa dingin. Heru mengamitku untuk ke pinggir.
Ah.. tapi saat kulirik kemaluan Heru masih merah berdenyut ke atas. Tanda dia
masih ingin. Kontolku pun begitu. Kami berjalan beriring melompat bebatuan ke
pinggir sungai. Dekat pakaian kami ada satu tempat yang landai dinaungi sebuah
pohon besar yang tak kuketahui namanya.
Heru menghamparkan tikar dari dalam ranselnya. "Hei! Kamu sudah
merencanakan ini semua ya?" tanyaku.
"Ah tidak juga. Hanya sekedar jaga-jaga." Heru tersenyum maniss
sekali.
Dia mengerinkan tubuhnya dengan kibasan lalu berbaring di tikar. Aku
melongo.
"Ayo kemarilah!" ajaknya.
Aku ragu, tapi tak tahan melihat Heru yang memainkan kontolnya sendiri
memancingku. Aku duduk di sebelahnya. Heru menarik tanganku supaya menggenggam
kontolnya. Segera akupun mulai mengocok kontol Heru. Ahhh! Heru melenguh
keenakan. Matanya terpejam saat kupandang.
Tanpa mempedulikan bagaimana tanggapan Heru, kuhisap kontol itu. Ahh ini
rasanya menghisap kontol pria seperti di film-film biru yang kadang kutonton.
Ada rasa hangat, kulit bergelambiran, rasa yang aneh. Ah kalian yang belum
pernah, coba rasain sendiri deh! Kuhisap kontol itu, kulirik kepala Heru yang
dilempar ke kanan dan ke kiri. Tangannya mencoba menahan kepalaku supaya tidak
menghisap. Tubuh Heru bergetar. Pantatnya ikut terangkat mungkin karena
keenakan.
Tangan kananku yang menggerayang di dada Heru dipegang erat sehingga tak
bergerak. Tangan kiriku terjepit di antara selakangan saat kurangsang lubang
pantatnya. Satu-satunya jalan melepas keduanya adalah hisapan agak longgar
dengan cepat. Slurrp! jlep! Sluurp jlep! begitu kira-kira bunyi yang membuat
seluruh tubuh Heru kehilangan koordinasi. Tanganku bebas menjelajah lagi. Namun
sejenak kemudian dia tersadar dan mulai bertahan lagi. Kulakukan oral lagi.
Heru terlena. Saat jariku ke pantatnya dia tersadar dan bertahan lagi. Kejadian
itu berlangsung berkali kali. Hingga akhirnya Heru mengerti dan membiarkan
jariku menembus lobang pantatnya.
Heru pasrah menikmati tiap hisapan mulutku. Bibirnya digigit sendiri
menahan nikmat birahi. Jemari kananku memainkan puting dan terkadang meremas
dadanya. Jemari kiriku sibuk merangsang lubang dubur dan titik g spot di bawah
bola-bola kemaluan. Setelah Heru mampu menyesuaikan diri dengan birahinya, dia
juga tak mau kalah mengonani kontolku yang bebas tegang.
Sekarang ganti aku terkadang harus berhenti menghisap untuk mengendalikan
birahi. Remasan dan kocokan Heru begitu pas, seperti mengocok sendiri saja.
Terkadang tangan kiri Heru berhenti mengocok untuk memberi kesempatan pada ibu
jarinya memutar-mutar titik pertemuan kepala dan batang kontol. Rasanya hmmm...
Setelah pipiku terasa agak pegal dan bibirku baal karena terus menerus
mengisap, aku memberanikan diri berganti posisi menindih Heru. Kontol kami
berdua kugenggam erat. Sebetulnya tak terlalu erat karena tak muat pada satu
genggaman tangan. Kukocok kontol kami sambil kumaju mundurkan pantatku. Posisi
tak stabil tapi sepertinya Heru senang karena dia tersenyum dan merengkuh
tubuhku lebih mendekat ketubuhnya.
Kelamaan kontol Heru yang semula licin mulai mengering karena hembusan
angin dan panas tubuh kami berdua. Sekarang gantian keringat di badan Heru dan
badanku melicinkan badan kami. Kubiarkan kontol Heru menggosok perutku dan
kontolku menggosok perut Heru. Licin dan hangat rasanya. Ada getaran-getaran
enak di kepala kontolku. Tiap gesekan menghasilkan satu getaran sehingga tak
ingin rasanya mengakhiri.
"Mau yang lebih enak Rob?" tanya Heru tiba-tiba.
"Apa?"
Heru mendorong tubuhku supaya ke pinggir. Dia sendiri lalu menungging.
"Ayo.." Heru mempersilahkan.
Aku mengerti lalu aku mendekatkan kontolku ke lubang duburnya. Aku mencoba
memasukkannya. Terus terang ini pertama kali aku main anal. Biasanya paling
cuma saling menggesek saja. Ah, ternyata tidak semudah tayangan di film biru.
Lubang itu terasa keras dan sepertinya tidak mungkin dimasuki, apalagi oleh
kontolku. Wajah Heru pun tampak kesakitan saat aku mencoba menembus lobang
berkerut itu.
"Tak usahlah Her..." aku merasa kasihan.
"Ayo coba terus, nanti pasti bisa." Heru memberi semangat.
Aku mencoba lagi. Memang tidak mudah. Kontolku kuludahi seperti di beberapa
cerita yang pernah kubaca. Ujung kepala kontolku tepat kuletakkan di bagian
pusat lubang lalu kutekan dengan perlahan. Heru menjerit tertahan. Kontolku pun
terasa agak sakit terjepit. Aku berhenti sebentar untuk menahan sakitku. Lalu
kulanjut lagi. Yah, paling tidak sekarang sudah separuh masuk. Masih menurut
beberapa cerita, aku harus berhenti sebentar supaya lubang dubur Heru agak
terbiasa.
Menyenangkan melihat punggung Heru yang memerah tercetak pola tikar.
Keringat yang mengkilat di tengguknya. Bisep dan trisepnya yang nampak seksi
karena posisi menunggingnya. Juga pantatnya yang berisi penuh sedang di
tengahnya ada kontolku yang sudah masuk separuh.
Kutarik kontolku sedikit supaya tidak lepas dari lubang sempit itu. Waaa hh
rasanya ... kumasukkan lagi, wuaahhh dua kali ahh! Kutarik lagi enak sekali
rasanya.. kumasukkan lagi, dua kali enak sekali. Semakin sering semakin enak
dan dalam waktu singkat rasanya mau orgasme. Rojokanku semakin cepat, Heru
tampaknya sudah mulai menikmati. Sekarang bukan lagi separuh yang masuk
melainkan sudah hampir semua. Aku senang dengan bentuk kontolku sendiri saat
ditarik keluar dari pantat Heru. Tampak mengkilat dan kencang sedikit berurat.
"Her.. aku hampir nihh" kataku sedikit bergetar.
Heru tak menjawab. Dia menikmati setiap hempasan kontolku dalam
duburnya.
"Her.. sekar....ahhhhh" tak sempat aku menyelesaikan
pemberitahuanku. Maniku menyemprot kencang ke dalam perutnya. Kupeluk punggung
Heru erat untuk menumpahkan segala kenikmatanku. Hampir semenit aku memeluknya.
Lalu tangan kananku meraba bagian kontol Heru... Loh kontolnya sudah menyusut,
ada cairan kental di ujungnya.
"Kau... kapan?" sambil tanganku sedikit mengocok kontolnya.
Heru merebah ke samping. Aku pun tetap menempel di punggungnya. Kontolku
masih di dalam dubur Heru. Kepalanya menengok ke kepalaku. Dia tersenyum lalu
menggigit lemah bibirku.
"Aku suka sekali sama kamu" senyumnya manis sekali.
Kami menyudahi permainan itu dengan mandi bersama di Curug Sewu Banyu sekali
lagi. Kami mandi telanjang di bawah air terjun. Terkadang di selingi ciuman dan
rangkulan. Tapi kami tidak melakukannya lagi.
***
Selesai.
Tags:
Cerita Gay
Salam sobat gay / bisex diluar sana...
barang kali sobat penikmat traveling? tour? hunting view? tempat2 wisata yg masih alami...
saya penduduk lokal, mengundang kedatangan sobat ke negeri laskarpelangi (belitung-island).
akses mudah, tinggal terbang 45menit langsung dari jakarta.
tersedia 3maskapai setiap harinya.
cocok tuk liburan anda dg pasangan! sangat2 romantic... yg pasti...
adapun event lain yg ingin sobat lakukan, bisa share langsung dg saya.
nanti akan saya coba susun planingnya.
barangkali ingin menginap dipulau2 kecil?
berburu sunset & sunrice?
atau sekedar jalan2 biasa melepas liburan / cuti bersama rombongan?
tersedia beberapa referensi Paket tour yg super hemat, 3hari 2malam, minimal 10 orang,
dimulai 500rb/org hingga 1jt/org. harga masih bisa di negoisasi, disesuaikan dg keinginan & fasilitas.
info jelasnya sobat langsung kontak : +6285664600785 / 219ac6dc
saya usahakan yg terbaik, sesuai selera sobat semua!