Home » » Sunset Terakhir (Fiksi) Part 2

Sunset Terakhir (Fiksi) Part 2


By. Ajiseno

Perjalanan selanjutnya menyusuri jalanan..keluar dari pusat kota magelang
Fajar terus berceloteh…
Ternyata baru kutahu, fajar banyak omong juga
Sebagian besar yang dibahas tulisan-tulisanku di gif
Aku Cuma senyum-senyum saja menanggapi
Padahal sebenarnya kepalaku mulai berdenyut, aku pusing akibat goyangan di mobil tuanya fajar atau mungkin karena bau bahan bakarnya

Akhirnya pelan mobil menepi
Disebuah bengkel sederhana di pinggir jalan
Terdapat seorang berumur setengah baya sedang manangani sebuah sepeda motor
Beberapa sepeda motor tua tampak berderet di area bengkel
Alat-alat bengkel menambah kesemrawutan bengkel tersebut
Ada bangku panjang di sisi ruangan

“mas aji, ayo turun”
“mau ngapain?” tanyaku heran
Dia hanya menoleh sambil senyum saja
Membuka pintu mobil dan keluar meninggalkanku
Akupun dengan susah payah membuka pintu mobil yang sedemian seret.

Aku berjalan pelan menuju bengkel
Beberapa orang duduk dan ada dua orang jongkok menghadap sepeda motor yang sedang di perbaiki
Bengkel ini lumayan ramai menurutku
Dan seperti biasa, bengkel di area kampung selalu menjadi ajang diskusi tentang otomotif bagi yang awam

Kulihat fajar begitu di kenal oleh orang-orang yang ada di bengkel
Pelan aku duduk disisi bengkel, di bangku panjang yang terbuat dari papan
Disampingku ada dua orang yang kelihatannya sedang menunggu sepeda motornya di service

Kudengar percakapan mereka
“mas fajar..kok baru datang? Tolong mas, motorku ngadat terus” ucap seorang yang duduk disampingku
“walah…maaf jo, baru ada tamu je, ini tamu saya dari semarang, gimana kalau nginep saja, nanti malem kutangani lah”
Orang itu menoleh ke arahku
“sampeyan tamunya mas fajar?”
“iya pak” jawabku sambil senyum dan mengangguk
Kusalami dua orang tersebut
“yo wis kalo gitu, aku tinggal saja motorku, tapi bener lho, nanti malem di tanganin”
“beres lah”

Kulihat fajar mendekati orang yang sedang menservice
“pak to…itu di mobil barangnya, sono diambil aku mau ngenter tamuku”
“ohhh yo, dah dapet to”
Selanjutnya kulihat orang tersebut tergopoh-gopoh menuju mobil dan mengambil kardus berisi sparepart
Fajar duduk di sampingku
“jar kamu kerja disini?”
Dia mengangguk
“woww..berarti kau pinter nyervice sepeda ya? Entar motorku kalau rusak kubawa kesini ya”
“beres lah mas aji, pokoknya kalau rusak bawa sini saja”
‘oke…gratis to?”
“boleh…gratis pokoknya, khusus untuk mas ajiku”
“heheheheh…beres lah, besok lah, pasti kubawa kesini”
“udah yuk, kita kerumah”fajar menarik lenganku

Kembali aku menuju mobilnya fajar
Kupegang kepalaku..pusing, terutama dengan bau bahan bakarnya
Tau pusing gini, tadi mendingan aku mengikuti mobilnya fajar sambil naik sepeda motorku
Dan benar saja…
Baru saja duduk, bau bahan bakar menyeruak
“masih jauh rumahmu jar?”
“nggak kok…tuh”
Fajar menunjuk rumah dipojok jalan sekitar 100 meteran
“mana?”
“itu yang bercat putih”
“ohhh…aku jalan saja ya?”
‘apa? Nggak usah mas, satu menit nyampe kok”
Dan deru mobil kembali terdengar
Benar-benar mobil busuk…baunya begitu menyengat membikin mual dan pusing
Akhh lega rasanya
Akhirnya sampai juga dihalaman rumah bercat putih…
Sepi
Benar-benar sepi..
Seperti rumah tanpa penghuni

*************

Rumah ini benar-benar sepi…
Agak gelap untuk ukuran siang seperti ini
Fajar masuk dengan tergesa dan langsung membuka jendela yang ada disisi ruang
“masuk mas aji…” ujarnya masih cuek mengambil ini itu
Ada beberapa pakaian anak-anak yang diletakkan di kursi tamu
Dengan santai aku duduk di kursi tamu
Fajar langsung ke belakang

Dan…..
Dalam hitungan menit dia telah membawa air minum dan beberapa makanan ringan
Ternyata fajar telah menyiapkan segala sesuatunya untuk ‘menyambutku’
Dia tersenyum
“Mari diminum mas…hari ini pokoknya aku seneng banget mas aji kesini, ayoo mas”
Kutatap air sirup di gelas
Kuambil…”jarrr…”ujarku pelan
“ya mas…”
“ini nggak diberi obat perangsang to?” candaku sambil pura-pura khawatir
“hahahahhaha…ya iyalah…minum saja mas, pasti entar mas aji terangsang hahahahaha”
Kembali aku terpana pada gigi-giginya yang rapi dibalik tawanya

Kuminum…setengah
“iya neh…aku jadi terangsang jar…gimana neh?” candaku lagi
“wayyyyaakk….langsung bereaksi to?waduhh padahal aku belum siap lho hahahhaha”
Fajar masih saja tertawa
Kalau sudah gini aku akan terus candain dia agar bisa terus melihat tawanya yang manis sekali

“eh jar…”
“ya mas”
“kapan neh mau servis sepedaku?”
“lho sepedanya kan diparkiran masjid”
“ya udah, berhubung sepedanya nggak ada, orangnya aja ya?” ujarku sambil berkedip
“hahahahhaha…boleh…boleh…entar deh kuperiksa businya…masih berfungsi tidak?”
“waduh jar..businya di dalam kan, harus pakai alat untuk membukanya jar, emangnya kamu punya alatnya po?” ujarku senyum-senyum menggoda dia
“heheheheheh…jo kuatir mas, soal buka busi ditanggung ahli lah hahahha”
Fajar masih saja tertawa

Selalu kutatap tanpa berkedip saat dia tertawa
Inilah keunggulan ‘seorang’ fajar
Dia kalau dalam keadaan diam, cenderung ‘berwibawa’ tapi jika sudah tertawa maka akan berbalik seratus derajat…dia cakeeepp sekali.

“jar ..beneran kamu kerja di bengkel tadi?” tanyaku lagi
Kali ini aku dengan raut wajah serius
“bukan..itu bengkel milikku”
“ohh…itu kalau siang mas, kalau malam aku buka warung tenda nasi goreng”
“waduuhhh…nggak capek tuh?”
“yaahhh namanya saja nyari uang mas, ya nggak capek lah”
“wahhh hebat deh….”
“hebat apaan…Cuma punya bengkel kecil gitu aja hebat, mungkin itulah mas, makanya aku nggak berani nongol di GIF, anak-anak GIF sebagian besar kan anak kuliahan mas, kalaupun kerja kebanyakan pegawai kantoran kayak mas aji ini, uhhh minder juga mas, apalagi aku kan kerjaannya kotor…di bengkel gitu”
“waahhhh jangan gitu dong, kamu tuh hebat…bener hebat jar, aku aja nggak bisa siang malam kerja kayak kamu, lagian sekecil apapun bengkel kamu jar, ini adalah usaha kamu, bedalah sama aku, aku kan bekerja untuk orang lain, tak ada kebanggaan, makanya kamu tuh harus bangga”
“eh bentar mas..”
Dia beranjak dari kursi dan kembali ke belakang

“mas aji..makan dulu yuk…udah siap neh” fajar telah di pintu
“wahhh kok jadi repot jar”
“ayolah..”
“oke’
Aku bangkit menuju ruang tengah
Sebuah meja makan penuh dengan makanan
Gudeg, sayur krecek, telor bacem, tempe goreng dan lalap cabai rawit hijau
Aku benar-benar terpana
Fajar menyajikan makanan yang bagiku sangat mengundang selera

Kami makan begitu lahapnya
Aku suka sekali rasa gudegnya
Gurih manis, tak seperti gudeg jogja yang cendrung manis legit
Ini sangat gurih…
Aku sampai lupa diri dengan makannya

Selesai makan tiba-tiba fajar nyeletuk
“mas..ikut aku…sini!”
“kemana?”
Dia bangkit..
Kami menuju tangga terbuat dari kayu
Ternyata rumah ini lantai dua
Terhubung oleh tangga kayu
Antik juga
“ke kamarku…”
“hah…ngapain jar?”
“lho katanya mau servis busi…ayoooo…cepetan…” fajar menarik lenganku sambil senyum-senyum
Aku masih bingung luar biasa
Pelan aku naik tangga dengan hati berdebar

************

Sebenarnya ini sebuah ruangan sederhana
Lebih tepatnya sebuah loteng (lantai dua) yang kecil
Hanya satu kamar
Di depan kamar hanyalah atap rumah yang dibuat rata sehingga bisa untuk kegiatan menjemur
Seng yang tebal..
Sehingga kalau kita jalan-jalan di atap rumah layaknya berjalan dihalaman rumah

Ruangan ini berlantaikan papan kayu yang tebal
Pintunya dua..
Satu menghadap ke timur
Dan satu menghadap ke barat
Dari segala pintu semua pemandangan indah terpancar
Jika kita keluar ke pintu timur maka terhampar deret gunung-gunung yang seolah sudah disiapkan dengan begitu rapinya
Gunung merapi, merbabu, telomoyo dan gunung andong
Dan aliran sungai elo berkelok mengikuti alur kota magelang menambah elok suasana

Dan jika ke barat gunung sumbing begitu besar, tinggi dan dekat
Kokoh seolah menopang bumi
Sangat indah…
Dan …akhhh gunung prau juga terlihat disini
Seperti perahu tengkurap
Terlihat kecil disudut bumi

Aku berdiri mematung…
Aku tak percaya aku berdiri diatap rumah yang memang sengaja dibuat rata
Aku seperti berdiri di hamparan tanah
Memandang segala pemandangan dengan angin sejuk semilir yang menerpa tubuhku

“mass…” suara fajar dibelakangku
Aku menoleh tersenyum
“napa?”
“maaf, rumahku jelek ya?”
“iya…jeleeeekkk banget, sampai aku tergila-gila heheheh”
“uhh”
“beneran jar, ini cakep banget, besok kalau aku punya rumah akan kubuat seperti ini jar”
Kulihat fajar tertawa mendengar jawabanku

“mas aji sedang liat apa?”
“merapi jar”
“merapi?”
“iya…tak mengira saja, gunung secantik itu bisa begitu ganasnya”
“iya…mirip cewek”
“apa?”
“iya..merapi itu mirip cewek, cantik, tapi sekali dia marah bikin semua terluka”
“hmmmm….kayaknya kamu punya pengalaman dengan cewek ya ?” tanyaku menyelidik

Kulihat fajar menghela nafas panjang
“iya mas…”
“hmmm…bisa cerita?”

Tiba-tiba fajar menarik lenganku pelan
“masuk mas….”
Aku menurut saja

“duduk mas”
Kami duduk dilantai beralas karpet
“ada apa jar? Serius amat”
Tiba-tiba kulihat wajah fajar yang sungguh berubah
Berubah dengan sedemikian serius
“ada apa jar?” ulangku tak sabar

Fajar kembali menarik nafas dalam-dalam
“napa aku pengin sekali mas aji kesini, tak lain karena aku punya kisah hidup…yahhh…mungkin bisa mas aji tulis sebagai cerita baru”
Aku kaget
“apa? Nggak salah jar?”
Fajar menggeleng lemah

“nggak, mas aji tulis saja kisahku”
‘jar…aku tuh bukan penulis, atau novelis, bukan juga pengarang”
“akhh jangan gitu mas, aku rasa kisahku paling cocok ditulis mas aji”
‘jar…maaf, aku nggak bisa jar, cari yang lain saja “

Fajar tersenyum
“mas..kisah hidupku sangat menarik jika mas aji tulis”
Aku menggeleng
Sangat berat menulis kisah orang lain bagiku
Serasa ada beban
Atau…
Lebih tepatnya serasa ada tanggung awab yang harus dipikul
Harus bagus..
Harus sesuai pesanan
Akhhh aku nggak mungkin bisa

“ayolah mas…aku yakin, kisah hidupku paling bagus jika ditulis mas aji”
“jar, napa nggak kamu tulis sendiri saja?”
“haahhahahaah…”
“kok malah ketawa to?”
“aku ngetik aja nggak bisa pa lagi nulis cerita”
“walah sama dong”
“nggak lah, mas aji kan dah banyak nulis tuh”
“aduh jar…tulisan gitu aja”
“udahlah mas….atau…hmmm”
“apaan?”
“mas aji kinta honor?”
“honor apa?”
“honor nulis”
‘gilaaaa…!!!! Ya nggak lah”
“hehehehhe ya udah makanya tulis aja mas”
“hmmm boleh aku tanya jar?”
“ya mas”
“napa kisah hidupmu pengin aku tulis jar?”

Fajar terdiam sejenak

“yahhh…aku punya masa lalu, dan masa laluku bukan hal yang mudah untuk aku lewati mas, makanya aku ingin selalu mengenang masa laluku sebagai acuan untuk hidup dimasa depan, dengan ditulis, itu merupakan suatu kebanggan tersendiri dalm kehidupanku”

“ohh gitu ya, hmmm penasaran juga dengan kisah hidupmu jar”

Tiba-tiba kulihat wajah fajar cerah
“jadi mas aji mau , kalau nulis kisah hidupku?”
Aku mengangguk pelan
“ohhh makasih banget mas”
“tapi…dengan syarat jar”
‘apaan mas”
“kamu nggak boleh protes dengan apapun bentuk tulisanku”
“iya..beres mas”

Tiba-tiba kudengar langkah lari kecil di tangga rumah
Suaranya sangat terdengar, mungkin karena tangga juga terbuat dari papan kayu

“bapaaakkkk……” suara anak kecil melengking
Seorang bocah berusia sekitar 4 tahunan datang
Rambutnya lumayan panjang lurus lemas dan menutup dahinya
Anak yang cakep
Anak itu berdiri mematung memandangku
Mungkin dia tak mengira ada aku disini

“riri sinii…ini ada temen bapak…om aji namanya, salaman dong”
Pelan kaki kecilnya melangkah menuju fajar
Dia menggeledot manja di bahu fajar
“salaman dong’
Aku tersenyum langsungh mengulurkan tangan dan dia menyambut
Sebuah telapak tangan mungil yang lembut kurasakan menempel di telapak tanganku
Kucubit pipinya lembut
Dia tersenyum…
“namanya siapa neh? Tanyaku kepadanya
“riri om”
“hmmm nama yang bagus”

Kupandang wajah fajar
“siapa jar?”
“anakku”
“maksudmu?”
“iya riri itu anakku mas”
“anak angkat?”
“bukanlah…riri itu anak kandung”
“jadi kamu dah berkeluarga jar?”
“iya”
“mana istrimu jar?”

Fajar menggeleng pelan
“kami sudah pisah kok mas”
Aku terdiam
Semua ini di luar dugaanku
“jadi kamu duda?”
Fajar mengangguk lagi
Kutatap wajah fajar dan riri bergantian
Yah…mereka mirip, Cuma riri berkulit putih
Tapi apapun juga, aku tak mengira…fajar ternyata seorang duda…lebih tepatnya duren…duda keren

***************
Bersambung..
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

One Response to this post

  1. caedmonlaplaca on 4 Maret 2022 pukul 18.17

    Gambling at the Star - The Lodge & Lodge of Hollywood
    The Star Casino, 거제 출장샵 is one 경상북도 출장마사지 of only four entertainment venues located in the Downtown Las Vegas 창원 출장안마 area. Each of the nine casino hotel towers offers a 구미 출장안마 casino, 과천 출장안마 hotel,

Leave a comment